BAB 11

9.9K 570 6
                                    

Pukul setengah tujuh pagi Laras sudah bersiap memulai aktivitasnya hari ini. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari ini Laras bersiap untuk bekerja di hari pertama.
Setelah terakhir kedatangan Fakhri ke rumah, laki-laki itu menawarkan lowongan pekerjaan di kantornya sebagai staf administrasi. Tentunya, Laras tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, mengingat untuk saat ini mencari pekerjaan bukanlah sesuatu hal yang mudah. Dan berkat dorongan bapaknya juga, akhirnya Laras menerima tawaran Fakhri untuk bekerja di kantornya.

Laras memutuskan untuk membeli sepeda motor bekas sebagai alat transportasi ke kantor, karena di desanya, transportasi satu-satunya yang mudah digunakan hanya sebatas sepeda motor. Transportasi umum sangat jarang ditemukan di sini.

"Pak, Laras berangkat dulu ya." Laras mendatangi Bapak yang sedang bersantai di teras, terlihat sedang berbincang dengan tetangga yang memang sering berkumpul di pagi hari.

Laras yang menemukan bapaknya sedang berbincang dengan Pakdhe Gito, langsung menghampiri untuk berpamitan.

"Hati-hati, Nduk," jawab Pak Dirman.

"Ya, Pak."

Setelah kurang lebih lima belas menit Laras sudah sampai di kantor Fakhri. Berdasarkan alamat yang diberikan Fakhri, Laras cukup yakin bangunan kecil yang lebih mirip seperti rumah di depannya ini adalah kantor sementara Fakhri. Mengingat pekerjaan Fakhri hanya bersifat sementara, Fakhri dan rekannya memutuskan untuk menyewa sebuah rumah kecil di dekat rumah sakit yang dijadikan kantor.

"Assalamualaikum, " Laras mengetuk pintu yang sepenuhnya sudah terbuka namun terlihat sepi, mungkin karena terlalu bersemangat laras datang terlalu dini.

"Assalamualaikum," ucapnya kembali.

"Walaikumsalam." Seorang ibu-ibu dengan kemeja warna abu ketat melapisi tubuhnya datang menghampiri kemudian membalas salam Laras. Rambutnya disanggul sedemikian rapi, dengan make up yang tebal, ditambah harum parfumnya yang langsung semerbak dengan keberadaannya yang semakin mendekat kepada Laras.

"Saya Laras bu, Larasati," ucap Laras memperkenalkan diri. "Saya yang dipanggil Bapak Fakhri untuk mengisi lowongan sebagai staf administrasi."

"Ooooh, iyaa yang gantiin Dewi ya? Sini masuk, siapa tadi namanya?"

"Laras, Bu."

"Oh iya Laras, mmm saya Retno, panggil Mbak Retno saja ya?" jawabnya dengan terlihat kurang nyaman jika dipanggil ibu.

"Oh iya bu.. eh, Mbak," jawab Laras canggung.

Perasaan kalo dilihat dari wajahnya usianya sudah empat puluh lima tahunan deh.. Laras sedikit geli memanggilnya dengan sebutan Mbak.

Bu Retno eh Mba Retno menunjukkan meja di sudut ruangan tepat berada di depan pintu masuk.

"Ini tempat kerja kamu ya, Ras. Untuk laptop nanti ada fasilitas kantor dan boleh dibawa pulang kalo ada lemburan aja, printer dan fotocopy ada di pojok situ dibalik lemari besar, terus pintu yang mengarah ke kiri itu ada dapur kalo misal mau bikin kopi atau teh bisa disana, kamar mandi juga nanti lewat situ ya, Ras."

"Baik, Mbak."

"Mmm apalagi ya, kalo masalah kerjaan nanti ngalir aja, Ras. Toh kata Bapak kamu sudah pengalaman jadi pasti bisa lah adaptasi."

"Iyaa, Mbak."

Kemudian setelahnya Mbak Retno mulai memperkenalkan Laras dengan beberapa karyawan yang mulai berdatangan. Ada sekitar lima karyawan, enam dengan Laras yang bekerja disini. Sedangkan Pak Fakhri sebagai kepala proyek dibantu Mas Bayu sebagai asistennya.

LARASATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang