27 || Mengapa Harus Begini?

3.1K 192 62
                                    

Vote dulu yuk!
Yang gak vote jahat iih 😐

Selama empat hari di Malaysia membuat badan Adara merasa tidak seperti biasanya, ia hanya ingin rebahan, rebahan dan rebahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama empat hari di Malaysia membuat badan Adara merasa tidak seperti biasanya, ia hanya ingin rebahan, rebahan dan rebahan. Sampai Fawwaz bingung melihat sikap istrinya yang berubah itu.

Seharusnya mereka berada di Malaysia selama seminggu bahkan lebih, tapi karena Adara kekeh ingin pulang ke tanah air dan meminta menginap di rumah Wina dan Vargas sampai nangis bombay, jadi mau tak mau Fawwaz harus mengikutinya. Terkadang Fawwaz juga merasa kesal karena Adara yang banyak maunya.

"Sayang? Makan dulu yu, udah disiapin tuh sama Bibi sama Mama di bawah," ucap Fawwaz berusaha merayu Adara yang tengah berbaring di atas kasur.

"Bibi masak apa?"

"Apa ya? Aku gak liat tadi. Apa mau aku bawa makanannya ke sini?"

"Jangan Mas. Yaudah kita ke bawah."

Adara menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, tak lupa memakai jilbab instannya dan turun dari ranjang. Adara sendiri bingung, mengapa mood nya ini selalu berubah, padahal ia sedang tidak datang bulan.

"Ayo Mas."

"Yuk!"

Mereka melangkah keluar menuruni anak tangga menuju meja makan, terlihat Wina memang sedang merapikan makan malamnya di atas meja.

"Hai Ma?"

"Eh, hai juga Nak."

Adara dan Fawwaz menggeser kursi lalu mendudukinya, terpampang jelas banyak makanan yang tersaji. Mulai dari udang asam manis, pesmol gurame, tumis brokoli, dan yang terakhir sup ayam.

"Maaf ya Ma, aku gak bantu masak tadi," sesal Adara.

Wina tersenyum, "Gak papa, lagian Mama juga gak masak, ini yang masak si Bibi."

"Papa mana, Ma?" tanya Fawwaz.

"Masih diatas, kayaknya masih diruangan kerja."

Fawwaz ber-oh ria, walaupun Vargas sudah memasuki usia senja, ia masih tetap aktif bekerja, padahal diusianya yang sudah hampir memasuki 50 tahun harusnya ia beristirahat. Lagi pula jika ia tidak bekerja pun uang akan datang dengan sendirinya karena saking banyaknya cabang Cafe keluarga Fawwaz.

"Kalian makan duluan aja, Mama susul Papa dulu di atas," ucap Wina setelah itu melengang pergi.

Adara dan Fawwaz mengangguk patuh. Fawwaz sudah mengambil nasi dan lauknya, sementara Adara masih menatap bingung makanan di atas meja. Fawwaz yang melihatnya pun aneh, benar-benar bukan seperti Adara sebelumnya.

"Kenapa?" tanya Fawwaz.

"Bibi gak masak telur ya?"

"Gak sayang."

Love Story of the Twins [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang