9 || One Fact About Zain

1.9K 158 25
                                    

Jangan lupa di kasih bintang... jangan lupa boom komentar, biar aku semangat nulis dan up nya
👉👈 dan jangan lupa yang belum follow, follow dulu yaa 🙂

 jangan lupa boom komentar, biar aku semangat nulis dan up nya 👉👈 dan jangan lupa yang belum follow, follow dulu yaa 🙂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading ♥️



"Pede banget, Pak," celetuk Adira.

"Harus dong, kalo saya gak pede gimana nanti saya ngomong ke orang tua kamu."

"Kok orang tua saya sih?"

"Karena kalau mau ngelamar kamu itu harus punya percaya diri tinggi. Biar orang tua kamu yakin."

Deg!

Jantung Adira berdebar. Tak bisa ia elakkan, karena omongan Zain terlalu frontal, dan langsung jleb ke hati.

"A—ap... apa?"

"Kamu mau saya lamar?"

"Dih! Emang saya mau sama Bapak? Orang gak mau!"

Gak mau nolak masudnya. Mwehehe...

"Dih! Emang saya juga mau? Orang saya nanya kok."

"Pertanyaannya gak berbobot Pak mohon maaf." ketus Adira pada Zain.

"Berbobot. Kalau saya ngomongnya ke orang yang tepat."

"Fix, berarti saya orang yang gak tepat."

Perdebatan behenti saat Zain tidak membalas lagi ucapan Adira. Namun....

"Semua akan tepat pada waktunya. Omongan itu hanya pegangan, tapi juga harus dibuktikan dengan perbuatan, dan harus diiringi dengan usaha dan juga doa. Kata-kata yang saya ucap barusan itu salah satu usaha saya, dan doa... adalah salah satu cara saya juga untuk memintamu kepada Allah."

Wooooww!

Bolehkah Adira meleleh detik ini juga? Seperti coklat yang berada di bawah sinar matahari yang terik. Baru kali ini ia mendengar Zain berbicara banyak, karena sejak tadi ia hanya bicara singkat dan biasa saja.

Jantungnya semakin berdebar. Ternyata Zain bisa menjadi orang yang mempunyai tiga karakter sekaligus. Yang pertama bucin, yang kedua keseriusan, dan yang terakhir.... kefrontalannya itu patut diacungi lima jempol.

Adira masih tertegun. Lidahnya kelu, tak bisa membalas ucapan Zain tadi. Perlahan ia meneguk salivanya, mencoba menetralkan detak jantung yang ingin lompat dari tempatnya.

"Eum... anu...." napas Adira tercekat.

"Anu apa?" tanya Zain, menaikkan satu alisnya.

"Pak? Ba—bapak masih ada di bawah alam sadar, apa emang udah sadar 100%?"

"Sadar, kenapa?"

"Bapak masih waras?"

Kini Zain menatap Adira tajam, "Kamu ngira saya gila?"

Love Story of the Twins [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang