Part 13

12 0 0
                                    

Kayra berjalan menyusuri lorong rumah sakit bersama Hans. Banyak perawat berlalu lalang, keluar dari ruang rawat pasien. Dari anak-anak hingga orang-orang dewasa, terbaring di ranjang pesakitan. Penyebabnya pun beragam, dari yang kecelakaan lalu lintas, yang disebabkan virus, dan penyakit lainnya.

Kayra merasa sangat bersyukur karena dirinya memiliki fisik yang kuat, dan tidak mudah sakit. Kesehatan yang dilimpahkan Tuhan padanya ia jaga sebaik mungkin dengan menjaga pola hidupnya. Walaupun ia tahu penyakit, rezeki, maut dan jodoh adalah rahasia Tuhan. Tapi tidak ada salahnya mencegah dari pada mengobati.

Hans menggeser pintu ruang rawat dimana Rafqi dirawat. Ya, hari ini Rafqi sudah diperbolehkan pulang. Hans dan Kayra berencana untuk menjemput Rafqi. Orang tua Rafqi belum tahu jika Rafqi masuk rumah sakit, sengaja ia tidak memberitahu orang tuanya karena tidak ingin membuat orang tuanya khawatir.

"Thank's ya! Kalian sudah mau repot-repot ngerawat orang kayak aku. Bahkan pulang pun sampai dijemput." Ucap Rafqi tulus.

"Selow aja lahh! Kamu sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri, Raf." Jawab Hans.

Kayra hanya tersenyum membenarkan ucapan Hans. Arka tidak bisa ikut karena katanya ia sedang ada janji dengan seseorang, yang Kayra tidak ketahui siapa.

"Bisa jalan nggak?" Tanya Hans lagi.

"Bisa! Bisa! Kan ada kruk. Tadi aku udah latihan juga kok sambil jalan." Jawab Rafqi. "Arka nggak ikut, Ra?" Tanya Rafqi pada Kayra yang sejak tadi tak mengeluarkan suaranya.

Kayra menggeleng. "Bang Arka jalan!" jawabnya. "Ya, udah yuk! Balik!" ajaknya kemudian.

Hans membawa ransel milik Rafqi, dengan Kayra di sampingnya. Rafqi sendiri berjalan di depan mereka. Rafqi berhenti sejenak. Membuat hans dan Kayra mengerutkan keningnya.

"Kenapa, Raf? Capek?" Tanya Hans.

"Lumayan, tapi aku nggak enak jalan di depan sendiri. Berasa aku bos kalian pengawal." Hans dan Kayra tergelak.

"Ada-ada aja kamu, Raf!" Ucap Kayra.

Akhirnya Kayra dan Hans berjalan bersisihan dengan Rafqi. Menuju dimana mobil Hans terparkir. Sampai di mobil Hans, Kayra duduk di kursi depan bersama Hans. Dan Rafqi duduk di kursi belakang sendiri. Kayra memang tak terlalu banyak bicara karena dia sedang on period. Membuatnya malas untuk sekedar berbicara, karena perutnya juga sedang sakit. Tetapi demi bertemu Rafqi, Kayra akan menahannya dengan senyuman.

Hans yang melihat gelagat aneh Kayra memiringkan kepalanya menghadap Kayra. Sekaligus memasangkan seat belt untuk Kayra. Menatap balik Hans yang memasangkannya seat belt dengan wajah menahan sakit.

"Kamu gerah, Kay? Kok keringatan? Padahal aku udah nyalain AC nya kok. Atau kamu gugup ya, aku pasangin seat belt jadinya keringat dingin?" Hans tersenyum jahil, menaik turunkan alisnya. Lalu mengambil tisu yang berada di dashboar mobilnya, menyerahkan pada Kayra. "Lap dulu keringatmu."

"PD banget sih jadi orang! Ngapain juga gugup gara-gara di pasangin seat belt sama pentol korek!" Ketusnya. "Perutku sakiiit, Hans!" Cicit Kayra memegangi perutnya.

"Kamu belum makan?" Kayra menggeleng. "Mau cari makan dulu? Atau kamu mau pup?" Tanya Hans lagi.

Rafqi yang tadinya memejamkan mata, kembali membuka mata mendengar percakapan dua temannya di depan. Kayra langsung membekap mulut Hans. "Bukan, bege!" Desis Kayra menahan sakit. "Udah, ah! Daripada ngebacot mending jalanin mobilnya!"

Hans menurut, Kayra sedang dalam masa ganas sepertinya. Memilih menjalankan mobilnya. Tapi perut Kayra semakin lama semakin sakit, membuatnya menggigit bibirnya kuat hingga bibirnya terluka tanpa ia sadari. Kayra memejamkan matanya, sampai ia terlelap dengan kepala menempel dikaca mobil.

Love Story of The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang