Bagian 01: Pertemuan
Hening. Itu yang ia rasakan saat berada di tempat ini pertama kalinya. Hanya ada suara hentak kaki sesekali.
Udara dingin semakin menusuk hingga ke tulang. Lantas, ia semakin memeluk erat tubuhnya sendiri yang terbalut dengan jaket tebal.Dua ketukan di salah satu meja muridnya membuatnya menoleh dan beranjak dari duduknya kemudian menghampiri muridnya yang berada di ujung.
Mereka melakukan gerakan tangan yang membentuk kata-kata yang hanya di mengerti olehnya dan muridnya saja. Bahasa isyarat.
Lantas, ia mengangguk saat sudah menyelesaikan penjelasan yang tari ia jelaskan dengan gerakan jari dan tangan.
*****
Bibirnya bergemelatuk kedinginan kala mengingat jika dirinya hanya memakai kaos tipis sebagai dalaman, dan sweater abu-abu yang bahkan tidak bisa menghalau rasa dingin pada tubuhnya.
Bibirnya membiru dan matanya mulai memejam tanda jika ia tak tahan dengan dinginnya cuaca.
Seperkian detik kemudian, ia pingsan dan terjatuh tepat di depan gedung sekolah.
*****
Kaki jenjangnya berjalan dengan cepat. Hari sudah mulai petang, dan sebentar lagi akan ada badai salju. Ia harus segera sampai di rumahnya jika tak ingin terjebak di dalam gedung sekolah.
Berita cuaca tadi pagi memperkirakan adanya badai salju pada pukul lima sore. Itu artinya, untuk berjaga-jaga ia harus sampai rumah setengah jam.
Saat selangkah keluar gerbang, manik hitam legamnya melihat seorang pria yang pingsan di sana. Ia lantas segera menghampirinya dan berjongkok guna memeriksa apakah pria itu masih hidup atau tidak.
"Tuan, kau baik-baik saja?"
"Ssshhh... t-tololong... ini sangat dingin." Pria itu mendesis, gigi bawah dan atasnya saling bergemelatuk saking dinginnya suhu cuaca.
Pribadi itu membulatkan matanya dan segera mengambil ponselnya dari tas ransel yang ia kenakan.
Mengetik beberapa digit nomor dan meletakkannya di telinga.
"Halo, bisa ke sekolah Isam secepatnya? Ayolah tuan, aku akan membayar 2 kali lipat! Baiklah, aku tunggu."
Pribadi itu kemudian memasukkan kembali ponselnya di tas ransel dan mengambil jaket cadangannya di tas untuk pria yang tergeletak tersebut.
10 menit menunggu, taksi yang ia pesan barusan pun datang. Supir taksi langsung membantu wanita itu untuk menggotong pria itu ke taksi.
Setelah menaruh pria itu ke dalam mobil taksi, wanita itu ikut serta masuk ke taksi untuk menuju ke rumah sakit.
"Ngghhh..." pria itu melenguh pelan dan membuka matanya perlahan.
"T-tuan? Akhirnya kau bangun."
"Tolong jangan bawa aku ke rumah sakit."
"Mwo? K-kau bisa saja terkena hipotermia."
"Aku baik-baik saja. Nona, bisa kau bantu aku?"
"Apa itu?"
"B-bolehkah aku tinggal di rumahmu sementara waktu?"
Wanita itu membelalakan matanya sejenak. "A-apa?!"
.
.
.
.
.
TbcTertanda: Mumun jodoh Seokjin