Kediaman Megah Tanoko Bagaskara
Evan dan keluarga telah sampai di kediaman keluarga Tanoko, rumah megah tiga lantai dengan helipad ( landasan helikopter ) di atas bangunannya. Halaman yang luas dan asri, dengan tanaman tertata di setiap sudut taman, pemandangan mata akan semakin dimanjakan dengan adanya kolam ikan yang bersih di pertengahan taman, menambah kesan damai di rumah ini. Sepertinya Tn tanoko lebih menonjolkan rumah yang asri dan nyaman, dibalik kemegahan yang terlihat dari luar.
Beberapa petugas keamanan berpakaian serba hitam berjejer mengamankan rumah mungkin sekitar 5 atau 6, dan ketika keluarga evan sampai mereka secara cekatan membukakan pintu mobil dan mempersilahkan masuk ke kediaman Tanoko.
"Waah waaah akhirnya sahabatku ini menginjakkan kaki nya di rumah ku, setelah terakhir berapa lama ya kamu ga kesini, Bas?" Tuan Tanoko membuka lebar tangannya yang langsung disambut pelukan hangat Tn Baskara ayah Evan. Menepuk-nepuk bahu sahabatnya, tuan tanoko menyalurkan rasa rindu yang besar untuk sahabatnya ini. Tuan Tanoko dan istri baru saja pulang dari Aussie, semenjak masa pensiunnya 5 tahun silam Tuan Tanoko memilih Aussie untuk tempat tinggalnya menghabiskan masa tua bersama istrinya dan meninggalkan anak-anaknya di Indonesia, Bara dan Hana.
"Wah udah kaya bule aja lu sekarang, Ko." Canda Tn Baskara yang disambut tawa orang-orang yang ada disana.
Selagi orangtua bercengkerama, mata Evan tertuju pada Hana, gadisnya yang malam ini kelihatan sangat cantik. Dengan gaun selutut lengan pendek berwarna hitam dengan aksesoris bunga cantik di dada sebelah kanan menambah kesan anggun pada wanita itu.
"Hai," sapa Evan mendekatkan dirinya.
"Hai," jawab Hana sambil menunduk, Hana masih saja malu bertatapan dengan Evan. Hana merasa tatapan Evan sangat tajam, dan kuat membuat setiap perempuan pasti tersipu jika bertatapan dengan Evan. Atau karena dia saja yang sudah menaruh hati begitu besar terhadap laki-laki dihadapannya ini?
"Van ayo ke meja makan dulu, udah mepet-mepet Hana aja kamu tuh." Maya, ibu Evan menggoda anak dan calon menantunya, membuat gelak tawa kembali dirumah ini.
Dan disinilah mereka, setelah menghabiskan makan malam yang penuh dengan kehangatan mereka memilih ruang keluarga sebagai tempat bercengkerama selanjutnya.
"Baskoro, gimana ini? Dilihat-lihat anak kita sudah semakin nempel aja kaya perangko," ucap Tn Tanoko sambil memegang gelas whisky di tangan kanannya, mengamati lekat Evan, laki-laki yang digadang-gadang Baskara akan menjadi penerus perusahaannya, anak tunggal dan anak laki-laki satu-satunya.
"Kita masih pendekatan kok, Om," jawab Evan di selingi senyum yang santun, sambil melirik Hana yang membalas senyumnya malu, Hana menyelipkan rambut dibelakang telinganya untuk mengurangi rasa grogi dalam dirinya.
"Udah gass aja lah, minggu depan kan acara ulang tahun bapakmu yang tak bela-belain datang dari Aussie, sekalian aja ngumumin hubungan kalian, sekalian tukar cincin gitu, gimana, Bas?" Tn Tanoko masih berusaha, seakan sedikit memaksa.
"Yaa gua mah ngikut mereka aja Ko, gimana Van? Hana," tawarnya.
Evan hendak menjawab ketika terinterupsi suara Hana. "Saya setuju, Om," Hana menjawab cepat.
Evan memandang lekat Hana, Evan cukup terkejut dengan jawaban Hana yang menurut Evan terlalu terburu-buru. Bukan Evan tidak suka, hanya saja menurut Evan ini terburu-buru.
Mereka masih belum lama mengenal, Evan masih belum yakin dengan segala keputusannya.
"Oh ya sudah berarti langsung aja sekalian ngumumin, kan?" Tn Baskara menyetujui rencana sahabatnya.
