Chapter 02 : Deal!

1.1K 138 15
                                    

Brakk!!

Lyodra menatap linglung pintu yang dibanting dengan keras itu. Ia belum sadar sepenuhnya dari tidur dan kini Ia sedang berada dimana?

Terlihat rumput-rumput yang tertutup daun-daun kering yang berantakan. Juga beberapa pohon dan bunga yang terlalu rimbun, tidak rapi dipandang.

Oh, Lyodra sedang berada di halaman rumah rupanya. Ia pun bangkit, menepuk-nepuk pantatnya yang kotor karena terkena tanah.

Bahkan Ia masih memakai piyama. Ada apa gerangan Mamanya mengusirnya pagi buta begini? Lyodra mencoba mengingat-ingat.

Oh iya, kecoa.

Lyodra baru sadar, tadi Ia buru-buru bangun karena lupa belum memberi makan kecoanya. Tetapi ternyata kecoanya hilang, lalu terdengar teriakan Mamanya dari dapur. Setelahnya Lyodra lupa, tiba-tiba Ia berada disini.

Ceklek

Terdengar suara pintu dibuka dari rumah sebelah. Tembok pembatas antara rumahnya dan rumah tetangganya yang tak terlalu tinggi itu membuatnya bisa tahu siapa yang baru saja keluar.

Itu adalah Tiara, yang berjalan menuju rumah Lyodra. Lyodra tersenyum masam, pasti gadis itu mau caper pada Mamanya agar dipuji. Ia pun akhirnya berjaga di depan pagar, tidak akan membiarkan Tiara melangkah memasuki wilayah rumahnya.

Tiara hanya balas menatap gadis itu sambil mengerutkan dahi. Tidak tahu apa maksud gadis yang bersedekap sambil menatapnya sinis dari balik pagar itu.

"Apa liat-liat?" ketus Lyodra.

Kruuk kruuk

Tiba-tiba perutnya berbunyi. Ia merasa malu, tapi aroma sedap yang tercium dari kantong plastik Tiara membuatnya tak punya pilihan selain berbaik hati, membiarkan gadis itu masuk.

"Ehm... kalau mau masuk boleh kok." Lyodra membuka pagar, mempersilahkan Tiara masuk sambil menggaruk lehernya kikuk.

Tiara yang sedari awal memang beranggapan bahwa Lyodra itu aneh pun melengos tak peduli, langsung saja Ia menuju pintu kemudian mengetuk rumah tetangganya itu.

Lama Tiara menunggu pintu dibukakan. Anehnya, Lyodra yang diketahuinya adalah pemilik rumah bukannya membukakan pintu untuknya, gadis itu malah dengan santai duduk di kursi teras sambil terkantuk-kantuk.

"Eh anak baik, kenapa kesini?" Mama Lyodra keluar dengan senyuman hangat. Seperti biasa memuji Tiara.

"Ih inik biik, kinipi kisini?" tiru Lyodra pelan, bermaksud mengejek cara Mamanya menyebut Tiara.

Mamanya melirik sinis, tapi tidak mungkin Ia bertengkar dengan anaknya di depan tetangganya. Bisa bahaya kalau sampai dighibahin ibu-ibu komplek.

"Ini Tante, ada oleh-oleh," ramah Tiara sambil menyerahkan tangannya yang seharusnya membawa kantong plastik itu.

Tapi tunggu, kemana kantong plastik di tangannya? Tiara menoleh bingung, mencari keberadaan kantong plastik berisi bakpao hangat itu.

Dan nampaklah kantong plastik itu yang entah sejak kapan sudah ada di tangan Lyodra, sang pelaku yang sedang asyik makan tanpa dosa.

Salah sendiri main usir aja nggak ngasih makan dulu. Batin Lyodra tertawa licik dalam hati.

Mama Lyodra menepuk dahi, tak habis pikir akan kelakuan anak satu-satunya itu. Ia memutar otak sejenak, mencari cara menghukum anak bandelnya itu.

"Oh iya!" Mama Lyodra tiba-tiba berseru kegirangan. Lalu menatap Tiara dengan mata berbinar, seolah mendapat ilham.

"Tiara pasti kesel, kan? Jadi itu anak bandel kamu jadiin babu aja, perintahin sesukamu udah. Pusing Tante ngadepinnya. Makasih ya, Tiara!"

Brakk!

Pintu menutup kembali, meninggalkan Tiara yang terlonjak kaget. Ia kemudian menatap Lyodra yang makan bakpau dengan belepotan. Duh, babu barunya itu tampak tak bisa diandalkan.

"Bakpaonya ada lagi, nggak?"

Benar, Ia tak bisa diandalkan.

***

Halaman Rumah Tiara
Pukul 07.53 WIB

"Nggak mau lah, enak aja aku nyiramin tanaman kamu!" seru Lyodra sambil berlari membawa selang air milik Tiara yang sedari tadi Ia arahkan ke halaman rumahnya.

"Tapi itu pake PDAM akuuu!!" teriak Tiara sambil mengejar Lyodra tak terima. Sandal dan tanah yang basah kuyup membuatnya kesusahan mengejar Lyodra yang berlari gesit dengan bertelanjang kaki.

Bruk

Akhirnya, yang Lyodra tunggu tiba. Tiara jatuh terduduk, bajunya kotor semua, bahkan pipinya pun terkena cipratan lumpur.

"HAHAHA! Bisa jatuh juga anak baik." Lyodra tertawa keras, mendekat untuk memoleskan lumpur di dahi Tiara. "Nah, jadi Tiara India."

Tiara merengut kesal, Ia rebut selang air di tangan Lyodra lalu ganti mengarahkan selang itu ke muka Lyodra, "Pulang sana pulang Lylyyyyyyy!!!!!"

Tiara geregetan, berteriak kesal sambil berlari meneror Lyodra dengan selang air di tangannya, diputar-putarnya selang di tangannya bak koboi yang hendak menjerat Lyodra, lalu menggantungnya di pohon cabe.

Terserah, Tiara benar-benar kesal.

Mereka sudah memutari halaman Tiara. Tembok rumah Tiara juga sudah basah semua. Lyodra pun akhirnya mematikan keran, tersenyum puas telah berhasil menciptakan kekacauan.

Halaman kacau, biaya air naik, pasti tak lama lagi Tiara bakal pindah, hahaha.

"Pulang sana pulang!" Tiara masih memaki di sela-sela kelelahannya.

"Nggak boleh pulang sebelum dapet tanda tangan, nanti nggak dimasakin sama Mama." Lyodra beralasan sambil menyerahkan pulpen dan sebuah buku berjudul 'jurnal ngebabuin Tiara'.

Tiara mendesah lelah, Ia rebut buku itu kemudian menandatanganinya dengan emosi menggebu.

"Kok cuma satu? Lima dong, kan aku makan lima kali sehari," protes Lyodra saat melihat tandatangan Tiara yang hanya satu itu.

"Cerewet, banyak mau," gerutu Tiara kesal.

Tapi Tiara juga ingin gadis itu cepat pergi. Karena itu Ia panjangkan ekor tandatangannya sehingga 25 nomor terlewati. Biar, biar saja perut Lyodra meledak karena makan 25 kali sehari.

"Udah kan? pulang sana!"

"Ini udah di rumah." Lyodra berucap santai sambil melompati tembok, mendarat mulus di wilayah rumahnya.

Akhirnya Tiara bisa menghembuskan napas lega. Babu barunya sudah pulang.

"Aku boleh gangguin kamu nggak?"

Sudah pulang, tapi tetap bisa mengganggunya.

Tiara memutar bola mata, daritadi juga Lyodra udah gangguin dia, dan baru sekarang minta ijinnya.

"Nggak lama kok. Cuma sampai kamu nggak betah lagi jadi tetanggaku, gimana?" tawar Lyodra kembali.

"Kenapa? Udah nggak betah duluan, ya? Ya udah cepet pindah rumah gih."

Seenaknya bilang begitu, dikira mudah mencari tempat tinggal jaman sekarang. Mamanya pasti marah kalau Tiara bilang ingin pindah karena alasan nggak betah sama babu barunya itu.

"Ayolah, aku juga pengen hiburan. Cuma sampe kamu nggak betah doang kok."

Tiara benar-benar kesal karena Lyodra yang tak kunjung diam. Ia pun melangkah maju, menjabat tangan Lyodra sebelum mengucap sepatah kata yang mungkin disesalinya esok hari.

"Deal!"

.
.
.
.
.
.

To Be Continued

Nggak bisa tidur, yaudah nulis aja.

Anak Tetangga | Lyodra X TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang