(6) Mengagumimu Dari Jauh

372 61 8
                                    

"Jin, ikut gak? Gue mau nonton anak anak futsal latihan" gue menatap Jihye yang tengah beranjak dari duduknya sembari membenarkan ikatan rambutnya

"Harus banget? Anak anak basket juga latihan tuh kayanya" iya setau gue bakalan ada turnamen persahabatan sama sekolah tetangga, jadi semua ekschool yang bersangkutan jadi sering latihan.

"Ya enggak sih, gue iseng aja, ada Yedam juga kan kali aja lo mau liat dia, alesannya nemenin gue. Lagian banyak kok yang nonton kayanya. Lo tau sendiri kan anak anak futsal sama basket ganteng ganteng" gue mengguk setuju, iya sih. Contohnya Yedam, hehe.

"Nanti deh gue nyusul, mau ke kantin dulu" Jihye mengangguk paham lalu beranjak keluar dari kelas

Setelah Jihye cukup jauh, gue ikut beranjak keluar dari kelas menuju kantin. Membeli sebotol air mineral buat pacar gue tersayang

Sesampainya di kantin, gue segera menuju kulkas yang ada di sana. Saat gue hendak meraih botol air mineral yang mau gue beli, tiba tiba ada tangan lain yang memegang botol yang sama. Membuat gue menoleh dan adu tatap hampir satu menit

"Eh, ambil aja jin" cowok itu mengalihkan pandangannya, mengusap tengkuknya canggung dengan senyuman yang terbit di wajahnya.

Gue menggeleng lalu meraih botol minuman itu, menyerahkan benda itu kepada cowok yang masih memakai jerseynya di samping gue ini.

"Gak papa Eunsang, lo duluan aja. Lo pasti hauskan habis latihan basket?" Cowok itu, Lee Eunsang tersenyum sembari menggeleng mendorong botol itu untuk gue ambil.

"Enggak, gampang kok ini tinggal ambil lagi. Lo aja" gue menganggukkan kepala gue dan mengambil minuman itu karena eunsang juga enggak mau ngambil.

"Oke, makasih. Gue duluan ya, bye" Eunsang mengangguk, membiarkan gue yang beranjak menjauh dari cowok itu.

Setelah bayar, dengan segera gue melangkah ke arah loker loker di sekolah ini lalu menyimpan botol minuman itu ke dalam loker milik Yedam setelah memastikan tidak ada orang yang melihat apa yang tengah gue lakukan.

Gue beranjak dari tempat itu dengan segera untuk menyusul Jihye yang sepertinya sudah berada di lapangan futsal.

"Woy" seru gue memukul pelan bahu Jihye yang terlihat fokus pada permainan yang ada di depannya. Cewek itu menoleh ke arah gue lalu mendesis kesal, menyenggol tubuh gue lalu menunjuk seseorang yang tengah menatap kagum ke arah lapangan, lebih tepatnya pada Yedam sih.

"Pengen banget gue colok matanya anjir" keluh Jihye, gue tertawa kecil lalu memukul tangan sahabat gue itu agar berhenti menunjuk Hana, cewek yang menatap Yedam kagum tadi.

"Hush, dia gak tau apa apa kali" ucap gue, Jihye menggeleng heran lalu melipat tangannya di depan dada.

Hana itu anak baik menurut gue, dia pintar terkenal ramah, dia juga cantik, gue kenal dia, kami juga sering saling sapa. Hana itu juara satu paralel tahun kemarin, bisa ngalahin Yedam yang dari SMP udah jadi juara satu paralel itu.

Menurut gue, wajar aja sih Hana suka Yedam. Kalian tahu sendiri kan seberapa mengagumkan cowok gue itu. Sayangnya Yedam udah sold out, karna sekarang dia punya gue.

"Tetep aja sih gue gregetan" sahut Jihye, gue menggeleng heran dan lebih memilih memperhatikan Yedam yang tengah menggiring bola di depan sana. Persetan dengan Hana si cewek idaman cowok cowok yang ada di sekolah ini memperhatikan Yedam gue, yang penting Yedam enggak balas melirik cewek itu.

Sejujurnya gue suka melihat Yedam tengah bermain bola seperti ini, sayangnya gue gak bisa sering sering menonton cowok itu latihan karna takut ada yang curiga. Memang ribet.

Bersyukur karena gue punya Jihye yang luar biasa pengertian, satu satunya murid di sekolah ini yang mengetahui hubungan gue sama Yedam. Gue enggak akan mungkin bisa menyembunyikan hubungan gue sama semua orang kan?

Gue tersenyum kecil saat Yedam nampak menarik nafasnya panjang, lalu tertawa setelahnya. Peluit tadi sudah terdengar, tanda kalau mereka selesai sekarang.

Peluh mengalir di wajah juga leher Yedam, membuat gue jadi mau membatu cowok itu untuk mengelap keringatnya. Ah jadi kesal sendiri karena enggak bisa melakukan itu.

"Hye, Yedam ganteng ya" bisik gue pada Jihye, membuat cewek itu menatap gue sebal sembari menggeleng heran.

"Bucin"

Gue mendengus kesal, lalu kembali menatap Yedam yang masih ada di lapangan. Cowok itu berjalan ke pinggir, seperti hendak keluar dari lapangan. Namun langkahnya terhenti saat Hana di dorong temannya untuk segera mendekat ke arah Yedam.

Cewek itu menatap temannya kesal, namun kembali menatap Yedam dengan sorot matanya yang tidak bisa gue artikan,  semacam kagum dan gugup menjadi satu.

Senyumnya terbit membuat Yedam juga membalas senyuman gadis itu walaupun wajahnya terlihat bingung. Tangan gue terkepal kuat, astaga apa apaan sih.

"Cepetan Hanaaa" Hana terperanjat lalu segera menyodorkan botol minum yang di bawanya kepada Yedam setelah temannya meneriaki cewek itu.

"Jin, ini lo mau gue maju apa enggak?" Tanya Jihye, sembari menatap gue yang masih menatap lurus ke arah Yedam juga Hana yang tengah di soraki teman teman setim Yedam juga teman teman Hana yang ikut menonton latihan hari ini.

"Jangan aneh aneh, Song Jihye" gue menggenggam erat tangan Jihye saat cewek itu hendak bergerak maju. Bakalan runyam urusannya kalau Jihye tiba tiba ke sana dan mengamuki semua orang yang ada di sana.

"Lo gak panas? Gue aja yang bukan pacarnya gedeg banget" gue menggeleng pelan lalu menarik tangan Jihye menjauh dari sana, mengindari keributan yang di ciptan Hana dan Yedam di lapangan itu. Gue yakin, habis ini pasti akan ada gosip baru tentang si cerdas yang suka sama si cerdas.

"Hyejin Hyejin, Bulol banget lo" cuman satu kalimat tapi bisa membuat gue tertohok, gue menghela nafas berat lalu menatap Jihye yang tengah menatap gue kesal.

Gue duduk di kursi gue, memperhatikan Jihye yang kembali merapikan ikatan rambutnya, lalu duduk di samping gue dan mengambil buku dari tasnya.

"Panas ya neng?"

Gue mendecak kesal saat Jihye tiba tiba mengipasi wajah gue menggunakan bukunya. Ya kalau cuman mengipasi aja sih gue gak akan merasa terganggu, namun cewek itu malah dengan sengaja beberapa kali memukul kepala gue lalu meminta maaf sehari tertawa.

"Hye, ih!" Gue mendorong tangan teman gue itu berkali kali, namun berkali kali juga Jihye kembali mengipasi gue sambil memukul kepala gue juga.

"Di kipas doang gak cukup jin, harus di pukul biar lo selain berhenti panas juga berhenti bego" canda Jihye lalu kembali memukul kepala gue, dan berhenti mengipasi wajah gue sembari tertawa puas karena wajah gue yang tertekuk kesal.

SECRET

Author note

Sorry ya kalo buku ini kurang ngefeel, soalnya aku nulisnya agak ngebut biar cepet ending ☹️.

[5] Secret || Bang Yedam ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang