Hoseok mengusap wajah kasar. Hingga pagi ini, ia merasa hubungannya dengan Namjoon benar-benar buruk. Lelaki yang dikenalnya tidak memiliki marga itu tidak sekalipun menatap, atau bahkan mau melirik kepadanya. Hoseok mengaku, dirinya memang menjengkelkan kemarin, dan itu menyulut emosi Namjoon. Ini kesalahannya, dan sebagai lelaki ia akan menyelesaikan masalah, sebisa mungkin tanpa menambah masalah.
"Masalahnya, aku tidak tahu harus bicara apa."
Taehyung melirik pada Jung Hoseok yang baru saja mengerang.
"Ajak Namjoon bicara. Katakan kalau kau ingin meminta maaf. Apa susahnya?" Jung Hoseok mendengus. Itulah masalahnya.
"Mengajaknya berbicara itu sulit. Lelaki itu benar-benar terlihat menyeramkan."
Kim Taehyung mengembungkan pipinya. Lantas berdecak malas ketika melihat raut putus asa dari lelaki di sebelahnya.
"Kalau begitu, masalahnya tidak akan pernah selesai. Kau terlalu penakut. Cobalah untuk menjadi berani. Sudahlah. Aku ingin tidur," ucapnya dan pergi begitu saja setelah memberi wejangan singkat, meninggalkan Hoseok sendirian di balkon apartemen.
.
Pukul sepuluh Hoseok bangun dari tidurnya, setelah semalam suntuk berjaga bersama dengan Taehyung. Matanya masih merah juga berat. Tidurnya pagi ini benar-benar tidak lelap. Selalu terbayang oleh masalah kemarin yang sayangnya, dirinya adalah si biang kerok.
Ia lirik Namjoon yang masih tertidur. Setelahnya lelaki bermarga Jung itu menghela napas gusar. Dengan langkah lunglai Hoseok berjalan menghampiri Jungkook. Menepuk bahu yang paling muda, dan membuatnya mendapat tatapan penuh tanya.
"Kook, nanti malam giliranmu jaga, 'kan?" Hoseok berucap, sekadar berbasa-basi. Yang lebih muda mengangguk kecil.
"Boleh kuminta? Maksudku, bagaimana jika kita bertukar? Aku ingin menyelesaikan masalahku dengan Namjoon," lanjutnya. Jungkook bergumam kecil. Menimang sejenak, dan mengangguk mantap.
"Tidak masalah. Bagusnya, aku bisa tidur lebih awal malam nanti." Cengirannya keluar. Ada rasa senang ketika Hoseok datang dan memintanya untuk bertukar jadwal jaga. Jujur saja, Jungkook merasa dirinya kurang tidur dua hari ini. Salahnya juga sebenarnya, memotong waktu tidur untuk membuat jebakan dan juga senjata bagi zombie--yang tidak ia harapkan--jika tiba-tiba masuk ketika mereka semua terlelap.
.
"Wah ...," Jungkook bergumam takjub. Matanya berbinar menatap pada sekumpulan benda tidak terpakai di dalam kardus. Ini semua milik si pemilik apartemen, lelaki tanpa marga.
"Namjoon Hyung, ini semua boleh kupakai?"
Anggukan tak acuh diterima, karena faktanya, Namjoon tidak lagi berurusan dengan benda-benda dalam kardus. Ia tak lagi ingin menyentuhnya, bahkan jika hanya seujung ruas jari. Tetapi, ketika Jeon muda mengangkat baton sword tanpa selongsong, memperlihatkan bagaimana tajam dan bersinarnya benda itu, Namjoon cepat-cepat berdiri. Merebut senjata tajam yang pernah menjadi favoritnya dari tangan yang lebih muda tanpa aba-aba.
"Jangan sentuh yang ini."
Kalimatnya terlantun datar dan Jungkook mengiyakan. Mengangguk tanpa sadar seraya menelan ludah. Matanya menatap takut-takut pada Namjoon yang berjalan menjauh. Anak itu bergidik kecil. Lantas mengusap leher, menghilangkan rasa takut dan kembali berfokus pada tujuan awalnya.
Namun, kendati telah memerintah diri sendiri untuk fokus dan tak peduli, agaknya Jungkook tidak bisa untuk tidak melirik pada si lelaki tanpa marga juga benda yang ada di tangannya.
Benda yang ada dalam genggaman Namjoon tidaklah panjang, selongsongnya juga telah hilang, tapi Namjoon masih menyimpannya karena pedang ini pernah menjadi favoritnya. Benda yang selalu ada di bawah kasur ketika Namjoon tidur. Menemani juga membuatnya merasakan aman di bawah rasa sakit.
.
23.00
"Kau yang berjaga bersamaku?"
"Iya." Hoseok mengangguk kaku. Melangkahkan kakinya mendekat pada Namjoon yang sibuk bergulat dengan gagang sapu yang pada bagian ujungnya tertempel dua pisau saling berhadapan punggung.
"Buatanmu?" Namjoon menggeleng. "Bocah dengan gigi besar itu yang membuatnya siang tadi, aku hanya melanjutkan."
Oh ....
Pembicaraan terhenti sampai di sana dan Hoseok merasa canggung sekali. Berkali-kali ia menimang apakah ini adalah saatnya ia meminta maaf, mengaku salah, dan mendeklarasikan kalimat berbaikan. Namun, berkali-kali juga dirinya menggigit bibir. Membungkam mulutnya sendiri ketika hati telah membuat keputusan bulat penuh. Sampai ketika Namjoon lebih dulu bertanya padanya.
"Jung Hoseok. Tentunya kau tidak akan bertukar jadwal dengan Jungkook, jika tidak ada sesuatu yang ingin kau lakukan, bukan?" lelaki itu berucap.
"Ah ... ya," Hoseok bergumam pelan. Menggaruk pipi dan mengutarakan tujuan yang sebenarnya.
"Sebenarnya, aku ingin meminta maaf."
"Tentang?"
"Kata-kataku. Kuakui aku memang menyebalkan kemarin," Hoseok berucap sembari menunduk. Menyembunyikan wajah malunya dari Namjoon dengan bantuan gelapnya malam.
Namjoon bergumam membenarkan. Tapi, jujur saja, ia tidak menganggap perkataan Hoseok kemarin sebagai sesuatu yang serius.
"Memang kau menyebalkan kemarin. Tapi aku tidak akan menyalahkanmu dan menganggapnya sebagai masalah besar." Namjoon menghela napas, "Kau takut, aku dan yang lain juga begitu," ia melanjutkan, lalu kembali fokus pada benda di tangannya. Menyempurnakan senjata modifikasi buatan Jungkook siang tadi.
Hoseok menghela napas panjang. Ada lega di hatinya, mengetahui bahwa Namjoon tidak menganggapnya sebagai masalah serius.
"Tapi, Namjoon-ssi, perkataanmu kemarin tentang membunuh kami satu-persatu, itu hanya main-main, bukan?" Hoseok berucap dengan tawa kecil, berusaha membangun suasana menjadi lebih hangat. Namun, yang ia dapat sebagai respon justru todongan pisau. Bukan tawa ringan seperti apa yang ia pikirkan.
"Dengar ... aku tidak pernah bermain dengan kata-kataku. Membunuh kalian satu-persatu, aku bisa melakukannya sekarang juga," Namjoon berucap. Menatap lekat pria bermarga Jung dengan mata elangnya. Membuat Hoseok merasakan adanya kungkungan hitam yang berasal dari tatapan tajam lelaki di depannya.
Beberapa saat setelahnya, senjata ditarik dan Namjoon tertawa puas.
"Wajah ketakutanmu membuatku puas. Tapi tenang saja, aku hanya bercanda," ujarnya dengan kekehan kecil. Membuat Hoseok bisa bernapas lega dan tertawa canggung setelahnya.
Ya, hanya bercanda. Tapi Hoseok merasa dirinya akan benar-benar mati beberapa saat lalu.
To Be Continue
![](https://img.wattpad.com/cover/256274825-288-k852256.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Action, zombie - Completed Wabah misterius yang memicu punahnya umat manusia menyebar! Seperti bertentangan dengan hukum alam, matahari nampak seperti terbit dari ufuk barat. Kota itu hancur, kacau balau hanya dalam waktu sa...