Part 7

55 9 1
                                    


Lexa melotot ke arah Jordi. Dari raut wajahnya, Lexa sangat marah sekarang. Jordi sama sekali tidak mempedulikan pelototan Lexa. Ia mengambil kursi yang tadinya berada di depan Lexa dan memindahkan kursi itu ke sebelah Lexa, kemudian mendudukinya.

Di dekat pintu masuk, Devano, Kyle, dan Austin berusaha untuk menjaga Milen agar tetap aman. Tapi mereka bertiga tampaknya sedikit kewalahan. Beberapa pukulan sudah diterima oleh ketiganya.

"Kita bisa," Devano berkata dengan yakin kepada Austin dan Kyle.

"Gua atlet lari, Dev. Kerjaan gua lari bukan pukul-pukulan. Gua gak jago judo kayak lo," kata Kyle setengah merengek.

"Gua judo juga gak ngelawan orang pakai tongka-"

"AWAS, DEV," teriak Austin saat seseorang dari samping Devano mengayunkan tongkat ke arahnya dan gagal dihindari oleh cowok itu.

Saat Devano terkena pukulan dan terjatuh, air mata Lexa langsung mengalir turun.

"Cowok yang barusan dipukul, siapa namanya ya? Ah Devano. Dia kayaknya suka sama lo dan kayaknya lo juga suka sama dia. Lihat sampai nangis," Jordi mengelap air mata Lexa menggunakan tangannya dan langsung ditepis oleh Lexa dengan memalingkan wajahnya dengan kencang.

Jordi hanya tersenyum melihat wajah Lexa yang bingung dan tidak tau harus berbuat apa untuk membantu teman-temannya.

Pada akhirnya, kebingungan itu terjawab. Lexa melihat sebuah pecahan kaca yang tidak jauh dari dirinya. Jika ia bisa mengambil pecahan itu untuk memotong tali yang mengikatnya, ia punya kesempatan untuk membantu teman-temannya dan kabur.

"Ehm, ehm, ehm ehm..." Lexa mengeluarkan suara secara terus menerus dan membuat Jordi terganggu.

"Apa mau lo?!" tanya Jordi dengan nada suara yang tinggi dan melepas kasar lakban yang menutupi mulut Lexa.

Lexa meringis sedikit.

"Gua tau gua salah. Temen-temen gua juga salah. Tapi emang lo harus kayak gini? Lo bisa kan ngelaporin gue dan temen-temen gue ke polisi tapi lo lebih milih balas dendam pakai cara lo sendiri,"

"Terus mau lo gimana? Gua ngelaporin lo ke polisi, kalian dihukum mungkin setahun dua tahun, atau lebih parahnya lo cuma dikasi denda dan bisa bebas berkeliaran, sementara gua tersiksa ngeliat pembunuh nyokap gua berkeliaran bebas sambil tertawa-tawa bahagia. Itu yang lo mau?" Jordi mendekatkan wajahnya ke wajah Lexa.

"Bukan gitu," jawab Lexa sembari menunduk.

"Terus apa?"Jordi mengangkat wajah Lexa. Gadis itu menatap Jordi dengan tajam.

"Ini yang gua mau,"

Bukan balasan yang Jordi terima, melainkan benturan kepala dari Lexa yang mendarat persis di hidung Jordi dan membuat cowok itu terjatuh dari kursinya sambil berteriak memegangi hidungnya.

Mendengar teriakan Jordi, keempat teman Lexa langsung membalikkan badan dan melihat Lexa yang sudah menjatuhkan diri bersama dengan kursi yang diikat dengannya. Perlahan namun pasti Lexa mendekatkan dirinya ke serpihan kaca itu.

"Gua bisa ke sana. Gua harus bantuin Lexa," kata Milen.

Kyle, Austin, dan Devano mengangguk dan mulai membuat barisan agar Milen bisa berjalan ke Lexa dengan aman.

"Arghhh sialan! Hidung gua patah gara-gara lo!!" Jordi berusaha bangun kembali disaat Lexa berusaha memotong tali yang mengikat tangannya.

Sesaat sebelum Jordi berdiri, Milen dari belakangnya mengambil kursi yang ada di dekatnya dan memukul Jordi cukup kuat hingga membuat cowok itu tidak sadarkan diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

School NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang