6th - End.

907 51 8
                                    

Chapter ini kudedikasikan untuk kak AliceVessalius04 >< oke, saya tergila-gila sama cerita Pewdsnya.. sayang belom lanjut ;-; terus, saya jadi late read yg Only you my lovely girl >< maafin saya xD Semangat terus dan jangan gantungin cerita-ceritamu, senpai(?)-0-/

============================================================================================================

Bel pulang berderu, tapi Kepalaku jadi pusing. Suara itu terus menerorku. Oke, itu memang suaraku, right? Tapi itu bukan diriku yang sebenarnya. It's my dark side. Gigi grahamku sakit karena banyak makan roti keju dikantin. Mata pandaku membuat orang-orang menjauhiku. Whatever, i don't care.

Aku menengok kebawah. Oh, Robbin sedang memakai jaket. Coba aku tarik perhatiannya~ Aku berlari kearah kelas Steve sambil melirik Robbin dari sini. Hm, dia melirikku juga ternyata. Sekilas mataku tertuju pada seorang anak lelali bertas coklat sama sepertiku. Ya, si pemilik tubuh mungil itu adalah Darny. Anak dari sahabat Daddy. Aku berlari menuju tangga dan mengejarnya.

"Ny! Darny! Si Chocochip mana?"teriakku sedikit terengah karena kelelahan berlari tadi.

"Hey, Bobby 'kan dijemput kakaknya karena dia sakit kaki tadi."

"Oh."jawabku singkat sambil berjalan beriringan dengan tubuh mungilnya.

"Kakaknya bertanya, 'Kakimu kenapa?' Sambil memapahnya" pandangan bocah itu terus ketanah hingga dia tak ngeh pada teman yang mengolokinya.

"Oh, oh. So sweet." tawaku "Oke, kakaknya begitu perhatian, ya. Mungkin si Bobby akan bilang, 'Oh, kakiku sakit sekali, bro. Kau perhatian sekali.. Sampai menjemputku begini.. Kau lebih dari seorang—'"

"Homo."Ia terkekeh kecil.

"Oke, udah Homo, terus Incest, lagi? uuhh.. parahnyaa." dengusku. Tapi aku yakin, Bobby kecil tak mungkin incest hanya karena perhatian brothernya yang begitu berlebihan.

Aku menatap jalanan raya. Dengan lurusnya tanpa peduli ada beberapa mobil yang akan melintas, aku menyebrang dengan santai. Suara klakson dan teriakan murid-murid membuatku jengah. Berisik. Aku menoleh pada Robbin yang sudah semakin menjauh. Wait, Hey! Who cares? Aku menatap Darny yang berkeringat dingin. Aku mengacak-acak rambutnya. Dia ini sudah kuanggap adik sendiri walau dia pernah menyatakan cinta padaku. Uh, so Absurd. Aku berlari kecil untuk mendahului Robbin yang ada di seberang.

"El!."

"Hah? mana si Bobby?" Aku menoleh pada Darny. Oke, Bobby memiliki nama singkatan BaEl (Bobby, Nael sang kakak) Jadi, aku menyangka itu adalah si Bael itu.

"Elder, kok. Bobby pulang lewat gereja.."

"What the hell?! Elder?! Are you serious?! Kalo ada Elder, berarti..."

"Aku panggil kekasihmu, ya? namanya siapa? Robby? Ruin? Ribbon?"

"Robbin. Ahsudahlah.. jangan perdulikan dia. diapun tak memperdulikan aku.." wajahku yang tenang, jadi tegang.

"Tobi, disini ada Becak~"

"Barneeeey!!! Dinosaurus keparaaat!" teriakku seraya mengejarnya dengan gesit. Tubuh mungilnya ternyata lebih gesit. Yeah, diakan mungil, lalu beban yang dibawanya kurang dari 100 gram. Toh, aku bawa 1 kg lebih beban dipunggungku. Membuat enchok --

Skip.

Mungkin Robbin telah melihatku. Tapi aku tak peduli. Apapun itu, aku sudah tak mau peduli lagi! Bodoh dia cemburu, cuek, murka, membunuhku atau memutilasiku pun! Upsy, pemikiran yang salah~

Nightmare in Myself [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang