Jari jemariku masih kuat menggenggam mushaf, bibirku masih basah dengan ayat – ayat suci. Tubuhku perlahan mengayun dengan sendirinya. Mata terpejam menikmati suaraku sendiri. Kaki yang sedari subuh sudah mulai lelah bersila. Seakan – akan mengaduh merasakan semua beban yang ada.
Ditengah – tengah gerimis, suaraku masih nyaring bersaing dengan rintikan air yang kian lama kian deras. Pendapa yang dibangun cantik, yang sengaja di design dengan nyaman, ditambah air mancur yang selalu membunyikan gemercik kedamaian tepat di depan halaman adalah tempat favoritku untuk menghafal firman – firman Allah yang sangat mulia, atau hanya sekedar mengulang – ulang ayat yang telah lebih dulu terbenam dalam hati dan pikiranku. Aku pikir abah sengaja, pengen santrine punya tempat seng ayem untuk muroja'ah. Memang dari dulu abah selalu open dengan apa yang dibutuhkan santrinya. Selama itu baik untuk perkembangan pesantren dan baik untuk meningkatkan kualitas diniyah abah selalu dukung. Apalagi dengan santrinya yang mau berjuang menghafal Al – qur'an, abah paling gemati, karena ummik adalah seorang hafidzhoh. Ummik juga yang minta pondok pesantren dibangunkan asrama huffadz. Inget dawuh beliau ketika selesai sema'an qur'an di masjid 7 tahun yang lalu...
" Bah.. mbok yo dibangunkan asrama khusus untuk santri seng kuat apalane, menowo krentek ngapal kan aku saget mbimbing " Pinta ummik.
Ummik adalah salah satu santri alumni pondok Al Munawwir, krapyak. Beliau memang punya jiwa muda, Jiwa – jiwa wanita bak Aisyah Radhiallahu 'anha. Salah satu wanita perawi hadits di zaman nabi Muhammad sekaligus ummul mu'minin bagi kaumnya di zaman itu. Semangat juang dengan pengetahuan yang tanpa batas ingin memerangi zaman jahiliyah. Kecerdasan Aisyah Radhiallahu 'anha sudah terlihat sejak ia masih kanak – kanak. Pola pikir yang seharusnya belum dimilikinya membuat rasulullah tersenyum tipis. Beliau adalah anak dari sahabat nabi yakni Abu Bakar As-sidiq sekaligus istri rasulullah SAW.
Ummik memang terlahir dari keluarga qur'ani. Sejak remaja sudah hidup di lingkup pesantren. Di tengah hiruk pikuk pesantren saat itu ummik memilih menyelingi waktu luangnya dengan membaca kitab. Jadi bukan hanya perihal qur'an, tafsir dan hadits yang ummik kuasai, kitab – kitab kuning yang bergenre syari'at islam khususnya tentang fiqih, seperti ihya' 'ulumuddin, nihayatuz zain, fathul mu'in, fathul qorib adalah bacaan utama beliau. Ummik sangat gigih mendidik santri - santrinya.
" nduk.. seng apal qur'an lan hadits kui katah, tapi seng saget menjaga, mengamalkan kui longko. Seng ngunu kui mau disebut hamilul qur'an "
Begitulah dawuh ummik pada ning Nazil. Nazilatur Rohmah "turunnya kasih sayang". dan.. memang iya. Mudah sekali orang – orang untuk menyukai, menyayangi sekaligus mencintainya. Mahasiswa Universitas Al – Azhar, Kairo, Mesir. Gadis yang cerdas, anggun. Postur tubuhnya tinggi ramping, kulitnya kuning langsat, bibirnya merah tipis, lentik indah matanya, hidungnya bangir. Kalau orang jawa bilang dagunya sigar jambe. Parasnya sungguh indah sekali. Menggugah rasa untuk setiap orang yang melihatnya. Satu lagi.. dia juga seorang hafidzoh seperti ummik. Untuk ukuran seorang wanita saja, aku bisa merasakan desirnya hati ketika melihat bibir merah tipisnya beradu dengan microphone. Memperlihatkan keindahannya saat ayat demi ayat ditartilkan.
Tak salah, jika banyak gus – gus yang ingin mengkhitbahnya. Tapi tak jarang juga mereka pulang dengan kekecewaan.
Ketika itu aku masih santri baru. Hal yang paling aku suka saat itu yaaa.. nyemak ummik. Berharap suatu saat bisa kayak ummik.
Hujan......
Hujan memang selalu memicu ingatan – ingatan yang lalu. Bersama hujan selalu hadir sebuah kenangan. Entah itu indah, gelisah, amarah. Semua jatuh beruntun tumpah, menyebar dan menggenang. Seperti rintikan hujan yang saat ini ada di hadapanku, terus mengalir dari langit jatuh menyebar membawa apapun yang ia temui menuju ke kubangan laut yang paling dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Hafsha (UPDATE KAMIS & MINGGU)
SpiritualitéKisah yang mewakili segala rasa seorang wanita yang memperjuangkan cintanya untuk cinta Nya. Memotivasi dengan segala peluh penat, helai helai air mata untuk setiap ayat yang tertanam dalam hati.