Hatiku benar-benar rapuh hari ini. Sakit hatiku tak bisa dihapuskan. Padahal, Emily akan pulang bersamaku, Robbin, Elder, Brian. Aku menahan diri sekuat tenaga untuk menahan diri agar tidak menangis. Dia bercerita beberapa hal yang membuatku sesak.
"Yah, kalau Elder bersikap dingin begitu padaku, dan kita berlima terpecah begini, lebih baik aku tak pulang bersamamu!"
Hatiku sudah duluan menangis. Kukepalkan tanganku. Elizabeth dan Irene lewat dan mengajak ngobrol Emily, kecuali aku. Di sebuah gang besar yang sering kami berlima lewati bersama, Aku berjalan sendirian antara Robbin, Elder, Brian dan Elizabeth, Irene, Emily. Tak lama kemudian pikiranku kacau. Hatiku benar-benar remuk. Padahal, kemarin aku berjanji. Setelah ditenangkan James, aku tak boleh menangis lagi. Tangisanku semakin menjadi saat Emily menyusulku dan bertanya-tanya.
"R..Rebbeca! Kau kenapa?? Aku salah, ya? maafkan Aku!"
Aku tidak mengubrisnya. Hanya Isakan tangisku yang terdengar sangat pedih.
"Robbiiiiiiiin! Kau punya kekasih, malah dibiarkan begitu saja! Tanya kek, tenangin kek!"
"Oh, aku nggak tau.. Maaf. Kamu kenapa sayang?" tanya Robbin dengan alisnya yang keatas.
Balasanku tetap sama. Isak tangisku malah makin menjadi. Aku memang sangat cengeng akhir-akhir ini.
"Rebecca..."
~3 days later~
Sudah 2 hari ini aku tidak masuk sekolah. Entah apa yang kupikirkan. Secara diam-diam, aku mengambil sebuah benda yang mengkilat dimeja makan. Entah kenapa, aku merasa benda itu sangat indah. Pisau. Ya, benda itu adalah pisau. Dengan mengambil pisau, handphone, charger, uang, dan baju-bajuku kedalam tas coklat gelapku, aku merasa tenang. Aku melirik pada benda yang menarik perhatianku. Novel Nightmare Side 1-3. Novel kesayanganku dari SD hingga kini. Ini akan lebih mewarnai hari-hari sepiku.
Hm, lebih baik jika pisau ini aku simpan dipinggangku, pikirku. Karena memang, dipinggangku selalu terkalungi sebuah tempat menyimpan air mineral(Author kudet, kagak tau nama bendanye apaan :'v). Oke, ini berlebihan. Apa yang kulakukan? Aku menunggu jam 2 malam. Aku terus memainkan handphoneku seperti biasa. Tanteku yang kondisinya masih belum sehat penuh, terus bolak balik ketoilet untuk buang air kecil. Sudah biasa. Kenapa aku memilih jam 2, hm? karena saat itu mereka tertidul pulas.
Misiku awalku ternyata berhasil. Tunggu, apa kataku tadi?
Aku berhasil melarikan diri. Huh, dasar manusia memang bodoh. Eh, apa? Bukankah aku kelompok dari mereka juga?
Entah aku mau kemana. Tapi, aku menoleh pada suara kereta yang melaju lambat. fufu, aku bisa ikut menumpang disitu. Akupun menunggu kereta hingga ujungnya. Membosankan.
Akupun lompat dengan gesitnya pada pintu paling belakang. Hm, gerbong itu kosong dan kumuh sekali. Tak heran jika dari luar terlihat gelap. Aku duduk dan bersandar di sisi pintunya hingga aku terlelap tidur.
Kereta sampai disebuah stasion. Aku cepat-cepat turun sebelum ada yang melihatku disini. Hm, aku tak mengenali tempat ini. Tapi, kakiku bergerak kesebuah apotek.
"Selamat Pagi, Ada yang bisa kami bantu?"sambut apoteker disana dengan senyumnya yang tertuju untukku. Aku membalas senyumnya.
"Aku mencari 3 botol alkohol..." mulutku meminta dia memberikan barang itu padaku. Lelaki itu menatap heran, namun kemudian dia mencari barang tersebut. Lalu memperlihatkannya padaku.
"Ini dia. by the way, ini untuk apa, dek?"
"Hm, untuk tugas praktek"
.....................
...............
........
...
.
Aku tiba disebuah rumah yang cukup besar. Sepertinya aku tahu rumah ini milik siapa.. Ini rumah Margareth. Si pembual dumbass itu. Kulihat dia keluar dari rumah itu. Tanganku menariknya kesuatu tempat. Kejadian itu hanya sekejap.
~Margareth's P.O.V(Yesh, It's finally Another P.O.V!! xD)~
Aku melangkahkan kakiku dengan semangat. Hum, hari ini, teman-temanku mau mengajakku minum choco parfait di café! senangnya!
Aku membuka pintu pagar dan kembali berjalan dengan riang. Namun, tiba-tiba saatku mengedipkan mataku, aku sudah berada di got pinggiran komplek?!
"Hihihihi, Margarethy.. Kau jadi terpengaruh teman-teman palsumu itu, ya? bodoh sekali. Hihihihihi"
Suara tawa itu memekakkan telingaku. Oke, sepertinya aku tahu suaranya. Rebecca. Saat menoleh, ternyata benar! namun, Lensa matanya hitam legam. Padahal, setahuku dia ini bermata coklat cerah. Lagi, tak ada irisan cahayapun dimatanya. Wajahnya tampak tua. Seperti sehabis menangis begitu, pikirku.
"R..Rebecca...?"
".....Good Night....."
"......Eh......"
Dia tersenyum manis... Tapi.....
~Rebecca's P.O.V~
"Hahahahaha!
Wajah si pembully sombong itu sungguh malang sekali. Aku tertawa cekikikan sungguh bahagia. Pisau yang tertancap tepat dijantungnya ku ambil dan kusimpan kembali. Aku hapus sidik jariku dengan alkohol, dan Memasukkan mayat Margareth kegot yang airnya sedang mengalir keras.
Dengan cepat aku ganti baju dan membersihkan darah ditubuhku. Lalu, kakiku melangkah dengan cepat kearah stasion. Seperti biasa, aku bersembunyi digerbong paling belakang kereta, dan turun disebuah kota.. kotaku lagi? oke, kali ini kemana kakiku berjalan? kearah komplek perumahan besar dan kebetulan sepi.. mungkin karena sudah sore.
Hmm.. aku tak kenal tempat ini. Kakiku terus berjalan hingga pertengahan komplek. Alu memasuki Rumah gedongan itu. Mataku melirik kesebuah CCTV. Aku memotret gambar tempatini sejajar dengan CCTV itu. Kupasangkan handphoneku tepat didepan CCTV itu. hm, sepertinya berhasil. fufu~
Aku mengendap-endap endap dan melihat, apakah ada CCTV. Ternyata ada, kamera itu disimpan ditumpukan barang bekas dekat gudang. Heh, pintar juga. Tapi instingku lebih pintar, hihi. Pertama, kulihat Temanku sedang menangis. Ya, temanku yang ikut geng pembully di SD pertamaku, Rina. Dia menangis sambil terus menatap handphonenya. Aku masuk kejendela kamarnya. Bodohnya, dia tak menyadari aku mengunci pintu kamarnya dan eeww.. Dia menatap sendu diriku.
"Rebecca....? bagaimana kau bisa disini?"
"Aku akan selalu ada untukmu, hihihi"
"Oh, ya--"
jlebb
Aku menusukkan pisauku tepat dilehernya. hihihi, akan kubuat dirimu seperti kecelakaan~
Aku mendudukannya dibawah kasur, tangannya keatas, dan tepat dilehernya kusimpan garpu. Tapi, dia yang duduk malah jadi terbaring sampai garpunya makin masuk. Heh, ini baru kecelakaan!. Kuhapus sidik jariku dan menggenggam erat pisauku.
Kakiku berjalan hingga entah aku dimana. Namun, aku menghiraukan itu sambil tetap fokus pada pisau yang kupegang ini. Perasaan hancur. Aku merasa bersalah, namun merasa bahagia. Kepalaku seperti berkata, 'Hora! Kekesalan ini telah terbalaskan!'. Namun Hatiku berkata, 'Monster macam apa aku ini? Beraninya kau berbuat perbuatan keji seperti ini?'. Kepalaku seperti mau pecah. Tanganku yang bau anyir dan berlendir ini membuatku mual, namun entah kenapa aku begitu senang!
°•°•°•°•°•°•°•°
YEEEAAAYY!! New Psycho is come!
Saya janjiin, saya bakal masukin tokoh-tokoh Creepypasta kaya Jeff, Slendy, Ben, Jack, dll(dan lupa lagi) xD
Yup, besok rencananya saya mau mulai bikin Rebecca jadi makin kesepian dulu~ Hehehe
So, hope you all likes it! Don't forget to Vomment it★
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare in Myself [SLOW UPDATE]
Mistero / ThrillerTak bisa ku hentikan suara-suara yang bergema dalam pikiranku. Suara bentakkan, cemoohan, ejekan, fitnah, dan kebohongan itu merasuki telingaku. Aku pasrahkan semuanya pada pisau yang kugenggam saat ini. Tak perlu kalian tahu untuk apa. Yang jela...