Part 3

43 7 0
                                    

Setelah keadaan menjadi lebih tenang, Kyle berdiri, melepas hoodie yang ia pakai, dan dipakainya untuk menutup badan Ve yang sudah mulai dingin dan kaku.

Tidak mereka sadari, salah satu dari mereka tidak berada di ruangan itu sekarang.

"Mana Aiden?" tanya Milen.

Pertanyaan itu seolah menjadi bom yang baru saja meledak. Ketiga cowok yang duduk terpisah satu sama lainnya itu dengan cepat menoleh ke arah Milen. Mereka baru temannya itu tidak ada di sana.

"Tadi bareng lo berdua kan?" tanya Lexa kepada Sasa dan Austin.

Sasa mengangguk. "Iya tadi keluar dari gedung olahraga barengan,"

Devano langsung berjalan cepat keluar ruang kepsek dan melihat ke kiri dan ke kanan, mencari keberadaan Aiden, disusul oleh Austin dan Kyle.

"Dia gak ada di sekitar sini," Devano membuang nafas berat.

"Ini apa?" Lexa mengambil sebuah kertas yang lagi-lagi terjepit diantara jendela ruang kepsek kemudian membukanya.

1/8 or should I say 2/8?

Ayo main lagi. But this time, kita bikin ini lebih susah. Kalian gak bisa dapet clue gratis terus. Sekarang kalian bakal dapet clue sesuai kejujuran yang kalian katakan.

Ok, let's start from....

Sasa.

What secret have you been keeping from Austin for months now? Your next clue is Sasa's answer.

Sasa melihat ke arah Austin yang menatapnya penuh kebingungan.

"What secret?" tanya Austin. Ia berjalan mendekati Sasa yang mulai tampak tidak tenang dan melihat sekeliling. Ia melihat Lexa dan Milen yang mengetahui rahasia itu dan sekarang mereka berdua hanya menunduk serentak.

"I-itu.." kepala Sasa mulai terasa gatal, yang artinya dia sangat gugup sekarang.

"Sa, demi Aiden," Lexa mendekati Sasa dan memegang pundaknya.

Sasa hanya menatap Lexa sebentar sebelum ia menarik nafas panjang.

"I know this is gonna sound really bad. I'm so so sorry I kept this from you. Kamu kenal Jacob anak renang? Di-dia...." Badan Sasa mulai bergetar tidak tenang. Ia sungguh-sungguh tidak bisa mengatakan ini kepada Austin karena ia tau dampak langsung dalam hubungannya dengan Austin setelah ia mengatakan hal ini.

"Dia kenapa?" Austin mulai tampak tidak sabar. Ia melipat kedua tangannya di depan dada.

"He kissed me,"

Tampak dari reaksi kedua teman cowok Austin lainnya, mereka tampak tidak kalah kaget dengan pernyataan Sasa. Austin membelalakan kedua matanya dan memegang kepalanya frustrasi.

"I'm sorry. It's not what I wanted. After he kissed me, I ran to Lexa and told her what happened. I really don't want that but he...."perkataan Sasa berhenti sampai situ. Lanjutannya, ia hanya menunduk dan menangis.

"After all of this is over, we need to talk," Austin berjalan keluar, meninggalkan Sasa dan kedua sahabat ceweknya di dalam ruang kepsek.

Devano menyusul Austin.

"Udah. Sasa bilang itu bukan kemauan dia juga," kata Devano sambil menepuk pundak Austin.

Austin melihat Devano dengan tatapan pasrah.

"Then why she kept it from me?"

Setelah mengatakan itu, Austin mengalihkan pandangannya ke arah Sasa yang sedang menangis di dalam ruangan, dengan Lexa dan Milen yang berusaha menenangkannya.

School NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang