Part 5

36 8 0
                                    

"Btw lo kok bisa kabur?"

"Ehm gua..." Kyle yang sedang menggaruk kepalanya, melihat Devano dan Lexa yang hanya menunduk, memikirkan kejadian lucu yang tadi mereka lihat. Mereka berdua ingin tertawa, namun perasaan sedih dan berduka masih memenuhi keduanya.

Setengah jam sebelumnya.

"Yakin Kyle ada di lapangan? Gimana kalau kita salah?" Lexa bertanya kepada Devano ditengah-tengah larinya.

"Gua lumayan yaki-"

"AAAAAA!!!" suara melengking dari arah lapangan, seperti suara cewek yang sedang menjerit, membuat Lexa dan Devano mempercepat langkahnya.

Di lapangan, Lexa melongo, tidak percaya dengan apa yang ia lihat, sedangkan Devano hanya menghela nafas.

"Dan itu yang namanya Kyle," Devano melipat kedua tangannya di depan dada.

Lexa dan Devano sekarang sedang melihat Kyle yang berlari layaknya banci, sambil berteriak-teriak dan memukuli beberapa orang bertopeng yang sedang berdiri di depannya dengan tangannya yang sengaja ia lemaskan.

"Aduh ngapain sih bawa eke kesini, cyin? Suka ya? Suka kan lo? Sini, sini," Kyle masih berusaha menggoda dan beberapa kali memukul orang itu.

"Dih najis. Badan doang kekar," orang yang diketahui dari suaranya adalah laki-laki itu tampak mundur beberapa langkah sambil mengambil sesuatu dari sakunya. Pisau lipat.

Dengan sekali tarikan nafas, Kyle menendang orang itu hingga ia terjatuh beberapa langkah dari tempatnya tadi berdiri, dan bersiap untuk lari.

"Mamam tuh tendangan gua. Mampus lo, psikopat," Kyle langsung berlari sekuat tenaga dan hampir menabrak Lexa dan Devano yang ada di luar lapangan.

"Dari kapan lo berdua di situ?" tanya Kyle.

"Dari kapan ya, cyin?" Lexa mengejek Kyle sambil pura-pura akting seperti banci ke Devano dan membuat lelaki dingin itu memundurkan badannya, namun tetap tersenyum melihat tingkah Lexa.

Melihat senyuman Devano, Lexa yang tadinya tertawa langsung memalingkan tatapannya.

"Ayo kabur," Lexa berjalan cepat ke arah yang berlawanan dan disusul oleh Devano dan Kyle.

Tidak mereka sadari, orang yang tadinya ditendang oleh Kyle sudah berdiri dan mulai mengejar mereka sambil mengayunkan pisau lipatnya.

Saat ia mulai mendekati ketiga orang itu, Devano dengan cepat mengangkat kakinya, kemudian menendang orang yang mengejar mereka. Namun tendangan yang tidak ia rencanakan sebelumnya hanya mengenai pundak orang bertopeng itu yang  mendadak menarik tangan Lexa yang berada di sebelah Devano dan entah sengaja atau tidak, pisau lipat yang ada di tangannya menggores pipi Lexa.

Kyle dan Devano yang awalnya ingin berlari memukuli orang itu, tidak jadi karena melihat hawa panas dari tubuh Lexa. Gadis itu sangat marah sekarang.

"Sakit, bego!" Lexa menarik rambut orang itu dan menendang bagian privasi dari orang yang menggoreskan pisau ke pipinya hingga orang tersebut terjatuh kesakitan.

"Ouch, bingo," Kyle tepuk tangan dan sedikit meringis seperti merasakan ngilu yang sama.

Takut orang itu akan bangun lagi, Lexa, Devano, dan Kyle kembali berlari menuju lab biologi.

Kembali ke kejadian sekarang.

"Oh kalau Kyle yang kayak gitu gua percaya," Austin mengangguk paham setelah Devano menceritakan kisah yang ia alami tadi.

"Tadi seinget gua orang tadi punya luka di leher dan tatto ular di belakang telinga yang agak mencolok," Kyle berusaha mengingat ciri-ciri tubuh pelaku karena wajahnya yang tertutup oleh topeng membuatnya susah mengenali siapa pelaku itu.

School NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang