Part 3

45 2 0
                                    

Haaii!!! 

Author come back!!! Semoga kalian suka sama part ini ya!😊😊😊

Kayra yang tengah fokus menonton film horor berjengkit kaget, merasakan kasurnya tiba-tiba bergoyang. "Iiih, Abang mau bikin Kayra jantungan ya! Masuk kamar orang, bukannya ketuk pintu. Bikin kaget aja!" Arka terkekeh.

"Kamu aja yang terlalu serius nonton, sampai Abang panggilin nggak dengar! Nonton apa sih? Serius banget!" Arka melihat ke layar laptop Kayra. Arka berbaring di samping Kayra, menatap langit-langit kamarnya. Menghembuskan napasnya kasar, membuat Kayra terganggu.

"Muka abang kenapa? Kusut gitu kayak baju belum disetrika! Kalah nge-game?" tanyanya yang kini sudah mem-pause film yang sedang ditontonnya. Dan ikut telentang disebelah Arka.

"Nggak apa-apa." Arka menghembuskan napasnya kasar. "Lagian mana mungkin Abang kalah main game, Abangmu ini cerdas ya! Emang kamu standar dua motor aja nggak bisa!" Kayra mendengus kasar mendengar jawaban Arka.

"Ya, Kayra kan cewek. Lagian motornya tuh emang berat ya! Tau sendiri badan Kayra kecil imut-imut!" Arka mendengus. Kemudian menghela napas kasar, membuat Kayra risih. "Abang kalo ada masalah cerita, nggak buang-buang napas kasar kayak gitu kasihan napasnya sakit Abang keluarin paksa! Mubazir napas!" Arka tertawa, Kayra-nya ini memang paling bisa membuat suasana hati Arka berubah baik kembali.

Arka mengacak rambut Kayra, membuat Kayra mendengus. "Ada-ada aja kamu! Mana ada napas kesakitan. Yang ada Abang yang mati kalo nggak bernapas! Eh, minta kontak Naira dong, Dek!" Kayra mengangkat sebelah alisnya.

Membalikkan badan menghadap Abangnya, menatap penuh selidik. "Buat apaan kontak Naira? Kan Abang udah punya Zoya, jangan main-main sama perasaan perempuan. Aku nggak mau ya, sahabat aku sakit hati karena Abang modusin!" tuduhnya pada Arka.

Arka mengetok kepala Kayra. "Awwhh, sakit tau, Bang!"

"Makanya kepala itu di pakai buat mikir yang positif jangan negatif thinking terus sama Abang! Abang minta kontaknya, karena dia kan sekretaris Abang di kegiatan seminar." Kayra meringis mendengar pembelaan Arka. "Kamu sudah survei belum panti asuhan atau panti jompo yang akan kita datangi?"

Kayra menggeleng. "Eh, Bang. Kenapa kita nggak bakti sosial mengajak anak-anak pinggir jalan yang putus sekolah gitu? Nggak mesti panti kan? Sama saja kan, kita juga bisa mengajari mereka Calistung. Berbagi sembako, sekaligus penyuluhan atau sosialisasi mungkin tentang pentingnya pendidikan." Arka berpikir sejenak.

"Boleh juga sih, tapi untuk sosialisasi tentang pentingnya pendidikan kayaknya nggak sesuai sama tema kita, Dek. Mungkin untuk mengajar dan berbagi masih bisa dibicarakan sama Pak Wijaya. Nanti Abang bicarakan langsung lah sama beliau mengenai saran kamu." Kayra mengangguk, melanjutkan acara menonton film horornya.

Arka yang merasa diabaikan, menarik Kayra ke dalam pelukannya dengan sedikit kuat. "Abaaaaangg! Kayra nggak bisa napaaaaasss!!" Arka malah terkekeh mendengar teriakan Kayra dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Abaaaaang!!! Ya Allah... Arka Cavero Shabil!!!" Arka tertawa mendengar Kayra menyebutkan nama lengkapnya. Membuatnya menyeringai jahil, Arka melepas pelukannya. "Bang Arka bau tau! Belum mandi iih! Abang mau bunuh adik Abang yang cantik ini? meluk sampai bikin sesak." Gerutu Kayra.

Arka diam, sedetik kemudian dia menggelitiki Kayra. Membuat sang empunya berterika kegelian. "Aaaaa..hahahha.. Abang geliii.. hihihi.. Bang Arkaaaaa.... Bundaaaaaaa... Bang Arka nakaaaalllll!!! Hahahaha... duhh, Abang geliiiiii.... hahaha ya Allah, Abaaanggg!!! Ampuuuuunnn.. Arka....." teriakannya menggema di seluruh kamar Kayra.

"Arkaaa! Kayra-nya jangan digelitikin kayak gitu! Ayo temani Bunda belanja!" teriak Bundanya mengehentikan aktivitasnya sejenak.

"Iya, Bunda sebentar Arka turun!" Arka bergerak turun dari ranjang Kayra.

Love Story of The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang