Chapter 2

3 1 0
                                    

Jika orang berpendapat bahwa Bell pulang sekolah merupakan hal yang di dambakan seluruh murid. Maka tidak dengan Agatha, ia bahkan berharap bisa lebih lama di sekolah.

Keluar dari kelas menuju parkiran matanya bersitatap dengan Mata tajam itu lagi... sepersekian detik belum ada yang berniat memutuskan kontak mata. Hingga panggilan dari teman pria itu mengalihkan atensinya. Agatha mengambil kunci mobil di dalam tasnya memasuki mobil memasang seatbelt dan menjalankan mobilnya menuju rumah.

Mengunjakkan kakinya di teras rumah mewah dengan halaman besar di depannya. Memasuki pintu utama agatha langsung di sambut bi darmi dengan senyum lebar. Usianya mungkin sudah hampi masuk kepala lima. Bi darmi sudah ada sejak Agatha kecil. Mengabdikan diri di rumah keluarga besar Stanislaus. Menjadikan Agatha sangat dekat dengan bi Darmi.

"Sudah pulang non, bibi hangatkan makanan yah non!" ucap sopan bi Darmi.

"Nanti saja Bik, Atha belum lapar, mau istirahat di kamar dulu" menyalami tangan Bi darmi dan langsung ke lantai 2 menuju kamarnya.

Di ujung tangga Agatha berhenti, pandangannya teralih pada foto keluarga berukuran besar yang di pajang di samping tangga. Menatap sendu foto tersebut.

"Kalian semua kenapa ninggalin aku sendirian di sini" Agatha tersenyum getir, untuk apa memikirkan mereka yang tak pernah memikirkan Agatha di sini.

Memasuki Lorong kamar. Kakinya berhenti di depan sebuah kamar dengan Pintu bercat hitam. 'Gak berubah tulisan di depan kamarpun masih sama 'Dylan ackley stanislaus, harap ketuk sebelum masuk. Menyentuh gagang pintu ingatnya terlempar kembali pada masa kecil.

Agatha kecil berlari ke kamar kakak pertamanya menerobos masuk.

"akak tolonggg abang epen sakiti atha" adunya pada sang kakak, sambil merengek minta di gendong. Dylan hanya tersenyum menanggapi sang adik. Sempat kaget karena tiba tiba sang adik masuk ketika ia sedang berpakaian. Untung saja tinggal baju yang belum terpasang. Pasalnya ia dan Agatha terpaut usia 13 tahun. Agatha yang berusia 5 tahun dan ia yang berusia 18 tahun. Kembali memerhatikan sang adik yang sedang merajuk mengadu lucu dengan hidung dan pipi yang merah.

"lihat pipi atha melah melah di sakiti abang" melihat arah yang di tunjuk sang adik dan benar saja sedikit agak memerah.

"apasih bocil tukang ngadu huuu" ejek Steven, si biang kerok muncul dengan cengiran khasnya. Bocah 10 tahun yang hobinya menjaili adiknya.

"abang adeknya jangan di jailin mulu dong" senang merasa ada yang membela. Lidahnya di julurkan mengejek sang abang.

"adek cupu tukang ngadu, Payah!" memperlihatkan jempolnya yang menghadap kebawah dan pergi begitu saja. Si kakak hanya tersenyum melihat tingkah lucu kedua adiknya.

"atha" pangil lebut sang kakak. Atha menoleh lucu di gendongan sang kakak

"atha kalau mau masuk kamar orang lain wajib ketuk pintu dulu, atha paham tidak maksud kakak apa?" tanyanya lembut

"Paham Akak, Atha Halus ketuk pintu dulu kalau mau ke kamal Olang. Tapi kenapa akak?" tanyanya bingung

"karena agatha perlu minta ijin dulu sama yang punya kamar sebelum masuk. Bagaimana kalau orang yang di dalam sedang tidak pakai baju. Nanti orangnya bisa malu" agatha kecil mengangguk paham

Apa jika kejadian itu tak terjadi, mungkinkah ia masih memiliki keluarga lengkapnya. Di berikan kasih sayang nan berlimpah seperti dulu. Tersenyum kecut, berhenti berandai andai agatha. Peristiwa kala itu memang merupakan sebuah penyesalan terbesar baginya, awal dri seluruh kekacauan yang menimpa.

Bergerak menjauhi pintu tersebut, ia kembali melangkahkan kakinya masuk ke sebuah kamar yang terletak di ujung Lorong, agatha membuka sebuah pintu berwarna baby blue dengan ukiran Namanya sendiri, Melangkah masuk ke dalam kamar aroma wangi bunga lavender menyerbak di seluruh ruangan, terlihat di dalamnya dinding dengan kombinasi warna baby blue dan putih, Kasur Queen size terletak di Tengah ruangan. 

Di sebelah kanan Kasur terletak tempat bersantai dengan Rak buku dan Televisi besar. Di pojok ruang tepatnya di samping tempat bersantai di letakan meja belajar serta sebuah lemari buku besar. Di sebelah kiri ranjang di letak-kan meja rias berwarna putih dengan set alat make up dan skin care lengkap yang bersisi-an langsung dengan Pintu kamar mandi dan juga walk in closet.

Berjalan menuju walk in closet ia meletakan tas sekolahnya, mengganti pakaian dengan pakaian santai. Di lanjut dengan membersihkan kaki tangan dan membasuh muka di toilet. Selesai dengan kegiatan membersihkan diri, agatha merebahkan tubuhnya di Kasur empuk miliknya. Memejamkan matanya. Mungkin ia perlu mengistirahatkan tubuhnya sebentar. Sungguh hari ini sangat menguras tenaganya

~~~~~

Suara ketukan pintu terdengar, membangunkan gadis cantik yang tertidur pulas di ranjangnya, mata cantiknya perlahan terbuka mengumpulkan kesadaran penuh. Melihat ke arah jendela, rupanya sudah gelap, berapa jam ia tertidur. Melihat jam dinding yang tergantung di sebelah meja rias-nya menunjukan pukul 8 malam. Mungkin efek kelelahan ia sampai tertidur 4 jam lamanya. Kembali suara ketukan terdengar.

"Non? Non agatha" suara bi darmi terdengar

"ya? Bi? Masuk aja" pintanya. Sambil memijat kepalanya sedikit pusing. Sudah jelas efek samping dari tidur lama-nya.

"non, bibi sudah buatkan makan malam"

"iya bi, sebentar lagi aku turun, Bibi tunggu saja di bawah"

"mau bibi buatkan teh hangat non?" melihat kondisi anak majikannya yang sedang memegang kepala mungkin ada baiknya ia menawarkan teh hangat untuk meredakan pusing nona-nya.

"boleh deh bi"

Sedikit menimang apakah agatha pelu bertanya atau tidak. Namun, seperti sudah sangat faham dengan gerak gerik agatha. Bi darmi tanpa perlu di tanya. Langsung memberitahunya.

"Tadi tuan muda pulang sebentar, mengambil beberpa buku yang ketinggalan dan memberikan uang untuk kebutuhan di rumah non"

Lagi lagi begitu, hanya akan pulang jika benar benar di rasa perlu. Tak memperdulikan dirinya di sini sendri. Apa mereka tak mengertikah, agatha hanya ingin di temani, di sayang seperti dulu, apakah harapan itu masih bisa terwujud. Semua karenanya andai dulu ia bisa lebih sabar.

"oh iya non, tadi tuan muda juga membawa kekaasihnya kemari"

Sialan belum cukup pelajarannya tadi, bisa bisanya jalang itu benar benar tak tau diri. Menarik nafas dalam menenangkan dirinya, berusaha mengontrol emosi yang hampir menguasai dirinya.

"iya bik, makasih infonya, agatha ke kamar mandi dulu" bi darmi pamit untuk kembali ke dapur. Beranjak dari Kasur menuju kamar mandi membersihkan diri dan langsung turun ke bawah menuju ruang makan, perutnya sudah berbunyi sedari tadi. Mengeluarkan ponsel pintarnya di dalam saku, banyak notifikasi yang masuk. Mengecek satu persatu. Membaca dan membalas pesan yang sekiranya penting.

"ini non the hangatnya" atensitasnya teralihkan dengan suara bi dharmi.

"terima kasih bi" ucapnya tulus

Bi darmi ikut tersenyum tulus. Merasa terharu sekaligus bangga dengan nonanya ini. Sungguh kuat nonanya, tumbuh sebesar ini dengan tanpa kehadiran keluarga. Walaupun kadang perilakunya kadang tidak mencerminkan perilaku yang baik,namun jauh di lubuk hatinya, gadis ini sangat rapuh. Pun-begitu ia sangat menyayangi anak majikannya ini.


_______________

Vote And Comment!!!

To be Continue





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind The CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang