Part 6

33 7 0
                                    

"Lo?!"

"Miss me, my love?"

Suara yang dulunya membuat Lexa jatuh hati, sekarang membuat Lexa ingin muntah jika mengingat apa yang pemilik suara itu sudah perbuat kepada teman-temannya.

"Jordi, bajingan! Lo udah bunuh temen-temen gue dan sekarang lo mau bunuh gue juga? Anj*ng lo, bej*t!!" Lexa berteriak memaki-maki mantan tersayangnya, Jordi, namun Jordi hanya tersenyum.

"Dari dulu sampai sekarang gak berubah. Tiap lo marah emang selalu gemesin," Jordi berdiri, menarik kursi yang ia duduki mendekat ke tempat Lexa.

"Gemesin pala lo! Lepasin gua! Mana tubuh Aiden?! Lo sembunyiin dimana? Sakit jiwa!!!"

Jordi hanya tersenyum sambil melihat mantan pacarnya yang cantik itu mengomel. Tangannya terangkat, menyentuh wajah Lexa.

"Sayang banget lo dipukul dibagian depan. Kan cantiknya berkurang. Harusnya lo gak balik badan tadi," kata Jordi sambil mengelap darah Lexa yang mengalir dari samping kepalanya. Lexa mengalihkan pandangannya dengan kasar untuk menepis tangan Jordi.

"Jangan pegang-pegang gue, lo psikopat menyedihkan," nada suara Lexa berubah menjadi dingin. "Orang tua lo gak pernah ngajarin lo kalau nyawa manusia bukan mainan hah?! Kalau bokap sama nyokap lo tau-"

"MY MOM DIED BECAUSE OF YOU AND YOUR FRIENDS, ALEXANDRA. Don't you remember that night 3 years ago? Yang pembunuh itu bukan gua, TAPI LO DAN TEMEN-TEMEN LO YANG GAK PUNYA PERASAAN ITU!!"

Jordi menekan kuat pipi Lexa hingga Lexa meringis.

"Sekarang, kalian yang harus ngerasain gimana rasanya berjuang sendirian buat pertahanin nyawa kalian sendiri,"

Tawa Jordi memenuhi ruangan dan hal itu membuat Lexa menjadi sangat kesal.

"Temen-temen gua udah tau tempat lo bakal ngebunuh korban-korban lo. Mereka bakal dateng bentar lagi,"

Melihat Lexa mengatakannya dengan penuh percaya diri membuat Jordi menyeringai. "Tapi khusus lo ini beda dari yang lain. Emang lo gak inget ini ruangan apa?"

Lexa memutar kepalanya, melihat sekeliling kemudian ia sadar dimana dia berada.

"I-ini..."

Di luar, Devano, Kyle, Austin, dan Milen masih berlari menujudark room. Sampai di depannya, Devano langsung membuka pintu ruangan kecil tersebut. Di dalamnya hanya ruangan merah dengan beberapa foto tergantung seperti baru selesai dicetak.

Jika hanya melihat sekilas, foto-foto yang tergantung tampak seperti foto orang biasa. Namun saat dilihat dari dekat, terdapat foto mereka berempat, ditambah foto Lexa, Aiden, Ve, dan Sasa. Terdapat beberapa foto lainnya seperti foto Lexa yang sedang duduk di sebelah Edwin di pesta Austin, foto Sasa sedang berciuman dengan Jacob di ruang loker, dan masih banyak lagi. Bahkan ada foto dimana Kyle dan Milen bergandengan tangan di malam yang sama tapi tidak diketahui kapan foto itu diambil.

"Ini menyeramkan," Milen mengambili foto-foto itu dan membuangnya di kotak sampah. Sebelum semua foto dibuang oleh Milen, Kyle dan Devano langsung mengambil beberapa foto dan menyembunyikannya.

"Heh," mata Milen yang menangkap kejadian itu langsung menatap tajam kedua cowok di depannya. "Mana sini,"

Kyle dan Devano masih tetap menyembunyikan foto-foto yang mereka ambil itu di belakang badan besar mereka.

"Satu aja satu," mohon Kyle.

"Foto apa yang lo simpen?" bisik Devano kepada Kyle.

"Nih," Kyle menunjukkan foto dirinya yang sedang duduk memegang gitar di kantin sambil tersenyum melihat ke arah gadis cantik dengan mangkuk bakso ditangannya.

School NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang