(3) Nomer

450 71 2
                                    

"Hyejin, boleh bantuin ibu bawa buku buku temen temennya taro di meja ibu ya" gue yang baru aja selesai menyimpan buku buku gue ke dalam tas menoleh saat guru seni terdengar itu menyuruh gue.

"Ah, iya bu" gue bangkit dari duduk gue lalu mengambil tumpukan buku itu.

"Maaf ya ngerepotin, di tangan ibu juga banyak buku soalnya" gue mengangguk sembari tersenyum, bisa gue lihat kalau di tangan beliau juga ada setumpuk buku tebal yang kayanya lumayan berat.

"Iya Bu gak papa"

"Yaudah yuk" beliau melangkah lebih dahulu di depan gue untuk keluar dari kelas, namun baru saja beliau berada di ambang pintu tiba tiba guru gue itu menghentikan langkahnya .

"Yedam, bisa bantuin Hyejin bawa buku itu, kasian dia keberatan" Yedam di suruh pun langsung mengangguk patuh, menatap gue yang tengah berdiri di belakang guru kami .

"Ibu duluan ya" beliau melangkah menjauh, meninggalkan gue juga Yedam yang masih saling tatap. Kami berdua mengangguk pelan sembari tersenyum, lalu kembali memfokuskan diri pada masing masing orang yang ada di depan kami.

"Sini jin" ucap Yedam lalu mengambil lebih dari setengah buku yang ada di tangan gue dan melangkah mendahului gue.

Gak ada percakapan, karna sekarang lagi jam istirahat yang artinya banyak orang yang lewat di koridor. Gak aman kalo ngomong berdua.

Sampai akhirnya langkah cowok yang ada di depan gue ini terhenti, membuat gue yang ada di belakangnya mau tak mau ikut menghentikan langkah gue.

Gue bisa melihat Lee Eunsang tengah tersenyum ke arah gue juga Yedam, gue gak tau kenapa tapi eunsang sering banget muncul di saat saat gue lagi kaya gini sama Yedam.

"Kemana Lo, gue tungguin di kantin gak dateng dateng" protes eunsang dengan tangannya yang menepuk bahu Yedam cukup kencang. Yedam tertawa sembari menendang kaki eunsang.

"Nganter ini, sabar dong"

Gue masih diam di belakang mereka, memperhatikan interaksi kedua sahabat itu. Sampai akhirnya Yedam melirik gue sebentar lalu kembali terfokus pada eunsang.

"Lo aja deh yang nganterin nih, gue mau ke perpus dulu mau minjem buku. Dah" ucap Yedam tiba tiba sembari menyodorkan tumpukan buku yang ada di tangannya kepada cowok yang ada di depannya. Lalu melangkah menjauh tanpa melihat gue terlebih dahulu.

"Si kampret" gerutu eunsang, tapi senyum cowok itu gak bisa bohong kalau dia juga lagi seneng. Yedam, bisa bisanya cowok itu malah ninggalin gue sama eunsang.

"Hyejin" seru eunsang, gue mengangguk paham lalu mulai berjalan kembali menuju ruang guru. Sedangkan eunsang juga tengah mensejajarkan langkah kami berdua agar dapat beriringan.

"Emm jin, kita belum save save an nomer ya?" Gue menoleh ke arah cowok itu, bukannya dua bulan yang lalu Yedam udah bilang kalau cowok itu ngasih nomer gue ke eunsang. Ya asal kalian tau aja, waktu itu bahkan gue sampai berantem sama Yedam. Eunsang emang belum pernah ngechat atau nelfon gue sih.

"Eh iya?"

"Boleh minta nomer Lo?" Tanya eunsang, gue menatap cowok itu lamat Lamat lalu mengangguk pelan.

"Boleh, tapi gue gak hafal nomer gue. Nanti aja ya"

Secret

Si Ambis😡

Aku tungguin kamu di roof top •
Sekarang •
(Read)

Gue berbalik saat suara langkah tergesa terdengar di belakang gue. Nampak Yedam dengan nafas tersengal nya menatap gue serius.

"Kenapa?" Cowok itu mendekat setelah nafasnya kembali stabil. Gue menghela nafas panjang.

"Eunsang minta nomer aku, kamu mau aku gimana?" Yedam terdiam, menatap gue sebentar lalu membuang wajahnya ke samping. Membuat gue jadi paham sama apa yang cowok itu rasain sekarang.

"Kalo kata kamu iya, aku kasih. Kalo enggak, enggak aku kasih"

"Aku udah pernah ngasih nomer kamu ke dia, gak ada bedanya kan kalo kamu kasih dia nomer kamu atau enggak?" Gue mendecak kesal, selangkah mendekat ke arah Yedam.

"Beda, dia sekarang pasti bakalan lebih berani deketin aku kalo aku ngasih nomer aku ke dia. Kamu pasti tau sendiri, dia gak ngechat aku atau apa pun itu sebelumnya karna aku yang gak terlalu nanggepin dia. Kalo aku ngasih dia nomer aku, sama aja kaya ngasih dia harapan kalo aku mulai nerima dia" jelas gue, Yedam menatap gue dalam dengan sorot matanya yang gak bisa gue artikan sama sekali.

"Kalo kamu gak mau silahkan tolak dia, aku gak akan maksa kamu kok" jawab Yedam, gue mengepalkan tangan gue. Agak emosi sama jawaban Yedam yang gak sesuai sama apa yang gue mau.

Paling enggak, kalo cowok itu cemburu sama sahabatnya. Sekali aja dia bilang cemburu, sekali aja dia bilang jangan sama gue, sekali aja dia bilang enggak ke sahabatnya itu, bisa?

"Oke"

Mata kami saling beradu beberapa menit, saling melempar tatap yang tentu aja sama sama gak bisa kami artikan. Gue marah, marah karna Yedam gak pernah mentingin dirinya sendiri.

Tatapan intens itu terputus saat suara langkah kaki terdengar dari tangga menuju roof top, membuat Yedam dengan segera menarik tangan gue untuk bersembunyi di tembok gudang yang ada di sana. Memojokkan gue sembari sedikit mengintip ke luar.

"Kayanya duit gue jatoh di sini deh" gue menatap Yedam dengan sorot kaget gue saat suara familiar itu terdengar.

"Kak Jaehyuk?" Yedam mengangguk pelan saat gue membisikan nama tadi pada cowok itu. Aish, ngapain sih cowok itu ada di sini.

"Ah, mana duit gue tinggal selembar lima ribu yang itu lagi" jujur, kalo sekarang posisinya gue lagi gak takut keciduk sama kak Jaehyuk, gue pasti ketawa paling kencang untuk melwdek kakak kelas sekaligus teman berantem gue itu kehilangan uangnya. Mana lima ribu doang lagi.

"Nahhhh ini dia. Emang kalo rejeki cowok cakep tuh gak kemana" gue akuin dia emang cakep, tapi please narsisnya itu loh.

Gue yang awalnya lagi marah ini, akhirnya malah menahan tawa gue sekuat tenaga. Sampe gue sadar kalo ada kaki seribu yang nempel di tangan gue.

"aAA-hmhjheiwiwh" gue yang tadinya mengibaskan tangan gue sembari berteriak di buat terbungkam saat tangan Yedam menutup mulut gue, sembari menyorot gue dengan tatapan paniknya.

Tubuh cowok itu semakin mendekat saat langkah kaki kak Jaehyuk semakin nyaring terdengar.

"Apaan tuh?" Gue memejamkan mata gue saat suara Jaehyuk bener bener kedengaran sangat dekat. Kalo emang ini saatnya gue sama Yedam ketahuan, gimana nanti Yedam sama Eunsang, bisa bisa mereka jadi berantem.

"Hoi jamet, sini lu jadi gak patungan beli seblak" gue sama Yedam sama sama terkaget saat ada suara yang kayanya berasal dari bawah tangga roof top itu memanggil kak Jaehyuk yang membuat cowok itu sepertinya tangan melangkah menjauh.

"Yeu kurang adab Lo manggil gue jamet"

Gue menghela nafas lega saat langkah kaki cowok itu udah gak terdengar lagi, bersamaan dengan tangan Yedam yang terlepas dari mulut gue.

"Tangan kamu gak papa kan?" Tanya Yedam, sembari meraih tangan kanan gue yang tadi di tempelin sama kaki seribu.

Gue menggeleng pelan sembari ikut menatap punggung tangan gue, "gak papa kok"

Yedam menarik nafas lega, lalu menelisik wajah gue. Cowok itu mengusap pipi gue lembut sembari tersenyum.

"Kamu tau kan seberapa berjasa Eunsang di kehidupan aku? Kalo aja dia gak ada, mungkin kita gak pernah ketemu kaya sekarang ini"

Secret

[5] Secret || Bang Yedam ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang