1. Malam yang Aneh

1.6K 269 156
                                    

"Mati?"

Jungkook mengumpat mendapati komputer di depannya mati secara tiba-tiba. Anak itu beralih menoleh kanan-kiri dan menyadari hanya ada dirinya di ruangan ini. Ia mengernyit.

Bukankah tadi masih ramai?

Ia berdecak malas. Meletakkan headset pada meja komputer, dan berjalan ke depan, meminta agar komputer yang ia pakai kembali dinyalakan.

"Pak, komputer nomor--"

Tunggu. Kosong?

Kernyitan di dahinya bertambah dalam. Anak itu berbalik, mengamati ruangan hingga sudut-sudutnya, dan kembali mendapat fakta, bahwa hanya tinggal dirinya seorang yang ada di warnet ini. 

Kepalanya menoleh, menatap pada jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas. Bibirnya mengerucut kecil. Apa warnetnya tutup tiba-tiba? Biasanya, 'kan, tempat ini buka dua puluh empat jam.

Pemuda itu menghela napas panjang. Memilih kembali ke meja tempat ia menyewa komputer untuk bermain game, untuk mengambil ponsel dan headset miliknya, lalu segera pulang. Tak lagi berminat untuk melanjutkan game yang terhenti di tengah jalan karena komputer yang tiba-tiba mati.

.

Di perjalanan pulang, lagi-lagi pemuda itu menarik napas panjang. Mengamati kota tempatnya tinggal yang kini menjadi amat sepi, seperti tidak ada kehidupan. Tidak ada satupun kendaraan yang berlalu-lalang. Tempat ini benar-benar sepi. Apa ia melewatkan sesuatu saat sedang asyik memainkan game?

Jungkook memilih untuk beralih pada ponselnya yang sengaja ia matikan. Menekan tombol powernya untuk beberapa saat, dan mengernyit heran saat melihat ada banyak pesan juga panggilan tidak terjawab dari ibu dan ayah.

"Apa yang aku lewatkan?" lirihnya. Jemarinya bergerak lincah di atas layar, hendak menelepon nomor Ibunya, sebelum ia merasa tubuhnya didorong keras, membuat ponsel dalam genggamannya jatuh begitu saja.

Sedetik kemudian, tangannya ditarik kuat dan kakinya dipaksa untuk berlari. Tentu Jungkook berusaha melawan. Terlebih ponsel miliknya teringgal di tempat tadi.

"Lepas! Lepaskan!" rontaannya tak diacuhkan. Lelaki yang ada di depannya hanya terus berlari sembari mencengkeram erat pergelangan tangan Jungkook.

"Siapa kau?! Lepaskan aku!!" Lagi, lelaki di depannya tak menjawab. Justru menambah laju lari yang hampir membuat Jungkook kelimpungan dan memilih untuk mengikuti.

Langkah lelaki tadi baru berhenti ketika mereka berdua masuk ke dalam gang. Jungkook membuka mulut hendak bertanya, namun mulutnya dibekap erat terlebih dahulu. Jelas ia meronta. Menggigit telapak tangan yang ada di depan mulutnya, berharap tangan bau itu menyingkir dari wajahnya.

Namun, nampaknya terurung, kala lelaki tadi bersuara lirih di tengah napas tersengalnya.

"Diam ... kumohon diam. Jangan sampai mereka melihat kita di sini."

Mereka, siapa?

.

Bekapan tangan dilepas, dan Jungkook bisa bernapas lega, begitu pula dengan lelaki di sampingnya.

Saat itu juga Jungkook baru menyadari, kalau lelaki di depannya membawa pemukul baseball yang ia genggam erat dengan tangannya.

"Kau siapa?" Jungkook lebih dulu bertanya. Menatap lelaki di depannya dengan mata memincing awas. Berjaga-jaga jika saja orang ini bukan orang baik-baik.

"Seharusnya aku yang harus bertanya. Kau siapa, dan apa yang kau lakukan di luar rumah. Mau mati, ya?" lelaki tadi membalas cepat. Jungkook memiringkan kepala.

Nightmare ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang