Terungkap

128 35 38
                                    

Mata kucing miliknya perlahan terbuka. Sedikit menyipit kala netranya yang lama terpejam kini langsung bertubrukan dengan cahaya lampu.

Anja, gadis itu mengedipkan mata beberapa kali guna memperjelas penglihatannya. Ia tersentak kala mendapati sekelilingnya bukan ruang kelas lagi, melainkan kamarnya.

"Kok gue di rumah?" batin gadis itu. Kemudian melirik jam dinding yang terpasang di atas pintu kamarnya.

17.00

Pupilnya semakin lebar melihat jarum jam tersebut, ia melihat dirinya sendiri, dan semakin panik ketika mendapati ia sudah berganti pakaian.

"Aaaaaa...Bundaaaaa!"

"BERISIK KALENG ROMBENG!"

Deg.

Anja menoleh ke asal suara, mendapati Adiknya yang duduk dengan wajah bantal. Anja semakin bingung.

"Kok lo di sini? Cabut sekolah lo ya!?" tuduh Anja.

Lelaki itu berdecak malas, rasa kantuknya masih mendominasi dan ia sama sekali tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan aneh sang Kakak, karena itu Vega kembali membaringkan tubuhnya di karpet berbulu tersebut.

"Ihhh...Vega jawab dulu!!!"

Merasa kesal karena Kakak nya terus mengganggu, Vega pun bangkit berdiri membuat Anja tersentak.

"Lo pikun apa gimana? Jelas-jelas tadi lo pingsan di lapangan abis ke senter bola basket ulah si bajing Eris! Terus gue bawa balik pas dokter Calvin selesai buat surat izin lo."

Anja menatapnya bingung. Perlahan ia mencoba mengingat peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi padanya tadi siang.

"Anja ayo ke kantin!"

"Ih! Ya udah, kalo gak mau ikut biar gue aja yang ke kantin beli makanannya."

Mulai dari istirahat, Lyra mengajaknya ke kantin namun ia tolak karena malas meninggalkan kelas. Lalu,

"Kak Anja, Kak Lyra minta Kakak nyusul dia,"

"Dimana?"

"Kantin"

Anja ingat ia langsung mengangguk dan meninggalkan Adik kelasnya itu untuk menyusul Lyra. Karena enggan memutar jauh, Anja memilih jalan pintas agar cepat sampai di kantin, yaitu menyebrang lapangan basket outdoor.

Anja yang saat itu memang berlari menyebrangi lapangan outdoor sambil menutup kepalanya menggunakan buku tulis, tidak menyadari bahwa di lapangan siswa-siswa tengah bermain basket. Dan hal yang tak menyenangkan pun terjadi kepadanya.

Bola berwarna oranye yang datang entah dari arah mana melambung mengenai kepalanya dengan keras hingga ia limbung dan tersungkur, kesadaran Anja saat itu masih tersisa sebab ia mendengar teriakan Lyra dan langkah kaki yang mendekat ke arahnya, namun setelah itu Anja tidak mengingat apa-apa lagi, hitam menyapanya, dan Anja sepenuhnya pingsan.

Anja tersentak kala bahunya di tepuk oleh Vega.

"Inget lo?"

Anja mengerjap polos lalu mengangguk kecil. "Bunda kemana?" tanya Anja sambil turun dari ranjangnya.

"Di dapur kali. Gue kan dari tadi sini, mana tau Bunda dimana" jawab Vega malas.

"Ck. Kan siapa tau lo sempet keluar dari sini bentar terus liat Bunda."

Vega merotasikan matanya malas lalu berjalan ke arah pintu. Tanpa berkata apapun lagi Vega keluar dari kamar sang Kakak, menuruni anak tangga untuk ke dapur.

Bintang untuk Senja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang