Lyodra menatap Tiara bingung dari atas tembok pembatas. Ditemani auman kecil kucing gendut bernama Momo yang senantiasa tidur di ambang jendela, menemani maji-maksudnya babunya.
Lyodra memang selalu duduk di atas tembok pembatas yang tak terlalu tinggi itu. Meski hanya nampak profil samping Tiara, tapi Ia bisa mengganggunya dari situ. Selain itu akan mudah untuk kabur kalau-kalau Tiara melempar kucing.
Sungguh strategis.
Tapi akhir-akhir ini Tiara menjadi terlalu pendiam. Meskipun mungkin terkadang Lyodra akan bernyanyi secara berisik, Tiara nampak tak terganggu. Ia tetap berdiam, duduk ditemani angin yang bertiup dari jendela di sampingnya sembari membuka-buka buku tebal. Entah apa itu Lyodra tidak tahu.
Tiara sungguh tampak serius. Bahkan macam-macam gangguan Lyodra pun tak mampu menghilangkan konsentrasinya. Mungkin kalau sudah terlampau kesal, Ia hanya akan menutup jendela di sampingnya dengan kasar.
Lalu setelahnya Lyodra akan pulang, karena dikejar Momo tentunya.
Itu menjadi membosankan, membuat Lyodra mencari rencana lain agar Tiara cepat pindah.
Akhirnya Ia menggunakan Momo, yang namanya mirip dengan nama Bu RT komplek sebelah. Meniru cara media, yaitu goreng-menggoreng.
Ia melaporkan pada Bu Momo kalau beliau disamakan dengan kucing. Berharap Bu Momo akan terprovokasi dan mengusir Tiara dari komplek yang tentu saja hanya khayalannya semata yang tidak masuk akal. Tanggapan wanita itu hanya tertawa, sebelum kemudian melontarkan kalimat bijak yang membuatnya tertegun.
Kalau nggak suka simpen sendiri, pikir dengan rasional apa perlu kamu benci sama orang itu? Dan yang terpenting jangan mengaruhin orang lain. Jatuhnya udah benci, fitnah, provokasi lagi. Dobel-dobel dosanya.
Setelah mendengar itu, Lyodra jadi tak bisa tidur selama tiga hari. Ia merasa tertampar, merenungkan apakah perbuatannya berlebihan.
Tapi meski seandainya kelakuannya belum melampaui batas, kata-kata Bu Momo sungguh mampu membuatnya tak sampai melampaui batas. Ia jadi tahu kesalahannya.
Karena kata-kata itu juga Lyodra sebenarnya hendak meminta maaf pada Tiara. Walaupun rencana membuatnya sebal takkan berhenti begitu saja. Entahlah, ekspresi kesalnya itu lucu di mata Lyodra.
Dan hari ini, Lyodra sudah berniat akan meminta maaf sekaligus membuat Tiara sebal kembali meski mungkin akan terhalang kucing gendut itu.
"Pagi Tiara jelek!" teriak Lyodra sambil mengintip dari balik tembok pembatas, takut kalau-kalau ada kucing tiba-tiba melompat ke arahnya.
Aneh, jendelanya tertutup. Dan tak ada kucing gendut itu tentunya.
Lyodra pun melompat, masuk ke halaman rumah Tiara. Ia lalu mengintip lewat jendela.
Gelap. Membuatnya teringat film horror. Buru-buru Ia jauhkan wajahnya dari jendela, takut tiba-tiba ada yang mengintip dari dalam.
Keadaan benar-benar sepi, karena itu Ia pun memutari rumah Tiara, berharap menemukan tanda-tanda kehidupan.
Tapi setelah memutari rumah Tiara, tetap saja suasananya sepi. Rumahnya juga gelap. Semua pintu dan jendela tampak tertutup. Ia lalu mengetuk pintu depan rumah Tiara, "Permisi!" teriaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tetangga | Lyodra X Tiara
FanfictionBagaimana perasaanmu saat selalu dibanding-bandingkan? Kesal, sebal, kebal. Itulah yang dirasakan Lyodra saat Tiara datang dalam hidupnya sebagai tetangga barunya. Gambaran anak tetangga sempurna yang selalu dielu-elukan Mamanya. Tapi bukan hanya d...