Part 4 [New Version]

17.2K 1.1K 33
                                    

"Kematian yang nggak wajar, baru setahun penyelidikan polisi udah nutup kasus. Gue rasa ada yang salah."

━━══SEARA══━━

Saat ini Ara berada di sebuah pemakaman kota yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Terlihat gadis itu duduk berjongkok di depan makam seseorang yang entah memiliki hubungan apa dengannya. Setelah berdo'a, ia segera menaburkan bunga di atas makam. Dada Ara terasa sesak saat mengingat kisah di masa lalu bersama orang yang sudah tidur tenang di makam hadapannya.

"Lo tau, Bang. Gue nggak tenang, gue nggak akan berhenti sebelum pelakunya ketemu," kata Ara sambil mengelus batu nisan di depannya.

"Dunia harus adil."

Ara menghela nafasnya saat melihat langit yang mulai berubah menjadi gelap. "Apa Indonesia sekarang lagi musim hujan?" gumamnya sambil membenahi diri.

"Gue pulang dulu, Bang. Kapan-kapan gue ke sini lagi," ujar Ara tersenyum, lalu bangkit dari duduknya.

Di sisi lain, ada Sean yang berjalan terburu-buru di sepanjang jalan menuju tempat pemakaman seseorang. Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan sehingga sesekali ia harus mengusap wajahnya. Saat berjalan sambil menunduk, ia tak sengaja menabrak seseorang di hadapannya hingga orang itu sedikit oleng. Dengan sigap Sean menarik tangan orang itu agar tak terjatuh.

Sean melepaskan cekalan tangannya sambil berucap. "Sorry, gue tadi nggak lihat depan."

"No problem, gue duluan," balas orang itu yang tak lain adalah Ara tanpa melihat wajah orang yang telah menabraknya.

Sean yang semula acuh dengan kejadian tadi, kini terdiam sambil mengamati makam seseorang yang menjadi tujuannya kali ini. Di makam tersebut terdapat taburan bunga yang masih segar. Pikirannya langsung tertuju kepada gadis yang ditabraknya. Apakah gadis itu memiliki hubungan dengan orang yang memiliki makam tersebut? Ini terlihat sedikit mencurigakan.

"Rambut hitam, tinggi sebahu gue," gumam Sean.

━━══SEARA══━━

Ara berjalan tergesa-gesa menuju tempat parkir untuk mengambil motornya. Ia mendesah pelan. "Harusnya gue bawa mobil aja tadi."

Tanpa basa-basi lagi, Ara segera menjalankan motornya untuk meninggalkan area pemakaman. Ia berharap tidak kehujanan sebelum tiba di rumah.

Di tengah-tengah perjalanan, Ara sudah tidak merasakan rintikan air hujan lagi. Mendongak sekilas, ternyata semakin ke utara semakin terang. Langit yang awalnya mendung kini menjadi cerah, Ara bersyukur untuk itu karena ia tidak akan kehujanan. Bimbang antara ingin pulang atau keliling kota, Ara memutuskan untuk singgah sejenak di taman kota.

Perjalanan yang dilalui Ara hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Saat ini ia sudah duduk manis di salah satu kursi taman yang letaknya di bawah pohon, alhasil ia tidak kepanasan.

"Kematian yang nggak wajar, belum ada setahun penyelidikan polisi udah nutup kasus. Gue rasa ada yang salah," gumam Ara sambil menatap langit.

"Bang Elang. Lo terlalu cepet ninggalin dunia ini, Bang. Bahkan sampai sekarang gue ngerasa kalau lo masih di sekitar gue."

Ara menggelengkan kepalanya. "Tapi itu mustahil."

Tak terasa air mata mengalir dari sudut mata Ara. Entah kenapa setiap mengingat Bang Elang yang dimaksud, gadis itu selalu ingin menangis. Dia masih tidak rela kasus kematian orang yang disayanginya ditutup begitu saja tanpa mendapatkan hasil sedikitpun.

Disaat Ara menumpahkan air mata, ia tak sadar bahwa ada yang memperhatikannya dari belakang. Tiba-tiba orang itu mendekat ke arahnya tanpa diketahui oleh sang empu. Sebuah tangan berisi sapu tangan terulur di depan Ara membuat gadis itu menoleh sambil mengusap kedua matanya. Ternyata pemilik tangan tersebut adalah Sean yang entah kapan datangnya.

SEARA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang