Akhir Pekan (1)

1.1K 104 4
                                    

Enjoy
........................................................................
Luo Binghe mematikan jam wekernya dengan malas. Pagi ini adalah pagi di hari sabtu, seharusnya dia senang karena ada waktu beristirahat dari kerjan membuat skripsi dan bisa bermain di apartemen kekasihnya, tapi sayang keinginan itu harus dibuang jauh-jauh dulu. Di akhir pekan ini dia ada jadwal pemotretan dari pagi sampai sore.

"Oh, Apakah dewa tak memberiku kesempatan untuk memeluk kucing putihku?" kesal Luo Bighen yang enggan beranjak dari ranjang tidurnya. Ia masih berguling-guling dan memeluk bantal guling yang bergambar wajah kekasihnya, Dosen Shen. (kalau tahu kekasihnya gini mgkn udh di tonjok, nih org)

Suara ketuka pintu disertai suara lembut -Badaz yang menguncangkan dunia- Hua Cheng membuat Luo Binghe memaksakan diri untuk bangun. "Bing-bing!!! Bangun! Manajermu sudah menunggu di bawah!" Oh, jangan lupakan gedoran yang tak berperi kepintuan dilakukan Hua Cheng membuat Luo Binghe kesal.

"Iya! Aku bangun nih! "

Dengan berat hati Luo Binghe bangun dari kasur terindahnya dan bersiap-siap untuk pergi bekerja bersama sang manajer.

Wen Xu memberikan jadwal pemotretan hari ini pada Luo Binghe yang duduk di kursi penumpang. Ia mengerutkan kedua alisnya sambil membuka beberapa slinde di ipad milik manajernya. "Oh asataga, sebanyak ini kegiatanku?"

Wen Xu,"Tentu saja, sebaiknya kita cepat menuju tempat pertama sebelum fotografer terkenal itu marah dan membatalkan pemotretanmu untuk majalah bulan depan." Luo Binghe meletakkan ipad itu di tas milik manajernya yang berada di sampingnya. "His, kenapa juga agensi memperkerjakan fotografer tua yang mudah emosi itu?" keluhnya sambil menatap ke arah luar jendela. "Aku tak tahu, tapi kau tahu sendirikan semua karya orang itu adalah yang terbaik."

Luo Binghe hanya bisa mendegus pasrah dengan penjelasan manajer pribadinya itu.

Sedangkan di apartemen mewah yang terletak di tengah kota gusu. "Kau benar-benar akan memasak untuknya?" tanya seorang pemuda berkaos putih pada lelaki yang lebih tua beberapa tahun dari dirinya. "Tentu saja! Lagi pula aku yakin sekarang dia sedang ada jadwal pemotretan." ujar lelaki itu sambil memotong daging ikan tuna menjadi bongkahan kotak besar.

Pemuda berkaos putih itu mengambil sebuah pisau dan membantu memotong bawang bombay. "Akan ku bantu, aku tahu kau bukan orang yang bisa memasak seperti kekasihmu."

"Ck, biarkan aku berkerja sendiri. " cibir lelaki itu kesal sambil mengambil potongan bawang bombay dari pemuda di sampingnya. "Baiklah, terserah kau."

"Bisakah kau agak sopan pada kakakmu?"

"Baik-baik Shen Ge,  maafkan aku."

Shen Qingqu tersenyum simpul pada pemuda itu. "Sudah sana kau duduk saja, Liu Qingge."

Pemuda yang dipanggil Liu Qingge itu hanya bisa mematuhi permintaan kakak sepupunya itu dengan setengah hati.
***

"Ah Lan Zhan, bagaimana menurutmu?" ujar Wei Wuxian sambil menunjukkan sebuah kaos hitam bertuliskan 'Wi_Fi'. "Bagus." jawab Lan Wangji singkat, Bagi Lan Wangji apa pun yang dipakai kekasihnya akan slalu bagus dimatanya.

Sepasang kekasih itu memanfaatkan waktu akhir pekan mereka untuk berkencan secara diam-diam dari keluarga mereka. Mereka berkencan ke mall, bioskop dan taman kota. Sungguh membuat iri siapapun yang melihat mereka berkencan dengan aura romantis walau dengan kesederhanaan.

"Lan Zhan, kau akan pesan apa?" tanya Wei Wuxian yang sibuk memilih makanan dibuku menu sebuah restoran kecil. "Ramen asin dan apple teh."

"Baiklah, kalau begitu aku akan pesan ramen tuna pedas level 13 dan jus mangga."

Brother (Ramake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang