7. Keinginan Untuk Hidup

777 198 64
                                    

Helaan napas lega terdengar berat. Tangan tremor mengusap kasar kulit wajah. Tiga dari mereka bisa sedikit tenang ketika kaki sepenuhnya memijak lantai. Merasa lega ketika bisa menarik napas dan menghembuskannya walau dengan tersendat.

"Kalian, terima kasih." Perkataan Jimin dibalas dengan anggukan. Tepukan ringan terasa di bahu, dan menjelma menjadi usapan menenangkan setelahnya. Jimin menoleh, dan mendapati lelaki dengan teropong yang dikalungkan pada leher tersenyum tipis.

"Sudah kuduga, lelaki bangunan seberang bukan orang baik," orang itu berucap. Jimin menunduk. Perkataan lelaki di sampingnya benar. Mereka bertiga hampir saja mati karena Lee Changgu, dan ia merasa bodoh karenanya. 

Mendadak, Park Jimin merasa muak hanya dengan memikirkan kembali bagaimana sikapnya pada lelaki dengan tabiat terkutuk, yang hampir saja berhasil mengantarkannya pada maut.

"Kalian terlalu baik, terlebih di saat seperti ini." Celetukkan datar terdengar dari lelaki yang menyelamatkan mereka. Orang dengan luka pada pelipis kiri yang sibuk menggulung tali itu terlihat kesal. "Antara terlalu baik, atau terlalu bodoh, sebenarnya," ia melanjutkan. Lantas berlalu setelah melempar gulungan tali ke sembarang arah.

Min Yoongi menghela napas kasar. Melirik ke lantai bawah dari balkon, dan mendapati bahwa balkon apartemennya telah dipenuhi oleh mahkluk menjijikkan berbau busuk. Ia bergidik ngeri, enggan membayangkan bagaimana jadinya jika Jungkook, Jimin, dan juga dirinya masih terjebak di bawah sana.

"Maaf, tapi bagaimana kalian bisa tahu, kalau kami--"

"Hampir mati? Itu mudah. Drone milik orang bangunan seberang yang hampir setiap hari datang ke apartemen kalian, benar-benar berisik dan menarik perhatian. Mengais makanan dengan lagak kelaparan, padahal ketika kulihat melalui teropong, dia minum-minum tiap malam." Gerutuan sebal terdengar samar. Lelaki dengan teropong itu berdecak kecil.

 "Singkatnya, kalian ditipu, dasar bodoh."

.

Kim Taehyung, Jung Hoseok, Kim Seokjin, dan Namjoon, adalah empat orang yang menghuni apartemen itu. Orang yang menyelamatkan mereka, sekaligus memberikan tumpangan untuk beberapa hari ke depan. Mereka berempat cukup baik, menurut Jungkook, walaupun Namjoon dengan bekas luka jahit memanjang di pelipis kirinya benar-benar terlihat menyeramkan. Cukup untuk membuatnya bersembunyi di balik tubuh Yoongi, ketika pandangan mereka pertama kali bertemu.

Satu lagi yang Jungkook tahu, Namjoon tidak punya marga. 

Selalu mengelak ketika ditanya, Hoseok berkata demikian. Lelaki itu menantang Jungkook untuk bertanya pada Namjoon, namun yang Jungkook dapatkan sebagai jawaban hanyalah lirikan tajam dari mata elangnya. Hal yang membuat dirinya ciut dan tidak lagi ingin berurusan dengan si lelaki menyeramkan.

"Itu lebih baik. Terakhir kali ketika Taehyung bertanya, pukulan sayang ia dapat di pipi kiri." Itu kata Hoseok yang berhasil membuat Jungkook menahan napas. Setidaknya, nasibnya masih jauh lebih baik. 

"Apa sakit?" Taehyung yang ditanya beitu menggeleng ringan.

"Tidak. Hanya saja, lebamnya tertinggal di pipi hampir empat hari," balasnya. Seketika itu juga Jungkook menelan ludah gusar. Takut-takut jika Namjoon tiba-tiba mendatanginya untuk memberi bogeman di pipi.

Lelaki itu menyeramkan, dan Jungkook bertekad untuk tidak lagi berurusan dengannya.

Tapi, ada tanda tanya besar di dalam kepalanya tentang Namjoon. Ada rasa penasaran yang memaksa dirinya untuk mencari tahu, walau hal itu bukanlah urusannya. 

.

"Kalian punya banyak makanan," Yoongi berucap. Matanya menatap pada setumpuk makanan yang ada di sudut ruangan. Banyak, dan cukup untuk beberapa minggu ke depan jika dikelola dengan baik.

"Mendapatkan makanan sebanyak itu juga tidak mudah, kalau kau mau tahu," papar lelaki yang duduk di sampingnya, Kim Seokjin. Yoongi mengangguk. Tentu ia tahu bagaimana sulitnya.

Keduanya berbincang ringan, dan Yoongi menceritakan hal apa yang ia alami pada suatu malam ketika keluar untuk mencari makanan. Cerita yang membuat bulu roma Seokjin berdiri secara otomatis. Sampai ketika Kim Taehyung bersuara. Mengalihkan fokus keduanya, dan membuat cerita Yoongi harus berhenti di tengah jalan.

"Hei, ada awan hujan dari arah barat sedang berjalan ke timur. Anginnya juga cukup kuat. Apa itu pertanda akan datang hujan?" Taehyung berucap dari balik teropongnya. Kedua maniknya betah mengamati pergerakan awan yang cukup cepat, sesekali mengeluarkan jari telunjuk yang telah dibasahi dengan air liur untuk memastikan bahwa awan hitam pekat yang ia lihat benar-benar menuju kemari.

"Itu bagus. Ayo siapkan banyak wadah untuk menampung air. Berani bertaruh, tidak lama lagi air akan habis," Yoongi berucap, diangguki setuju oleh yang lainnya.

Benar sesuai dugaan juga perkiraan, hujan turun tidak lama kemudian. Hujannya cukup deras, mampu mengisi penuh beberapa wadah yang sengaja digantung pada pembatas balkon.

"Kalian, apa tidak pernah sekalipun berpikir untuk pergi dari apartemen ini? Kita keluar dari kota, misalnya. Di perbatasan kota pasti ada regu penolong. Kita bisa selamat," celetukan lirih dari Jung Hoseok mengundang perhatian enam yang lain. Lelaki itu menatap keluar dengan sorot sendu. Dirinya ingin selamat. Hoseok ingin hidup.

"Jangan berpikir untuk pergi dari kota, jika keluar dari tempat ini saja belum tentu selamat." Semua pandangan tertuju pada Yoongi yang bersuara. Dalam diamnya mereka mengangguk membenarkan.

Itu benar. Jangankan berpikir untuk keluar dari kota, jika nasib mereka setelah menginjakkan kaki keluar dari ruangan ini saja tidak diketahui.

"Kita hanya harus menunggu--"

"Apa yang harus kita tunggu? Regu penyelamat, atau kematian?! Apa kalian bisa percaya pada pemerintah di saat seperti ini? Tempat ini hancur, Kim Seokjin! Tidak akan ada yang tahu keberadaan kita di sini. K-kita ... hanya akan mati pada akhirnya."

Seokjin menghela napas panjang. Sedikit merasa kesal karena ucapannya dipotong begitu saja.

"Kalau begitu pergilah! Keluar dari tempat ini, dan pergi ke perbatasan kota! Bukan hanya kau yang ingin selamat, Jung Hoseok sialan! Aku juga ingin hidup. Aku akan hidup, bahkan jika harus membunuh kalian satu-persatu," Namjoon mendesis di akhir. 




To Be Continue

Nightmare ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang