Yang baper dia atau kamu

154 41 127
                                    

"Gue suka Adik lo"

Anja yang tengah terfokus pada es teh dan novelnya seketika menatap lawan bicara di depannya.

"Vega? Lo baper sama si kutu aer?" tanya Anja menyelidik.

Gadis yang menjadi lawan bicaranya mengangguk tanpa ragu. "Gimana gak baper? Tiap hari dia perlakuin gue kayak-"

"Kayak?"

"Uhm, spesial?"

Anja merotasikan mata, kembali menyeruput es teh nya.

Bukannya lo ya, batin Anja.

"Anja!"

"Hah?"

Raya mengerucutkan bibirnya. "Kok gue di cuekin sih?!"

Anja mengerjap polos, "Siapa yang cuekin lo? Kan dari tadi gue dengerin" sangkalnya tak mau disalahkan.

"Anjaaaa! Gue beneran jatuh cinta sama Vega.."

"Terus?"

"Bantuin gue, ya?"

Anja tersenyum kecil. Tidak menjawab setuju, ataupun menolak. Tapi Raya, gadis yang menjadi korban kebaperan perilaku sang Adik sudah kesenangan.

"Kenapa lo seneng banget? Gue kan belum jawab iya atau nggak?" Anja mengerutkan alisnya melihat tingkah Raya.

"Ck! Ayolah, masa tega sama temen sendiri?" cakap Raya sambil cemberut.

Temen? Sejak kapan?, batinnya lagi.

"Ya udah, nanti gue coba ngomong sama orangnya." ucap Anja mengakhiri sesi pertemuannya dengan Raya yang tanpa di jadwalkan, "Gue duluan, Ray."

Raya mengangguk semangat sebagai jawaban, tak lupa pula ia berteriak terima kasih sebelum Anja benar-benar meninggalkan kantin, membuat gadis itu menghela nafas.

"Ngomong sekarang aja kali ya? Tapi tuh anak gak tau ada dimana"

Anja menghela nafas lagi, gadis itu melirik alroji yang terpasang di pergelangan tangannya. "Masih banyak waktu, gue cari aja lah" monolognya lalu kembali berjalan menyusuri lorong sekolah, harap-harap bisa bertemu dengan Vega secepatnya.

"Senja!"

Anja hendak berbelok ke lorong dimana kelas Vega berada, namun seseorang sudah memanggilnya lebih dulu hingga gadis itu menoleh.

Anja tersenyum pada orang itu. "Kenapa, Sa? Oh iya, lo liat Vega?" tanya Anja terburu-buru setelah ia mengingat tujuan utamanya datang ke kawasan unit IPS.

Anja mendengar orang itu berdecak dan menatapnya malas. "Vega mulu yang di tanyain, gue nya kapan?" lelaki bernama Aksa itu mencibir.

Anja terkekeh meresponnya, sukses membuat jantung Aksa berdetak tidak karuan.

"Vega kan adik gue, wajar lah gue tanyain. Kalo lo kan bukan siapa-siapa, ngapain gue nanyain lo?" jawab Anja santai lalu kembali melanjutkan jalan bersama Aksa di sampingnya.

"Makanya jadi'in siapa-siapa dong biar lo bisa nanyain gue juga" cakap Aksa sambil mempoutkan bibir.

"Mau gue jadi'in babu?" tanya Anja meledek.

Aksa berjengit. "Ganteng gini mau di jadiin babu, ngada-ngada sekali anda" ucap Aksa semakin cemberut.

"Terus apa dong maunya?" pancing Anja

"Pa-"

"KAKAK KU SAYANG!"

Dua anak cucu Adam dan Hawa itu kompak menoleh ke asal suara. Beberapa meter dari tempat keduanya berdiri, Vega berlari menghampiri mereka dengan kemeja putih yang sudah basah oleh keringat dan tembus pandang.

Vega menghentikan langkahnya saat sampai di depan dua orang tersebut. "Eh titisan tupai ngapain di sini?" tanya Vega dengan tampang watados kepada Aksa.

"Kepo lo!" sembur Aksa.

"Dih judes amat, pantes jomblo!" hujat Vega blak-blakan.

"MIRROR DONG GANTENG!!!"

"Iya makasih, emang gue ganteng gak perlu di kasih tau"

"Si anjing pd bangat"

Anja yang berdiri di antara dua lelaki itu merotasikan matanya. "Lapangan luas noh, baku hantam gih!" ucap gadis tersebut lantas angkat kaki dari sana.

"E-eh tunggu!"

"EH APA APAAN LU PEGANG-PEGANG TANGAN ORANG!"

"LAH NGAPA? KAKAK GUE INI!"

"KAGAK! KAGAK BISA!"

"NGAPA LO YANG SEWOT GOBLOK?!"

"LO BEGO!"

"LO TOL-"

"UDAH WOI RIBUT BAE HUMAN YAK!"

Mulai saat ini tolong ingatkan Aksa dan Vega agar tidak ribut di depan Anja jika tidak ingin mendengar teriakan maut gadis tersebut.

Kedua lelaki itu spontan mengatup bibir ketika Anja berteriak marah. Mereka tidak berani ribut lagi, bisa-bisa gendang telinga yang jadi korban kalau mendengar suara merdu itu lagi.

"Nah, gini kan adem. Dah ya gue mau balik kelas" cakap Anja sambil tersenyum manis, meninggalkan dua lelaki itu seakan tak mengingat tujuan utamanya.

"Senja! Tadi lo kan nyari Vega, lah orangnya udah ada lo malah pergi" sahut Aksa sebelum Anja benar-benar menjauh.

Seketika gadis itu berhenti melangkah dan berbalik. "Oh iya lupa!" Anja kembali mendekat dan menarik lengan Vega. "Ikut gue. Aksa duluan ya!!" ucap Anja pada Aksa sambil melambaikan tangan.

Aksa membalas lambaian tangannya, "Dadah Mbak pacar!"

"MIMPI LO!" teriak Vega tak terima

Anja membawa Vega ke sisi lapangan Volly, sengaja ia memilih tempat tersebut karena sepi.

"Kenapa? Ada yang mau di cerita'in?" tanya Vega.

Anja mengangguk sambil tersenyum misterius, "Tanggung jawab lo!" ucap Anja

Vega mengerutkan keningnya, tidak faham apa yang dikatakan Anja tadi. "Tanggung jawab apaan? Gue gak perawanin anak orang!" sangkal Vega panik, takut-takut saja ada yang menyebar fitnah tentangnya lalu sampai ke telinga sang Kakak, lalu ia percaya begitu saja.

Anja menghela nafas malas, "Goblok! Lo dan buat anak orang baper, tanggung jawab! Jangan malah ditinggal pergi."

"Apaan sih? Siapa yang baper?"

"RAYA! Gobloknya adikku..." hujat Anja menahan kegemasannya untuk tidak meninju Vega.

Lelaki itu berkoor sambil mengangguk santai. "Ya biarin, Raya juga tau kalo gue bercanda doang"

Anja mendelik kepada Vega, bisa-bisanya lelaki itu berucap demikian dengan santai, macam tak ada beban hidup.

"Perasaan dia gak sebercanda itu, Ve" sahut Anja datar.

"Kok lo yang baper?"

"Tau ah! Susah ngomong sama tiang jemuran kayak lo!"

Vega terbelalak melihat respon sang Kakak. Tatapan polosnya mengarah pada Anja yang berjalan meninggalkannya sendiri di pinggir lapangan.

"Lah, ngapain ngajak gue kesini kalo akhirnya gue di tinggal sendiri? Dasar perempuan." Gerutu Vega yang ikut kesal akibat merasa di buang begitu saja oleh Anja.

- t b c -

Hallo aku balik dengan chapter baru!!
Kangen gak? Nggak? Yaudah :(

Bintang untuk Senja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang