Garis akhir

230 36 24
                                    

3 bulan kemudian.

Masih menjadi duka terdalam bagi Anja setelah mengetahui bahwa orang yang ia kira masih di rawat di rumah sakit, ternyata telah lebih dulu meninggalkannya sebulan sebelum ia terbangun dari koma.

Bersamaan dengan hari dirinya pulang dari rumah sakit, Agatha menceritakan semuanya tanpa terkecuali. Saat itu hingga beberapa hari Anja menghabiskan waktunya untuk menangisi sang Adik.

Dukanya teramat dalam, luka lama karena rasa bersalahnya kembali menganga. Anja terjebak lagi pada ruang penyesalannya hingga akhirnya ia kembali tinggal di ruangan serba putih dengan aroma khas medis yang menguar. Kesehatan Anja kembali menurun pada saat itu.

Namun sekarang, berkat peran Agatha yang terus memberikan kekuatan, juga peran sahabat-shaabatnya yang memberikan semangat, Anja dapat keluar dari masa itu. Kembali hidup untuk mencoba mengikhlaskan sang Adik yang telah pergi.

Kini Anja bersimpuh memeluk batu nisan bertulis nama orang terkasihnya. Gadis yang masih mengenakan seragam wisuda dan toga di kepalanya itu nekat kabur dari sekolah usai menjalani kegiatan sesi foto kelulusan.

Di temani oleh sosok yang setengah tahun sudah mengisi hati, Anja bercerita panjang lebar kepada sang Adik, berharap anak itu akan meresponnya suatu saat nanti.

"Kita udah foto wisuda, gimana? Kakak lo cantik gak pake seragam ini? Cantik dong ya, Kakaknya siapa gitu lho, hehe. Katanya lo pengen banget buru-buru foto wisuda, katanya lo mau pamer kegantengan ke gue saat lo pake toga. Tapi sekarang lo udah pake mahkota kan? Pasti lo jauh lebih ganteng di banding kalo lo pake topi ini,"

Anja mengulum tersenyum sambil mengusap figur foto sang Adik. "Tau ga? Gue tuh nyuri, nggak sepenuhnya sih. Setengah minjem lah, padahal Bu Naya bilang, selesai foto seragam sama toganya dicopot, tapi malah gue bawa kabur." Anja menertawakan kebodohannya sendiri. "Tapi tenang, bakal gue balikin kok."

Gadis itu diam sejenak. "Seandainya lo di sini, pasti kita bisa foto bareng, ngerayain lulus bareng, peluk Bunda bareng, ya kan? Gue kangen lo, Ve. Sekolah udah sepakat ngelulusin lo juga. So, happy graduation my lil brother.

Bahagia di sana, ya. Gue sayang lo, Ve."

🌼

Masih ingat bagian ketika Vega nulis sesuatu di kertas pas nemenin Raya di toko buku?

Surat yang Vega tulis untuk Senja :

Untuk Langit Senja.

"Kita udah gede kan? Udah punya jalan masing-masing. Sekarang lo udah pergi ke jalan lo, dan gue pun akan melakukan hal yang sama. Semoga Tuhan selalu kasih lo kebahagiaan. Tapi gue liat-liat dia cocok juga sama lo.

Perasaan ini usai, dan akan gue kubur dalam-dalam. Bukan perasaan ini yang salah, tapi gue. Gue yang salah ngebiarin rasa ini tumbuh untuk orang yang gak tepat.

Lo kecewa kan sama gue? Marah? Benci? Maka dari itu gue minta maaf. Entah, rasanya gue takut gak ada waktu lagi buat minta maaf ke lo, tapi gue bakal usahain langsung pake lisan, bukan tulisan menye-menye kayak gini.

ya udah lah, semoga lo sama si patung selamat datang alias Eris bahagia. Cepet pacaran, biar terbebas dari galau. Karena sekarang kita gak akur, jadi gue gak bisa hibur lo lagi. Gue minta maaf ya.

Bintang lain mungkin masih bisa singgah bareng sama langit senja, tapi kayaknya itu gak berlaku buat gue. Tapi, gue tetap jadi Bintang yang di ciptakan Tuhan untuk menghias senja kan?

Dari Bintang Vega.


- t a m a t -

Sekian bonchap singkat dariku, maaf kalo endingnya gak sesuai sama yang kalian harapkan atau terlalu dramatis (wokokokok. Tapi aku pribadi tetap berharap bonchap sekaligus part terakhir dari buku ini dapat menghibur kalian.

Aku juga mau ucapin terima kasih banyak-banyak kepada readers Bintang untuk Senja atas dukungan yang kalian kasih untuk buku ini. SAYANG KALIAN BANYAK-BANYAK READER-NIM!! ❤

Stay happy and healthy ya, see u again!


Bintang untuk Senja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang