Rasa

590 70 8
                                    

Enjoy
...........................................................

Hua Cheng menatap benci kepada orang yang berdiri di depannya. Lan Xichen masih saja tersenyum lembut dan menyapa dirinya di pagi ini.

"Selamat Pagi, Mr. Hua."

"Selamat Pagi." jawab Hua Cheng ketus. "Bagaimana dengan hadiah dariku beberapa waktu lalu? Bagus bukan?" Hua Cheng ingin sekali melayangkan satu tinjuan di wajah bertopeng malaikat tersenyum itu. Ia harus sabar, mereka masih di area kampus bukan di tempat kotor biasanya.

"Kenapa kau repot-repot melakukan itu?" tanya Hua Cheng yang mengeluarkan sebatang rokok dan berniat menyalakannya dengan korek api gas yang sudah ia nyalakan. Lan Xichen tersenyum kemudian berkata. "Membalas perbuatan pencuri," tangan Lan Xichen langsung merebut batang rokok yang menyala di bibir Hua Cheng sebelum akhirnya menginjaknya hingga padam. "Dilarang merokok di area kampus, Mr. Hua." lanjutnya masih dengan senyuman, tetapi memiliki makna yang berbeda.

Hua Cheng menghela nafas agar menetralkan emosinya. " Maaf, tapi aku tidak pernah menjadi seorang pencuri, Mr. Lan."

Lan Xichen hanya menepuk bahu kanan Hua Cheng sebelum pergi meninggalkan lelaki itu sendiri di taman kampus yang sepi.

Hua Cheng berdecih kesal dengan sikap Lan Xichen. "Sialan!!! Siapa yang melakukan hal ini?!"

Tiga hari lalu ketika adik bungsunya pergi untuk men-tatto, Hua Cheng pergi menuju gedung perkantoran yang ada di sebuah daerah yang terlupakan dan sering menjadi tempat para penjahat berkumpul.

Memang ketika dilihat dari luar gedung perkantoran tersebut seperti sudah tidak terpakai, tetapi jika kalian mau melihat di lantai bawah tanah kalian akan tercengang dengan kantor yang bersih dan banyak pekerja di dalamnya.

Ketika Hua Cheng memasuki gedung tersebut banyak pekerja miliknya yang kebanyakan menggunakan jas putih terlihat cemas dan kebingungan.

"Ketua, Profesor Yin Shin-" Hua Cheng memberikan isyarat agar lelaki berjas putih dengan kacamata itu untuk diam. "Aku tahu, dia dibunuh oleh orang Lan, kan?."

"Benar, Ketua."

Hua Cheng menghela nafas pelan, ia mengurut pelan batang hidungnya.
"Apa benda itu sudah selesai?"

Orang-orang berjas putih itu mengangguk pelan dengan pertanyaan ketua mereka. "Hah, sebaiknya simpan saja senjata itu, kalian pelajari senjata yang dibuat Yin Shin beberapa waktu lalu itu, baru setelahnya perbanyak pembuatannya dan jual pada para konsumen."

Perintah Hua Cheng segera dilaksanakan oleh mereka. Ya, Yin Shin, pelanggan tetap cafe milik kekasih Hua Cheng itu adalah seorang perakit dan profesor handal dalam persenjataan. Lelaki itu adalah kepala bidang pembuat persenjataan terbaru di bisnis gelap keluaga Wei.

"Aku harus mencari anggota baru." gumam Hua Cheng sedikit ragu sebab orang yang memiliki prestasi baik dan otak encer seperti Yin Shin sangatlah sulit dicari.

Hua  Cheng menghela nafas pelan ketika mendengar bunyi bel, pertanda bahwa kegiatan belajar di kampus segera dimulai. Tapi entah mengapa Hua Cheng benar-benar dalam mood tidak baik untuk mengajar.

"Lebih baik aku berada di cafe Gege dari pada mahasiswaku yang terkena bad moodku." gumamnya sambil berjalan tenang menuju cafe.

***

"Gege!!!" teriak Hua Cheng ketika memasuki cafe tersebut dan langsung mendapatkan salam sayang di wajahnya dari sebuah panci yang ada di tangan Fang Xin. "Dasar! Sudah tua tidak tahu malu!"

"Aiisshh, aku ingin melihat malaikat bukan iblis sepertimu!"

Fang Xin memutar bola matanya malas. "Lian Ge, tertidur di ruanganya, sepertinya orang itu bekerja keras dalam merangkum materi untuk anak didiknya."

Brother (Ramake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang