Part 11 [New Version]

12.7K 917 30
                                    

"Jaga diri baik-baik, Ra,"

━━══SEARA══━━

Suara mesin yang bergemuruh memecah keheningan malam, menciptakan jejak suara yang memotong udara. Meskipun kegelapan malam menyelimuti sekelilingnya, lampu sorot motor sportnya menyinari jalan di depannya. Dalam mengendarai dan melanjutkan perjalanannya, fokus Ara sedikit buyar setelah bertemu dengan Sean. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, yang pasti otaknya berdengung menyuruh dirinya waspada terhadap si Ketua Grachiouz. Ara berdecak kesal memikirkan hal itu. Ini semakin merepotkan jika ada pihak luar yang mengetahui tujuannya bersekolah di SMA Angkasa Terpadu.

"Sebenernya mau dia apa, sih?!" Lagi-lagi gadis itu berdecak karena kekesalannya belum hilang.

Setiap belokan dan tikungan di jalan dikuasainya dengan keahlian yang mengagumkan. Motor yang dikendarai terus melaju dengan lincah, menembus udara malam dengan kecepatan yang memukau. Hingga sebuah insiden tragis terjadi begitu saja kala seorang pengendara berlawanan arah melaju kencang menerobos jalur yang bukan seharusnya. Pengendara itu tak sempat mengerem, alhasil tabrakan tak terhindarkan terjadi ketika motor yang dikendarai oleh pengendara itu menabrak Ara yang sedang melaju dengan kencang.

Suara benturan keras menggema di sekitar jalan, menciptakan keheningan yang menakutkan di sekitar lokasi kejadian. Ara berteriak kaget seiring tubuhnya jatuh terpental ke samping dengan keras. Tubuhnya terasa remuk akibat bergesekan dengan aspal yang kasar.

Ara meringis kesakitan seraya berusaha untuk bangkit. "Sakit banget badan gue, mana perih lagi."

"Kak, maaf tadi saya ngantuk dalam perjalanan, sampai ceroboh menabrak kakak," papar pengendara yang menabrak Ara dengan perasaan panik bukan main.

"Ayo Kak, saya antarkan ke rumah sakit biar lukanya cepat diobati." Pengendara itu membantu Ara untuk bangkit, mengabaikan luka yang ada di tubuhnya sendiri.

Jalanan yang sepi membuat kedua manusia berbeda gender itu harus menyelamatkan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Ara mendongak untuk menatap orang yang menabraknya. Orang di hadapannya tampak lebih muda darinya, mungkin saja umur orang itu masih berada di bawahnya. Matanya terpaku ke arah luka di pelipis orang itu yang masih menganga.

"Luka lo lebih parah, lebih baik lo cepet hubungi bantuan biar cepet ditangani," tukas Ara.

Bukannya mengiyakan, orang itu malah menyengir seolah tak merasakan sakit. "Nggak papa, Kak, ini cuma luka biasa. Saya mau bertanggung jawab dulu sama Kakak."

"Nggak usah ngeyel, bocah! Gue nggak mau lo sekarat di sini terus gue dijadiin tersangka," sentak Ara sedikit kesal karena orang itu menolaknya.

Orang itu tak terima dipanggil bocah oleh Ara. "Bocah? Saya sudah kelas sepuluh SMA, jangan seenaknya manggil orang sembarangan."

Ara sedikit meringis melihat tatapan tak bersahabat dari orang itu. Jangan salahkan dirinya, salahkan saja wajah baby face itu yang seperti remaja SMP.

"Ara? Lo bener Ara, kan?"

Suara berat dari arah samping membuat kedua manusia berbeda gender di sana mengalihkan pandangannya. Setelah melihat wajah pemilik suara tadi, Ara tertegun sejenak. Wajah rupawan dan suara khas dari orang itu, Ara masih mengingatnya sampai sekarang. Berbeda dengan Ara yang masih terpaku, pemilik suara berat itu mulai bergerak membantu Ara untuk bangkit dari jatuhnya.

"Kak Arsen ... kenapa bisa di sini?" Dapat Ara rasakan tubuhnya yang kaku ketika dipapah oleh pemilik suara berat itu— Arsen.

"Udah tau kecelakaan kenapa nggak langsung hubungi kontak darurat?" Bukannya menjawab, Arsen malah melemparkan sebuah pertanyaan kepada Ara.

SEARA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang