Chapter 08 : Kucing-Kucingan

783 102 36
                                    

Lima hari setelah Momo datang, Lyodra merasa semakin tersingkir dari keluarga ini. Papa dan Mamanya sangat sayang pada Momo. Dielus-elus, dibeliin makanan mahal, dibeliin pasir dan lain-lain. Bahkan digigit pun Mama Papa ga protes, malah ketawa-ketiwi.

Pepatah yang bilang kasih sayang orangtua pada anaknya sepanjang masa itu boong, yang bener pada kucing keluarga.

"Papa pulang!"

Lyodra tersenyum lebar mendengar suara itu. Ia berdiri, berniat menyambut Papa, berharap pria itu membawa oleh-oleh, atau setidaknya merhatiin Lyo lah. Gak kaya Mama yang daritadi main sama Momo mulu.

"Momo mana?"

Tapi tidak, Papa pulang-pulang malah nyari Momo, bukan anaknya sendiri. Momo juga gitu, tiba-tiba lari ke arah Papa. Mana sok-sok imut ngeongnya.

Dasar muka dua.

Lyodra cemberut, kembali rebahan di sofa sambil mengganti-ganti channel televisi. Iri sih, tapi Lyodra bisa apa? Jadi ya udah, paling bener emang rebahan.

Kalau rebahan gini, Lyodra jadi kepikiran Tiara. Sudah lima hari Ia tak mengganggu gadis itu karena surat Tante Sari yang mengabarkan kalau Tiara akan segera menghadapi ujian masuk.

Kangen sih, tapi kan ga boleh ganggu. Mau ngembaliin Momo juga ntar Tiara makin khawatir gara-gara Momo habis berantem sama kucing oren kemarin sampe lehernya luka. Karena itu juga Momo sekarang pake collar.

Dug dug dug

Momo nyeruduk tembok lagi. Padahal cuma pake collar, nggak pake penutup mata. Penampilan Momo waktu pake collar itu konyol. Jadi kaya parabola berjalan yang cuma bisa meong-meong, makan, dan tidur.

Kalau dipikir-pikir, kucing itu hewan yang nggak guna-guna amat. Tapi kenapa manusia bisa bucin banget? Mending juga, bucin sama Tiara Andini.

PRANG!

Mantap, sekarang bukan hanya tembok yang diseruduk. Tapi laci juga, membuat vas bunga di atasnya terjatuh.

"Tuh kan pecah. Momo sih!" seru Lyodra menyalahkan Momo yang terdiam di tempat seolah shock. Kepalanya setengah menunduk sebab terhalang collar yang dipakai kucing gembul itu.

"Ya ampun, itu apa yang pecah?!"

Terdengar teriakan Mama disertai langkah tergesa. Lyodra tersenyum sinis pada Momo yang menyiratkan takut pada bola mata kucingnya.

"Mampus, dimarahin Mama kan lo," lirih Lyodra menakuti Momo hingga membuat kucing itu mundur beberapa langkah.

"Ya ampun, Momo..."

Mama udah sampai TKP dengan mata melotot melihat serpihan vas bunga, juga tanah, daun, dan kelopak berceceran dimana-mana.

"Marahin Ma, marahin!" seru Lyodra kompor sembari meraih toples berisi keripik di dekatnya.

Perlahan, Mama mendekati Momo yang berusaha menunduk lebih dalam. Lalu berjongkok di depan kucing itu. Tak ketinggalan tatapan tajamnya yang semakin membuat Lyodra tertawa dalam hati.

"Kamu gapapa kan, Mo?" tanya Mama lembut sembari mengelus punggung kucing gendut itu.

Eh?

Lyodra terkejut. Keripik di tangannya tak jadi Ia makan.

"Dasar vas nakal! Ga akan Mama beli lagi ini vas kalo kerjaannya nyakitin Momo, hih!"

Makin terkejut Lyodra saat Mama justru memeluk Momo erat sambil melampiaskan kekesalan pada vas yang tidak bersalah itu. Lyodra melirik bingung Si Kucing yang juga memasang muka bengong. Seakan mengisyaratkan bahwa kucing itu juga bingung, kenapa nggak dimarahi.

Anak Tetangga | Lyodra X TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang