Part 3 [New Version]

18.8K 1.2K 73
                                    

"Slayer Grachiouz berwarna vantablack, dan ... slayer yang lo kasih warnanya hitam biasa. Gue rasa anak Extro nggak ada yang punya kelainan mata rabun."

━━══SEARA══━━

Di suatu hari, terjadi adegan bentrok antar perkumpulan geng remaja, Geng Grachiouz dan Extro. Sedari dulu kedua geng tersebut memang tidak pernah akur. Penyebabnya pun hanya karena masalah kecil, tapi kali ini sepertinya bukan masalah yang bisa disepelekan lagi. Geng Grachiouz bersikap sesuai keadaan. Jika diusik mereka akan maju menghadapi, sebaliknya jika tidak ada yang mengusik mereka akan tetap tenang dan santai.

"Kayaknya lo emang suka nyari masalah sama anak Grachiouz," celetuk Sean membuka keheningan sambil bersidekap dada.

"Gue nggak akan datengin markas Grachiouz kalau anggotanya nggak buat ulah," sahut Bima, Ketua Geng Extro.

"Dapat informasi darimana anak Grachiouz buat ulah? Lo percaya sama hal minus yang ada di depan mata lo?" balas Sean dengan tenang.

Tanpa aba-aba Bima melemparkan sebuah slayer yang terdapat logo burung hantu, lalu terkekeh sinis. "Masih mau ngelak?"

Mata tajam Sean meneliti slayer yang ada di tangannya. Tak lama dia terkekeh pelan.

"Slayer Grachiouz berwarna vantablack, dan ... slayer yang lo kasih warnanya hitam biasa. Gue rasa anak Extro nggak ada yang punya kelainan mata rabun." Sean merobek slayer itu dan melemparkannya dengan asal.

Bima menggeram emosi saat melihat slayer itu dirobek. "Logo Grachiouz ada di slayer itu. Lo pikir bisa bodohin gue?!"

Sean maju selangkah, lalu menunjuk slayer yang sudah tergeletak mengenaskan di samping Bima. "Kalau slayer itu asli, gue nggak sebodoh itu ngerobek dengan asal!"

Saat Bima ingin membalas perkataan Sean, Sean terlebih dahulu mengangkat tangannya.

"Cukup!"

"Geng lo yang mulai, jangan harap bisa lolos habis ini," lanjut Sean sambil tersenyum miring.

Geng Grachiouz maupun Geng Extro mulai ambil posisi untuk melakukan penyerangan. Terbagilah menjadi dua kubu yang saling menatap tajam satu sama lain. Keduanya tak ada yang mau mengalah karena menyangkut harga diri geng mereka. Tak lama, suara gaduh dua kubu saling menjatuhkan mulai terdengar. Berbagai tendangan dan pukulan saling dilayangkan oleh para remaja itu.

Sean dengan lihai menangkis dan memberikan serangan balik kepada lawannya. Merasa ada pergerakan dari arah belakang, Sean langsung menunduk dan keluar dari tempat itu. Benar saja, ada salah satu anggota lawan yang ingin memukul dirinya menggunakan balok kayu. Tetapi karena instingnya yang kuat, ia pun berhasil menghindar dari serangan. Sebaliknya, orang yang ingin memukul Sean malah tanpa sengaja memukul temannya sendiri.

Di sisi lain ada Archello Keano Gabriello Aleora, sang Panglima Perang Grachiouz tengah membabi buta lawannya. Dia yang awalnya tidur nyenyak di dalam markas menjadi terusik oleh kegaduhan yang dibuat oleh Geng Extro. Lelaki itu sangat membenci orang yang mengganggu waktu tidurnya. Hingga saat ini ia membalas dendam dengan cara menghabisi lawannya. Mendapatkan satu serangan maka dengan senang hati Keano memberikan serangan balik yang bertubi-tubi. Kali ini jangan harap mereka akan lolos dari pukulan mautnya. Keano pastikan semua musuh mendapatkan satu atau dua sentuhan darinya.

Tiga puluh menit telah berlalu, anggota Extro sudah dihajar habis-habisan oleh Geng Grachiouz. Mereka kalah telak karena jumlah anggota yang tidak sebanding. Akhirnya peperangan ini dimenangkan oleh Geng Grachiouz, mereka semua bersorak gembira. Keano, pelaku utama atas tumbangnya semua anggota Extro tersenyum puas akan hal ini.

Arkan Bima Adiputra- Arkan tersenyum senang sambil merangkul bahu Keano yang masih mengatur nafasnya. "Bangga gue punya temen kaya lo. Nggak salah lo dapet jabatan panglima perang."

Pujian dari Arkan membuat Keano menyugar rambutnya, ia merasa tersanjung.

"Kalau nggak mau bonyok lain kali nggak usah dateng ke markas Grachiouz!" teriak Arkan dengan wajah tengilnya saat melihat Geng Extro mulai berhamburan menjauh.

Reynald Bramanta- Rey menyahuti perkataan Arkan sambil melepas kaosnya yang basah keringat. "Mereka pengen buat tato alami makanya nyari masalah dulu sama kita."

Sontak perkataan Rey membuat semua anggota Grachiouz tertawa terbahak-bahak. Lain dengan Sean yang langsung kembali masuk ke dalam markas.

Aksa Billar Robit- Aksa menatap punggung Sean yang semakin mengecil ditelan jarak. "Se, besok bolos lagi nggak?" teriaknya membuat yang lain terlonjak kaget.

"Masuk." Hanya sepatah kata yang diucapkan Sean untuk membalas perkataan Aksa.

Aksa mendesah kecewa mendengar balasan dari Sean. "Yahhh, padahal besok gue nggak mau ketemu fisika."

"Gue nggak peduli, gue mau bolos," seru Arkan, kemudian berlari masuk ke dalam markas.

Nathan D. Skylar- Nathan yang melihat itu menggelengkan kepalanya. "Kalau lo pada nggak mau jadi bodoh lebih baik ikut pelajaran."

"Asal ada uang, lo nggak bakal dianggep bodoh," celetuk Rey yang tiba-tiba berdiri di samping Nathan.

"Lo pikir hidup cuma tentang uang?" tanya Nathan jengah.

"Uang dan cewek," jawab Rey santai sambil bersiul-siul.

Sebuah geplakan mendarat begitu saja di atas kepala Rey membuat lelaki itu meringis. Alexander Zicholas- Alex yang menjadi pelaku hanya acuh tak acuh seolah tak peduli dengan temannya yang dianggap gila itu. Berbeda dengan Nathan yang tertawa keras atas penderitaan Rey.

Kini Sean dan Alex tengah duduk di sofa sambil minum air putih untuk mengobati tenggorokannya yang kering.

"Pulang nanti gue mau mampir ke makam," kata Sean tiba-tiba.

Alex menatap Sean sekilas, lalu meletakkan gelas berisi air putih ke meja.

"Ikut?" tanya Sean saat tak mendapatkan jawaban.

"Lo aja," jawab Alex singkat.

Sean hanya menganggukkan kepalanya. Ia mengedarkan pandangannya ke luar jendela. Tak lama matanya menyipit saat melihat keadaan di luar sana. Langit mulai berubah menjadi agak gelap, Sean yang tahu itu langsung bangkit dari duduknya. Tanpa basa-basi ia menyambar jaket yang berada di sampingnya.

"Gue balik," pamit Sean sambil melangkahkan kakinya tergesa-gesa.

Hati-hati, satu kata yang Sean dengar dari mulut Alex sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan tempat itu.

"Langit mendung, kalau hujan jangan pulang dulu. Hubungi orang rumah," pesan Sean kepada semua anggotanya saat melewati ruangan tempat mereka berkumpul.

"Lah, lo mau kemana? Udah tahu cuaca mendung," tanya Arkan heran.

"Mau mampir makam," jawab Sean seadanya.

Mereka semua akhirnya mengangguk paham dengan diiringi langkah kaki Sean yang semakin menjauh.

━━══SEARA══━━

SEARA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang