9. Senjata Modifikasi

743 182 131
                                    

10.30

Siang ini Jungkook bangun setelah merasa sesuatu yang cukup berat dilempar padanya. Menimpa tubuh, hingga membuatnya terbatuk kecil. Merasa terganggu, anak itu membuka mata, dan saat itulah matanya terbuka lebar. Terkejut mendapati senjata buatannya kemarin menjadi lebih baik dari segi bentuk. Kehadiran plat besi tipis yang menggantikan eksistensi lakban, membuat senjata buatannya terlihat lebih keren.

"Wah!" ia bergumam. Mata yang semula sayu dan lengket kini terbuka lebar. Sepasang manik hitam legam miliknya menatap penuh binar pada barang yang kini ada dalam genggaman.

"Siapa yang membuatnya menjadi sekeren ini?" Ucapannya menarik minat beberapa yang lain. Contohnya saja, Jimin yang semula memakan sarapan sekaligus makan siangnya, bergegas berlari menghampiri si Jeon muda.

"Kau yang membuatnya?" tanyanya. Lelaki itu tak henti-hentinya berdecak kagum, sembari mengamati benda berujung tajam yang dibawa oleh Jungkook.

"Bukan aku. Buatanku tidak mungkin bisa sebagus ini," Jungkook bergumam. Kepalanya mendongak menatap sekitar, dan hanya menemukan presensi Namjoon yang berada di dapur. Anak itu menggeleng kecil. Tidak mungkin juga lelaki tanpa marga itu yang membuat senjata miliknya menjadi sekeren ini, pikirnya.

.

"Makanan hampir habis." Perkataan singkat dari Seokjin menarik fokus enam yang lain. Pandangan mata otomatis terarah pada setumpuk makanan yang ada di sudut ruangan.

Sebenarnya makanan yang ada masih banyak. Cukup untuk mengisi perut mereka bertujuh selama empat hari ke depan. Namun yang menjadi masalah, adalah beberapa dari makanan instan yang mereka kumpulkan tidak lagi bisa dimakan atau dimasak. Contohnya saja, nasi instan yang membutuhkan microwave, juga beberapa dari roti-rotian yang sudah tidak layak makan, sebab tumbuh jamur di beberapa sisinya.

"Jadi kita harus keluar?"

"Iya."

Kim Taehyung mendengus. "Aku tidak mau pergi," ia berucap. 

Seokjin mengernyit. "Kenapa?" tanyanya, "Jangan jadi egois," lelaki itu melanjutkan.

Decakan keras keluar dari bibir Taehyung. "Aku takut!" serunya.

"Egois," Kim Seokjin mencibir. Dengan angkuh lelaki itu menatap si lawan bicara. Nampak merendahkan, dan Taehyung dibuat terpancing olehnya. 

"Kau saja yang pergi kalau begitu, Kim Seokjin keparat!"

"Kenapa aku? Masih ada yang lain ... "

Yoongi mendengus. Memilih menutup telinga, tak lagi berminat untuk mendengar adu argumen Seokjin dan Taehyung. 

Lelaki itu tersenyum miring, lantas terkekeh sinis.

Mereka berdua sama. Egois.

"Kalau begitu, yang ingin pergi saja ikut denganku. Sisanya berjaga," pria itu berucap, sekaligus menghentikan adu mulut tidak berbobot Taehyung dan Seokjin.

"Jadi, siapa yang akan ikut?" Cukup lama tidak ada jawaban, karena enam yang lain hanya diam. Menutup mulut, tidak berminat untuk menyahut walau hanya sepatah kata.

"Kalian bisu?" celetukan Yoongi kembali terdengar, namun enam yang lain hanya diam. Lelaki itu berdecak. "Kalau begitu, pasrah saja. Mati kelaparan juga bukan hal buruk--"

"Aku." Ucapannya dipotong. 

"Aku akan ikut." 

Pandangan mata otomatis terarah pada Jeon Jungkook yang bersuara.

.

19.30

"Kook, kau yakin akan keluar?" Pertanyaan Taehyung dibalas dengan anggukan lugas. 

Nightmare ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang