Setelah dirasa cukup tenang, Lexa melepas pelukan Devano dan memegang pipi cowok itu.
"Aiden udah tenang di sana. Sekarang kita harus nemuin pelakunya, demi Ve dan Aiden," saat menyebutkan nama temannya, Lexa seperti akan menangis namun ia memilih untuk menahannya karena ia tau Devano sekarang membutuhkan moral support lebih dari dirinya.
Devano mengangguk kemudian menunduk. Lexa yang melihat Devano menunduk, ikut mengarahkan kepalanya ke bawah dan melihat tubuh bagian atas lelaki di depannya tidak tertutup sedikit pun.
"A-ah lo-" sebelum Lexa melanjutkan perkataannya, Devano dengan cepat membalikkan badan Lexa agar tidak melihat ke arahnya.
"Gua mau ganti baju tadi," wajah keduanya sudah merah padam. Badan yang tadinya kedinginan karena basah, menjadi sangat panas.
"Lo gak ganti baju?" tanya Devano setelah ia mengambil baju yang ada di salah satu loker penyimpanan baju untuk anak ekskul renang.
"G-ganti. Lo keluar dulu aja," Lexa memutar kembali badannya dan ikut mengambil baju yang ada.
"Terus lo sendirian di sini?"
Lexa baru saja ingin menjawab iya, namun jika ia sendirian di sini, bisa saja pelaku menculiknya dan menjadikannya korban selanjutnya.
"Gua tunggu lo ganti baju di sini," Devano membalikkan badannya di tempat tadi ia berdiri dan membuat Lexa menggigit bibirnya.
"J-jangan ngintip," setelah memastikan Devano tidak akan mengintip, Lexa segera membuka bajunya dengan cepat.
Tapi takdir berkata lain, secepat-cepatnya Lexa membuka baju, ia lupa masih ada orang di luar ruangan yang masih bisa masuk dan melihatnya. Tanpa rasa bersalah Kyle masuk ke dalam ruangan dan bertatapan langsung dengan Lexa yang belum sempat memakai bajunya dan Devano yang langsung melotot melihat Kyle yang tiba-tiba saja masuk.
Tidak pakai berteriak atau apa, Lexa langsung jongkok dan menutupi badannya menggunakan bajunya yang basah. Devano juga dengan sigap melebarkan kedua tangannya serta berjalan mundur untuk menutupi tubuh Lexa.
"Eh sorry sorry sorryyy," Kyle berlari ke luar, meninggalkan Devano dan Lexa dengan wajah kaget yang mirip satu sama lain.
Biarpun kaget, Lexa cepat sadar dan memakai baju yang tadi dia ambil dari loker.
"U-udah,"
Devano membalikkan badan, melihat Lexa dengan baju yang sama dengan bajunya. Bedanya, baju itu pas di badan Devano dan kebesaran untuk badan Lexa. Lelaki itu tersenyum tipis.
"Ayo," ajaknya sambil menarik lembut tangan Lexa.
Lexa hanya diam dan mengikuti tarikan pelan dari Devano.
Di luar, tubuh Aiden sudah ditutupi oleh handuk, dengan Austin dan Kyle yang masih duduk di dekatnya. Devano tak kuasa menahan kesedihannya saat melihat tubuh Aiden di sana. Menyadari hal itu, Lexa memegang tangan Devano dan mengangguk perlahan.
Sasa dan Milen yang melihat Lexa langsung mendatanginya.
"Mulai sekarang, kita harus tetep bareng-bareng," kata Sasa, disambung dengan anggukan Milen.
Lexa mengangguk paham.
Tiba-tiba, terdengar suara barang jatuh dari dalam ruangan loker. Suara itu membuat semua orang langsung berlari ke dalam ruangan itu dan mencari sumber suara.
"Apa yang jatuh tadi?" tanya Sasa, bingung.
"Di sini," Milen yang mencari di sudut ruangan lain, mendapati sebuah batu yang cukup besar berada di lantai, dengan surat yang terikat di batu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Night
Mystery / ThrillerDelapan orang terjebak di dalam gedung sekolah setelah mendapatkan pesan misterius. Bukan hanya itu masalah yang mereka hadapi. Selain mencari cara untuk keluar, mereka juga harus mencari pembunuh berantai yang berkeliaran di sekitarnya. *** Alexand...