Tangan Evan memeluk Laras, mendaratkan kepalanya di ceruk leher Laras dengan segera, menciumi setiap detail tubuh Laras bagian atas yang terjangkau olehnya saat ini. Laras sedikit menggeliat menerima serangan yang begitu tiba-tiba.
"Aku baru sampai mas, istirahat dulu ya." Laras mencoba melepaskan diri dari rengkuhan Evan, agak sedikit menyentak, Laras melepas tangan Evan yang melingkari tubuhnya dan dihadiahi Evan dengan tatapan tajam bukti ketidaksukaannya pada Laras.
Laras berjalan menjauhi Evan, kemudian duduk di sofa ruang tengah apartemen milik laki-laki itu, dengan sedikit takut Laras mencoba memijit kakinya yang sebenarnya tidak terlalu capek. Itu hanyalah tindakan Laras sebagai pembenaran dari apa yang dikeluhkan ke Evan. Dia butuh istrahat sejenak.
Evan mendengus sebal, kemudian mengambil air putih dingin di lemari pendingin di dapur. Laki-laki itu datang kembali ke Laras dengan membawa satu cangkir air dingin ditangannya.
Di sinilah Laras, di apartmen Evan, setelah sempat memberi tahu bahwa hari minggu dia tidak bisa menjemput, kemudian sekitar satu jam yang lalu Evan menghubunginya dan menyuruhnya datang ke apartement.
Walaupun Laras sempat menolak, Evan mengancam akan mendatangi kosnya dan menariknya dengan paksa. Yang tentu saja Laras tidak mau Evan melakukan itu.
"Aku kaget ketemu kamu kemarin di kantor, aku malah nggak tahu kalau kamu kerja di perusahaan penerbitan itu." Evan berkata sambil menghidupkan televisi, mencermati berita berita bisnis yang mulai menarik perhatiannya.
"Sama aku juga nggak tahu." Laras mencoba menanggapi dengan singkat.
"Kamu hari sabtu kemarin kemana?"
Sial siaal.
Keingintahuan Laras sangat mendominasi saat ini. Entah mendapat keberanian dari mana Laras sangat ingin mendapatkan informasi dari kecurigaannya, tetapi bagaimanapun bukannya Laras adalah kekasihnya sehingga dia berhak tahu kemana kekasihnya itu pergi.
"Ke mall di daerah selatan, aku ada acara makan dengan partner bisnis aku," ucapnya sambil tetap memperhatikan televisi.
Laras menarik nafas dalam, berarti benar laki-laki dan perempuan cantik yang ditemuinya di mall kemarin adalah Evan dan teman yang katanya partner bisnisnya. Dan apa iya jika teman bisnis hanya berdua saja dan dengan rangkulan hangat? Sedikit sesak menghampiri, Laras mencoba membuang pikiran-pikiran negatifnya.
"Ohh," jawab Laras sekenanya.
" Udah nggak capek, kan?" Evan mencengkeram tangan Laras menariknya mendekat hingga Laras menabrak dada bidang Evan. Evan mendekatkan wajahnya ingin mencium Laras dan secara tidak sadar Laras menghindar, menolehkan wajahnya ke arah sembarangan demi menghindari ciuman Evan.
"Kamu kenapa sih?" Jelas ada nada tidak suka di kalimat Evan.
"Aku ke toilet sebentar." Laras langsung berdiri dan pergi ke kamar mandi tamu yang ada di dekat ruang tengah. Laras memasuki kamar mandi, menatap wajahnya sendiri di cermin. Laras mencoba menenangkan hatinya yang penuh dengan pemikiran buruk.
Tidak tidak, itu belum tentu Evan.
Tenang tenang, jangan sampai Evan marah karena kamu masih membutuhkannya, ucap Laras dalam hati sambil mencoba menarik nafas dalam dalam.Karena Laras tak kunjung keluar, Evan terpaksa membuka pintu kamar mandi dan mendapati kekasihnya itu sedang membasuh wajah. Evan langsung memeluk Laras dari belakang, menguatkan tangannya di pinggang Laras agar wanita itu tak bisa bergerak.
"Aku mau kamu," ucapnya serak, menyibakkan rambut Laras dan mulai menciumi leher wanita itu, menghirup dalam dan basah.
"Se .. sepertinya aku agak sakit," kilah Laras sambil mencoba memisahkan diri dengan Evan. Namun Evan bergeming, tidak sedikitpun dia menghentikan aktivitas untuk mencoba merangsang gairah wanitanya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LARASATI
Roman d'amour21+ Laras mencintai kekasihnya Evan, namun sembilan tahun bersama tak lantas membuatnya memahami sosok kekasihnya. Untuk saat ini uang adalah salah satu alasannya bertahan, Evan adalah sumber uang untuk kebutuhan mengobati ayahnya yang sakit-sakitan...