Maya yang melihat ada sedikit keraguan di mata Evan, memegang tangan anak semata wayangnya itu, menekan tangan sedikit kuat, seakan tersirat untuk tidak ikut andil dalam setiap keputusan yang di ambil orangtuanya.
Evan sadar akan hal itu, membuat nya bungkam, dia akan membicarakannya nanti dengan orang tuanya dirumah.********************************************
"Ga bisa kaya gitu lah, Pih. Itu namanya Papi sama Mami ambil keputusan sendiri tanpa melibatkan Evan, ini terlalu terburu-buru, ga kaya gini caranya." Evan langsung mencerca kedua orangtuanya begitu sampai di kediaman orangtuanya.
"Evan dan Hana baru kenal 4 bulan, Pi," tambahnya.
"Van, Hana itu pasangan yang tepat buat kamu saat ini, dia baik, pinter, jelas asal usulnya, dengannya karir kamu bakalan melejit Van, dia pemegang saham di perusahaan Tanoko, itu yang akan menguatkan posisi kamu, lagian kurang apa sih Hana? Cantik, iya? Semua, semuanya dia punya, Van." Maya tak kalah kuat mematahkan argumentasi anaknya, ini yang terbaik untuk Evan.
"Mi Evan ga bisa, Mi. Evan -."
"Apa kamu masih mau mempertahanin wanita yang gatau asal usulnya itu? Orang miskin yang sudah jelas derajatnya jauh dari kita? Kamu mau sama dia, iya? " Bentak Maya tak kuasa menahan emosinya, Maya murka dengan penolakan terus menerus dari Evan.
"Mamiii ...!!" Suara Tn Baskara dengan sedikit gertakan untuk istrinya, mengingatkan istrinya untuk tidak lepas kendali, menegaskan sesuatu yang tidak perlu dipertegas, setidaknya untuk saat ini.
"Apa maksud Mami?" Evan memandang tajam ibunya. Ada gurat pertanyaan besar di wajah Evan.
"...."
"Katakan apa maksud kalian?" Suara Evan tak kalah kuat beralih menghadap papinya, tatapannya tajam, Evan mengepalkan kuat tangannya. Mengeram kesal tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari kedua orangtuanya.
Evan khawatir apa yang ditakutkan selama ini terjadi. Evan tidak bisa membayangkan jika kedua orangtuanya akan menyakiti Laras-nya. Jelas Mami dan Papinya sangat bisa melakukan hal itu.
"Jangan pernah menyentuh dia, JANGAN PERNAAH sedikitpun menyentuhnya!" Evan berteriak singkat, membentak sambil menunjuk ke arah kedua orangtuanya.
"..."
"Aku akan melindunginya dengan kedua tanganku sendiri, siapapun yang menyentuhnya akan berhadapan denganku, inget itu!"
Evan kemudian berlalu pergi ketika mendapatkan kebisuan kedua orangtuanya.
Brruukkkk...
Suara itu menghentikan langkah Evan.
"Sayang, Mayaaa bangun, bangunnnn heyyy "
Evan membalikkan badannya dan mendapati Maya tergeletak di lantai, Baskara terlihat bingung dan memucat, mencoba membangunkan istrinya berkali-kali.
"Siapkan mobil berengsek, kita bawa Maya ke rumah sakit."
Entah kata-katanya ditujukan untuk siapa, Baskara menggendong Maya sambil berlari, menaikkan Maya di dalam mobil.Baskara menahan badan Evan ketika ingin ikut menaiki mobil. "Kamu tidak usah ikut, sebelum kamu merenung dengan kata-katamu barusan."
Mobil Baskara meninggalkan Evan di pelataran rumah orangtuanya, Evan menunduk, menahan amarah. Mencoba mengontrol emosi tetapi amarah yang dirasa dalam dirinya begitu besar.
"Bereengseeek."
PS :
*jangan lupa vote dan komen biar semangat menyelesaikan cerita.
Terima kasih

KAMU SEDANG MEMBACA
LARASATI
Romance21+ Laras mencintai kekasihnya Evan, namun sembilan tahun bersama tak lantas membuatnya memahami sosok kekasihnya. Untuk saat ini uang adalah salah satu alasannya bertahan, Evan adalah sumber uang untuk kebutuhan mengobati ayahnya yang sakit-sakitan...