Bagian 06: Tidak Pulang?
[Moon Byul part]
Aku tidak tahu kenapa aku menjadi seperti ini. Aku bahkan menuruti Seok Jin untuk tinggal lebih lama di kamar pasiennya. Seok Jin telah bercerita banyak hal tentang latar belakang dirinya padaku.
"Ayahku. Dia membunuh ibu kandungku dan menikah lagi dengan ibu Taehyung. Ibuku adalah pengusaha sukses. Ibu mempunyai restoran, toko kosmetik, toko baju, dan beberapa toko perhiasan di beberapa kota. Itu sebabnya ayahku ingin mengambil alih semua perusahaan ibu.---"
"---Ayah telah merencanakan pembunuhan ibu jauh sebelum aku benar-benar tumbuh dewasa. Aku pernah melihat ayah beberapa kali menabur serbuk racun di makanan ataupun minuman milik ibu.---"
"---Ayah menjadi ambisius dengan harta karena selalu di kucilkan keluarga ibu jika dia suami yang tidak berguna, tidak mampu membahagiakan istri dan anaknya, apalagi nenek, ia sangat benci dengan ayah. Maka dari itu, ayah merencanakan pembunuhan itu.---"
"---Pernah suatu saat aku mendengarkan pembicaraan ayah dengan seorang wanita, ibu Taehyung. Mereka membicarakan tentang rencana pembunuhan itu. Setelahnya, mereka melakukan hal menjijikkan di ruang tamu. Itu saat ibu sedang pergi perjalanan ke Tokyo.---"
"---Aku hendak menyangkal apa yang aku dengar dan lihat saat itu. Namun, aku tidak bisa. Aku jujur sangat sakit hati dan melaporkan kejadian itu pada ibu. Namun sia-sia. Ibu tidak mempercayainya dan malah mengatakan jika aku salah dengar dan lihat. Singkatnya, ibu terlalu cinta pada ayah yang sangat brengsek itu.---"
"---Hingga pada saat aku menginjak umur 19 tahun, ibu meninggal. Orang lain percaya jika ibu bunuh diri, karena pada saat itu ibu jatuh dari lantai paling atas di Hotel tempat ia berpesta bersama teman SMAnya.---"
"---Aku tidak percaya jika ibu bunuh diri. Aku curiga jika yang melakukan hal itu adalah ayahku bersama dengan selingkuhannya. Seminggu setelah kematian ibu, aku mendesak ayah untuk mengaku jika dia dan selingkuhannya yang membunuh ibu.---"
"---Namun ayah malah memukuliku hingga rasanya aku ingin menyusul ibu saja."
Aku benar-benar mendengarkan ceritanya dengan seksama. Memahami setiap kata yang keluar dari bibirnya.
"---Pada ulang tahunku yang ke-20, aku bertemu denganmu. Gadis dingin dengan rambut yang di cat sedikit ungu, namun itu menambah kesan cantik pada dirimu. Kita bertemu di halte yang tak jauh dari apartemenmu.----"
"---Saat itu, aku yang meringkuk di halte sepi dan udara yang semakin dingin, kau menghampiriku. Menanyakan apa aku sudah mati atau belum, kemudian saat aku menjawab jika aku masih hidup, kau buru-buru mengeluarkan syal, jaket, dan selimut dari tas ranselmu.---"
"---Kau mendudukkanku dan memakaikan semua barangmu padaku. Aku sangat bersyukur dapat bertemu denganmu pada saat itu. Kau pergi sebentar ke toko kopi di seberang dan membelikannya untukku.---"