Chapter ini didedikasikan untuk Kak lelouchy! Saya suka karyanya yang berjudul "Onee-chan!" Semangat terus dan lanjutkan, ya, kak! ^-^/
°•°•°•°•°•°•°•°
~5 Days later~
Setelah kejadian lima hari kebelakang itu, aku memutuskan untuk diam. Semua barang yang kemarin aku pakai untuk membunuh, sudah kubuang. Kecuali Pisau dan Alkoholku. Sebenarnya, aku berencana ingin membeli spirtus... tapi sepertinya sulit diamankan, nih.
Pagi ini aku berjalan dengan tatapan kosong. Masih teringat Berita di Tv kemarin tentang pembunuhan. Ya, itu aku yang membunuh... mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur. Manusia sudah menjadi bangkai. Aku hanya termenung sepanjang jalanan. Orang yang kukenal menyapa, tapi aku pura-pura tidak mendengar mereka.
Disekolah.. dengan wajah pucat begini.. pasti mereka akan menjauhiku.. Terus saja aku menatap sekeliling dengan tatapan kosong. Sebagian besar murid-murid disini bertanya keadaanku. Tapi aku hanya terus berjalan tanpa memperdulikan mereka. Aku berdiri dibalkon depan kelasku dan melihat lurus kedepan dengan tatapan kosong. Masih tak percaya apa yang kulakukan saat itu.
Saat sedang hening, tidak, aku memang hening dari 3 hari yang lalu. Diana mengagetkanku, tapi aku tidak kaget *ketawa*. Diana yang datang berceloteh padaku, tapi aku tidak mendengarnya. Huh, untunglah dia tidak menyadari sikapku yang berbeda.
"Eh, eh.. itu tuh Si Flashback! Dia liatin kamu tuh!"
Refleks aku menoleh kakak kelas berkacamata hitam-merah itu. Ya, waktu kelas 1 aku pernah menyukainya. Aku melotot dan tertawa kecil yang sudah lama tidak kunikmati. Diana tertawa terbahak-bahak. Oke, mungkin hanya dia yang bisa membuatku tersenyum kembali.
~Time to Sleep~
Mataku sudah 5 watt. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.12 malam. Sudah lama aku tidak tidur di kasur empuk nan nyaman ini.. Aku membantingkan tubuhku kekasur sembari memeluk guling kesayanganku. Dan akupun sudah kedunia mimpi.
Kuberjalan ditengah kotaku. Jalanan sepi.. tak ada satupun orang atau kendaraan yang melintas. Padahal, tak ada jalan yang diblokir atau diperboden. Biasanya, tengah malam masih ramai kendaraan yang melintas walau aku sedang bersantai dikasurku. Ahh, whatever. Apa yang sedang kulakukan disini? Ditengah jalan raya?? Tanpa pikir panjang aku berjalan menyusuri jalanan sepi ini. Tiba-tiba..
Sreek, Sreek.. Cleepp, cleepp..
"Siapa disana...??"
Dijalanan seperti ini, masih ada suara-suara?? terdengar dekat pula? Apa aku salah dengar? Padahalkan, jalanan ini kosong melompong...
"Would you like to play the games.....?"
Refleks aku membalikkan badanku karena kaget. Tak ada siapapun disitu...
"Siapa kau..? dan.. mau apa kau me——"
"I just wanna play the games with you...."
"Baiklah, tapi.. perlihatkan wujudmu!"
"I'm in Yourself.. If you wanna play the games with me, i'll give you everything you wants.."
"Ya, ya.. apa game itu..aku?"
"Kill your boyfriend..or your fake friend.."
"What?! Oh god, no! Tak mungkin aku membiarkannya mati! Aku sayang mereka!"
"And They don't loved you.."
"Jika aku tidak ingin bermain game itu, bagaimana?!"
"You'll found some troubles.. like.. your Daddy..."
"Ba.. baiklah.. akan kulakukan.."
Kakiku berjalan hingga kerumah Emilly. Wait.. what?! Emilly?? Are you serious?? She's my best friend! Ok, mungkin dia mengkhianatiku.. tapi bukan ini caranya!
Entah bagaimana bisa terjadi.. Tanganku menancapkan pisau tepat dimatanya. Mencabik wajahnya hingga hancur. Pisaupun membelék perutnya hingga darahpun menjalar kemana-mana. Oh, tidak.. ini.. hal yang buruk.. Tanganku terus mencabik perut dan dadanya. Tangan kiriku mulai mengambil hati Emilly.. dan.. aku.. memakannya!
"Kyaaaaaaaa!"
Aku membuka mataku. Aku lupa apa yang kuimpikan tadi. Whatever.. paling mimpi buruk, pikirku. Aku bergegas mandi dan cepat-cepat kesekolah.
~School Time~
Saatku berpapasan dengan Emilly... Aku ingat semuanya! Keringat dingin mulai membasahi tubuhku. Tapi wajahku tetap santai seperti tak ada masalah sedikitpun.
"Kamu marah, ya?"
Emilly memegang tanganku erat-erat. Hell, no. Menjijikan!
"Kill her or... you'll found some troubles..."
Aku ketakutan.. Ternyata mimpi itu pertanda bagiku.. Aku tahu itu.. Aku hanya bisa menatapnya lurus-lurus hingga James memanggilku.
"Jika kau terus bilang begitu, aku akan benar-benar marah."
"Ah.. iya iya iya maafkan aku! aku tidak akan bilang lagi!"
"Rebeccaaaa..!! Ulangan Sainsmu dibawah KKM, loh!!"
"Shut up, little bitchy."
Aku melepas genggaman Emilly dan merebut kertas bodoh itu lalu membuangnya. Emilly yang melihat kelakuanku melotot dengan wajah ketakutan. Haha, so bitchy.
Kelaspun dimulai. Aku terlelap tidur. Dan hanya mendengar setengah dari suara guru tolol itu.
"You'll see.. your partner is come.."
Siapa?
"……"
Nama yang konyol. Aku tidak bisa kalau berdua untuk membunuh orang, bodoh. Kau tahu, aku ini individualis!
"Why you so stupid? he's yours."
What?! Dia pengganti Robbin, maksudmu?! No, way. Aku sudah tak ingin lagi berpacaran.
"He's your partner! not your boyfriend, idiot!"
Oke...
…………………
………………
……………
…………
………
……
…
.
"…ca…"
"…becca…"
"…Rebecca…"
"…Rebecca!"
Kudengar suara James yang memanggilku. Aku terperanjak. James sudah siap-siap menamparku. Untung si tolol tidak tahu aku tidur dari tadi. Aku meminta izin untuk ke toilet.
Turunlah aku dari lantai 2. Kulangkahkan kakiku menyusuri kelas-kelas. Saat kulewati satu kelas...
"Cia ciaaa... Robbin! Putrimu lewat, tuh! Sana samperin!"
Aku membuang muka. Cih, sudah pasti aku tak peduli padanya. Aku jadi terbayang bagaimana raut wajah Robbin saatku cincang tubuhnya ...
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Okay, Psychopathers..
Maafin Author ini yang sialan ._.
Saya berubah pikiran. Mending saya lanjutin aja deh daripada susah nunggu comment nya =_= gak ada yg minat Creepypasta, apa?! (Author ngamuk)Pleasee.. Vote antara :
1. Jeff the Killer!
2. Eyeless Jack!Author sedih, semuanya cuma silent readers TT.TT vote disini jg gapapalah.. buat lanjutin ke chapter selanjudnya -3-
Btw, chapter ini rada pendek, ya? xD
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare in Myself [SLOW UPDATE]
Mystery / ThrillerTak bisa ku hentikan suara-suara yang bergema dalam pikiranku. Suara bentakkan, cemoohan, ejekan, fitnah, dan kebohongan itu merasuki telingaku. Aku pasrahkan semuanya pada pisau yang kugenggam saat ini. Tak perlu kalian tahu untuk apa. Yang jela...