05

165 27 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagian 05: Bisa Tetap Tinggal?












Pagi ini, hujan salju turun lagi seperti hari-hari sebelumnya. Sekarang hari weekend. Seperti janji Moon Byul, ia dan Jungkook akan pergi untuk mengambil barang-barang yang Jungkook perlukan serta membersihkan dan menata rumah Jungkook agar lebih rapi lagi.

Sampai di rumah Jungkook, Moon Byul serta Jungkook sendiri mengemas beberapa barang kedalam kardus. Selesai itu, mereka membereskan rumah Jungkook yang lumayan berantakan.

Cerita singkat tentang Jungkook, ia anak satu-satunya dari Jeon Shin-Ah dan Hwang Jaerim. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat ketika hendak merantau ke Singapura.

Jungkook yang saat itu masih berusia 5 tahun hanya bisa menangis melihat foto keduaorang tuanya. Ia lalu di rawat oleh tetangga sekitar rumahnya hingga berusia 8 tahun. Di usia yang masih sangat belia, Jungkook mulai mengerti dan ia kembali kerumah lamanya, dan tinggal sendirian, serta mulai bekerja paruh waktu untuk membiayai hidupnya sendiri.

Jungkook hanya sebatang kara sejak ia di tinggal pergi oleh keduaorang tuanya.

Tak memiliki sanak saudara.

Maka dari itu, banyak tetangga yang kasihan dengan Jungkook. Beberapa dari mereka sering sekali mengajak Jungkook makan malam bersama di rumah.

Jungkook anak yang pintar. Ia belajar bahasa isyarat secara otodidak melalui siaran televisi. Ia suka matematika dan bahasa inggris. Ketika masih berusia 8 tahun, ia mengikuti lomba matematika dan inggris. Ditengah keterbatasannya, Jungkook mampu menjadi juara 1 nasional dan dinyatakan mempunyai IQ di atas rata-rata.

Selesai membereskan rumah Jungkook dan mengemasi barang, keduanya kini beristirahat di ruang tengah. Rumah ini sangat sederhana dan tidak terlalu besar. Namun lumayan berantakan.

Saat tengah istirahat melepas lelah, mereka di kejutkan dengan kedatangan pria yang membawa Seok Jin kemarin.

"Kim Taehyung-ssi?"

"Hai, kita bertemu lagi. Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Bisa minta waktunya sebentar?"

"Lebih baik kita bicara disini saja. Jungkook tidak akan bisa mendengarnya," jelas Moon Byul.

"Baiklah, aku akan langsung saja. Hyung-ku, Kim Seok Jin. Dia sedang kumat di rumah sakit jiwa dan terus menerus memanggil namamu. Dia memberontak ingin keluar dari kamar tahanannya, dan merusak benerapa fasilitas. Bahkan saat ia di suntik obat pemenang, itu sama sekali tidak berpengaruh. Sebenarnya tidak masalah dia merusak berbagai fasilitas. Namun, pasien lain terganggu. Jadi, mau kah kau ikut denganku ke Seoul dan mengunjunginya?"

Moon Byul terperangah mendengar penjelasan Taehyung. Antara percaya dan tidak. Namun hatinya meyakinkan bahwa hal itu benar adanya, dan benar-benar terjadi.

"Aku... aku akan ikut. Tapi, aku harus membawa Jungkook juga."

"Baik, tidak masalah."

Moon Byul segera menarik Jungkook pergi dari rumahnya setelah tadi mengunci pintu rumah Jungkook, mereka bertiga langsung masuk ke mobil Taehyung yang terparkir tak jauh dari mereka berada tadi dan segera menuju ke Seoul.

*****

"Tae, aku titip Jungkook bersamamu. A---aku akan masuk ke dalam," kata Moon Byul saat sudah berada di rumah sakit jiwa, tepat di depan kamar pasien Seok Jin.

"Kau tidak apa sendirian?"

Moon Byul mengangguk. Moon Byul mensejajarkan tingginya dengan Jungkook dan menjelaskan hal yang sama menggunakan bahasa isyarat.

Taehyung dan Jungkook pergi untuk menuju lantai bawah. Sedangkan Moon Byul, ia memutar knop pintu perlahan, hingga akhirnya pintu terbuka total.

Di sana, di sudut ruangan Seok Jin mnangis kencang sambil berteriak jika ia tidak gila dan meneriaki nama Moon Byul.

"Kim Seok Jin-ssi..." panggil Moon Byul lirih. Manik hitam Seok Jin menangkap jelas Moon Byul yang berdiri di ambang pintu.

"K-kau datang? M-moon..."

"Ya, ini aku." Setelah Moon Byul masuk dan menutup rapat pintu, dia berjalan ke arah Seok Jin. Melihat beberapa luka lebam di wajah tampannya, dan sudut bibir yang terluka serta darah yang mengering di sana.

Entah kenapa, hati Moon Byul terasa di iris-iris melihat wajah babak belur Seok Jin saat ini.

"A-aku... aku tidak gila. Kau percaya itu 'kan? Byul-aah, aku benar-benar tidak gila. Aku hanya---"

"Cukup." Jedanya, "Hah~ apa kau melukai dirimu sendiri? Kau tidak harus melakukan itu, Kim."

Moon Byul menyamakan tingginya dengan Seok Jin yang duduk di lantai marmer itu dan menatap dalam matanya. Dada Moon Byul naik turun. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Bagaimana bisa ia mengeluarkan kata-kata itu begitu saja?

"Kim, berdirilah. Ayo pindah atau kau akan sakit. Lantai ini sangat dingin," ujarnya lembut.

Seok Jin lantas berdiri berpindah ke kasur, duduk di pinggiran kasur. Moon Byul duduk di sebelah Seok Jin dan menatap lurus di depannya.

"Bohong jika aku mengatakan baik-baik saja berhadapan denganmu,"

"Wae? Kau masih mengira aku orang gila sungguhan?"

"Ya. Sampai saat ini, entah kenapa aku yakin jika kau... ah, sudahlah. Aku akan keluar sebentar dan mengambil kompres serta obat."

Baru saja selangkah Moon Byul jalan, Seok Jin sudah menariknya dan memeluk pinggangnya, menenggelamkan wajahnya di perut rata Moon Byul. (Kebayang gak gimana posisinya?)

"Tidak, jangan pergi."

"A-aku harus mengambil obat, Kim."

"Kau akan pergi lagi."

Moon Byul mengalah. Dalam posisi seperti ini, sungguh ia tak bisa menetralkan detak jantungnya. Benar-benar sialan.












My Moon Star ✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang