Part 9 [New Version]

13.8K 1K 44
                                    

"Dari penelusuran yang gue lakuin, gue dapat informasi kalau pelakunya sekarang punya marga Daphne."

━━══SEARA══━━

Percakapan via telepon yang dilakukan oleh Ara dengan rekannya terus berlangsung selama kurang lebih satu jam. Ara tampak mendengarkan seksama apa yang dibicarakan oleh seseorang di seberang sana. Gadis itu mendudukkan dirinya di atas kasur dengan posisi menyilangkan kaki.

"Ketua, gue dapat informasi terbaru terkait kasus pembunuhan senior."

Perkataan itu membuat Ara langsung duduk tegak dengan memasang wajah serius seolah menanti informasi yang akan dikatakan oleh rekannya.

"Informasi? Apa ada perkembangan?" tanya Ara dengan penasaran.

"Dari penelusuran yang gue lakuin, gue dapat informasi kalau pelakunya sekarang punya marga Daphne."

Ara mengerutkan keningnya. "Bukannya pelakunya orang biasa tanpa marga? Kok bisa berubah?"

"Jujur gue kurang tau soal itu. Tapi bisa gue pastiin banyak perubahan dan kejanggalan terkait informasi pelaku."

"Daphne? Gue nggak pernah denger marga itu," gumam Ara sedikit pening.

"Selain itu apa ada informasi lain?" tanya Ara kepada seseorang di seberang sana.

"Sementara cuma itu yang bisa gue dapetin. Server punya gue eror karena nyoba nerobos sistem keamanan Daphne."

Ara menganggukkan kepalanya paham. "Okay, kalau gitu gue tutup dulu. Thanks informasinya."

"Tunggu! Ketua kapan balik ke sini lagi? Kemarin malam, markas tiba-tiba diserang sama sekelompok orang asing."

Terkejut mendengar hal itu, Ara menjadi gelisah dan khawatir dengan keadaan teman-temannya di sana. "Terus gimana keadaan mereka? Apa banyak yang cidera?"

"Cuma beberapa yang cidera parah, lainnya aman terkendali. Tapi, seperempat markas hancur karena dibom." Lawan bicara Ara meringis setelah mengatakan hal itu.

Kini Ara diselimuti oleh amarah yang siap meledak. Penyerangan menggunakan bom, sudah bisa ditebak siapa dalang dibalik itu semua.

"Gue ke sana besok malam. Amanin barang-barang penting yang ada di markas, untuk sementara jangan ditempati dulu," putus Ara mengakhiri sambungan telepon.

Helaan nafasnya yang panjang menandakan perasaan lelah menimpa Ara. Gadis itu membaringkan tubuhnya secara terlentang seraya menutup mata.

"Dilihat-lihat, masalah gue makin hari makin nambah." Ara mendesah lelah.

"Ara! Buka pintunya!"

Ara merengek pelan seraya membalikkan tubuhnya, menyembunyikan wajahnya dibalik bantal seolah menghindari Kania. Gadis itu menerka-nerka kedatangan sang Mami yang tiba-tiba, pasti akan mengomeli dirinya karena diskors.

"Ara capek, Mi. Kalau mau ngasih wejangan nanti aja," gerutunya sambil berteriak.

Ara kembali mengubah tidurnya menjadi terlentang dengan mata terbuka. Saat akan menyelam ke alam mimpi, gadis itu dikagetkan dengan keberadaan Kania yang entah kapan berdiri di ujung kasur miliknya.

"Mami! Bikin Ara kaget aja tiba-tiba udah di sini," sungut Ara dengan kesal.

Tak menjawab, Kania malah mengangkat sebuah kertas yang diperlihatkan kepada Ara. "Kenapa bisa dapat ini? Buat ulah apalagi kamu di sekolah?"

Hal itu membuat Ara melototkan matanya sambil duduk tegak di atas kasur. Gadis itu meneguk ludahnya susah payah melihat mata tajam Kania yang terus mengarah kepadanya.

SEARA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang