~Rebecca's P.O.V~
Aku berjalan kesebuah tempat yang aku tidak ketahui. Namun, aku menghiraukan itu sambil tetap fokus pada pisau yang kupegang ini. Perasaan hancur. Aku merasa bersalah, namun merasa bahagia. Kepalaku seperti berkata, 'Hora! Kekesalan ini telah terbalaskan!'. Namun Hatiku berkata, 'Monster macam apa aku ini? Beraninya kau berbuat perbuatan keji seperti ini?'. Kepalaku seperti mau pecah. Tanganku yang bau anyir dan berlendir ini membuatku mual, namun entah kenapa aku begitu senang!
Kalian tahu, apa yang barusan kulakukan? Aku barusaja membunuh seorang Teman palsuku. Entah apa yang kupikirkan, namun suara-suara itu memerintahkanku untuk melakukannya. Mungkin ini yang dinamakan Dendam. Dendam yang menggumpal sedaridulu.
-Flashback : ON-
Aku mengerutkan dahiku dan menyipitkan mataku. Aku tak percaya apa yang kulihat ini. Aku menggenggam erat kertas itu dengan meremasnya sedikit Aku tak percaya, Nilai matematika-ku dibawah 5. Aku melengkungkan bibirku keatas. Guruku marah padaku dan menjewer telingaku memutar hingga telingaku merah. Aku menangis kesakitan saat itu. Semua orang-orang dikelas menertawaiku, tak terkecuali saudara jauhku, Nathan.
(Jalan Pulang Ke Rumah)
Saat pulang, Mommy pasti akan menyiksaku, pikirku.
Aku masih teringat pada suara-suara tawaan teman-temanku. Apalagi nenek sihir yang menjewerku hingga telingaku memar.
Masa', ada anak SD kelas 2 dihukum berat seperti ini? Yang kau jewer itu Cewek, bodoh!
Aku berceloteh didalahm hati hingga aku lupa pada jalanan. Aku tersandung batu dan terjatuh pada aspal. Lututku tergores aspal, pedih sekali. Aku berusaha bangkit kembali dan mencoba untuk berjalan perlahan. Kulihat dari salah satu rumah disekitarku ibu-ibu yang memperhatikanku dengan tatapan sinis. Hmm... sungguh ku tak suka itu.
Sesampainya dirumah kontrakan kecil milik keluarga kecilku, aku berjinjit perlahan melihat situasi. Kertas soal matematikaku sudah ku simpan baik-baik. Dan mungkin Mommy tidak mencurigaiku.
"A..Aku pulang...!"
"Rebecca! Kemari kau!"
Suara bentakkan Mommy membuatku bergidik.
"Kau dapat nilai 3,5 hah?! jawab aku! kau ini anak yang tidak tahu diri! Pula, kau kotor sekali! Tak tahu, ya?! Aku mencucinya setiap hari! Kau mengotorinya! Aaaah! Mati saja kau! Aku tak butuh!"
Mommy melempariku tempat rokok beling padaku. Tepat dia melemparnya dibagian kanan atas dahiku. Wajahku pucat, Aku merasa ada yang mengalir dipipiku. Saat kupegang, Darah! Seketika aku tak sadarkan diri.
"......ca...."
"...becca....."
".......Rebecca......"
Samar-samar terdengar suara Daddy. Kucoba membuka mataku. Kepalaku sangat sakit. Aku meringis kesakitan. Saat kulihat sekelilingku, berdiri Mommy dan Daddy. Daddy tampak khawatir padaku. dan Mommy, raut wajahnya seperti merasa bersalah(dan memang benar salah besar menurutku). Kulihat Dokter membawa beberapa alat seperti penjepit, suntikan, pisau, jarum, benang, kapas, dan alat lainnya yg tidak kuketahui. Dan aku baru sadar akan sesuatu. Aku akan dioperasi!
Nggak mau! Aku nggak mau dioperasi dan mati disini! Ini semua gara-gara Guru setan itu! Kalau saja Mommy tidak ditelpon oleh Nenek sihir itu, pasti hidupku nggak akan begini!, pikirku.
Aku merengek karena sungguh tak ingin dioperasi. Aku tidak tau jika operasi ini gagal, mungkin wajahku akan aneh. Aku menyumpah-nyumpahinya. Sungguh tak kuasa ku meelihat suntikkan. Dokter itu tersenyum, dan menyiapkan suntik biusnya tepat dilukaku. Aku terus berharap agar semuanya beres.
cus.(?)
"AAAAAAAAAAAAUUUUW PAMAAAAN! OOOOM! SUNGGUH SAKIT SEKALIII!" teriakku. Mommy dan Daddyku menatap keheranan. Ya, aku memanggil mereka, karena hanya mereka yang peduli padaku, ha!
~2 Months later~
Operasiku lancar. Aku sudah sembuh. Dahiku dijahit 4 jahitan. Hm, menurutku luka kecil ini bisa sembuh dalam seminggu jika tidak dijahit.
Saat ku datang kesekolah, aku bukannya disambut, malah diejek.
"Lihat siapa yang datang!"
"Hahaha, Cewek bodoh yang disiksa ibunya karena ditelpon bu guru karena nilai kecil! Hahaha!"
"Menjijikan sekali! Ada anak kontrakan di sekolah ini! Hahaha!"
"Lebih baik kita singkirkan saja dia!"
"Aku ingin makan donat~ minta saja pada cewek payah ini!"
"Jangaan! dia kan hanya diberi bekal Rp.500, mana bisa beli donat seharga 2 kali lipat dari uangnya!"
"Uh, kasihan sekali"
"Hahaha"
Suara-suara itu bergeming dikepalaku. ditambah lagi, suara Mommy dan nenek sihir itu. Aaaargh! rasanya memutari kepalaku dengan cepat!. Tapi, aku tidak boleh terlihat marah atau tak tahan. itu sama saja aku lemah. Akupun melewati mereka dengan santai. Aku berbisik, "Puas?". Seketika semuanya hening. Mataku melirik pada Annette dengan mata membulat sempurna. Dia gemetar. mungkin dia takut?. Terduduklah aku dibangku paling pojok kelas. Yeah, you knew it lah.
~1 Months later~
Aku bersandar pada dinding kamarku. Ya, depresi melanda. Mommy mengunciku dirumah sendirian. Katanya pergi ke Pasar, tapi aku tidak yakin itu. Aku hanya bisa menggigit kuku jempol sambil memegang perutku yang sedaritadi menyahut-nyahut. Aku melihat sekeliling, sepi sekali. Tak ada seorang pun di kontrakan kecil ini selain, aku. Agar tak hening, aku menyalakan Tv. Kebetulan ada film favoritku.
Setelah lama keasyikan menonton, aku tak sengaja menangkap suara seperti truck mainanku dimainkan?. Aku mendekati asal suara itu dan.. bingo!. Truck mainanku sedang terdiam dilantai. Tapi, siapa yang memainkannya?. Dirumah hanya ada aku saja, 'kan? pula, seluruh pintu dan jendela sudah Mommy kunci hingga aku tak bisa keluar.
"Hei... mau main..?"
Suara itu mengagetkanku. Akupun menoleh asal suara itu, dan... Aku melihat seorang gadis sebaya denganku dengan pakaian dress hitam merah balet. Rambutnya ikal berwarna hitam pekat. Bola matanya besar berwarna coklat tua. Dihiasi pita di atas kedua telinganya. Cantik sekali. Tiba-tiba lidahku seperti bergerak sendiri.
"Ayo, Mau main apa?"
Dia tersenyum lebar, "Main kejar-kejaran, yuk?"
"Oke! Oh, ya. Aku mau tahu namamu.."
"Namaku Daisy. Salam kenal, Bechan"
"Hihihi, apa itu Bechan, daisy? lucu sekali."
"Itu panggilan sayangku"
Sepintas dia menyeringai.. tapi kembali tersenyum lebar.
"Aku jaga, ya.."
"Daisy, aku harus berlari kemana? rumah ini sempit.."
"Kau bisa keluar jendela kamarmu itu, kok."
Akupun bergegas untuk lari darinya. Saatku coba membuka jendelanya... bingo! Jendelanya terbuka. Aku berlari sejauh yang kubisa. Entah kenapa aku jadi takut pada Daisy. Aku benar-benar takut!
°•°•°•°•°
Yeeeaayy ..! Chapter First udah beres! Mungkin pendek, sih. saya ingetnya buat FF anime yg pendek-pendek, sih *ketawa*
Chapter ini diceritakan tentang saya yg sebelum pindah dari kediaman saya di daerah Sukajadi, Bandung. Saya takkan memberi tahu readers dimana Saya bersekolah. Saya masih punya hati. So, Hope readers likes it!★
-Don't forget to Vomment!-
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare in Myself [SLOW UPDATE]
Mystery / ThrillerTak bisa ku hentikan suara-suara yang bergema dalam pikiranku. Suara bentakkan, cemoohan, ejekan, fitnah, dan kebohongan itu merasuki telingaku. Aku pasrahkan semuanya pada pisau yang kugenggam saat ini. Tak perlu kalian tahu untuk apa. Yang jela...