(5) Penting

377 61 7
                                    

"Mana sini coba, aku mau liat" gue mendecak kesal, menatap Yedam yang tengah membalik lembaran lembaran kertas di dalam sketchbook gue itu. Gue bahkan belum menyelesaikan gambaran gue, tapi cowok itu langsung merebut benda itu dari tangan gue.

Gue bergerak mendekat ke arah Yedam, duduk di sampingnya sembari menatap gambar gambar yang tengah Yedam pegang.

"Cantik banget gambarnya" ucap Yedam, menolehkan wajahnya ke arah gue membuat gue refleks memundurkan tubuh gue karna terkejut.

"Mukanya kedeketann" ucap gue, mendorong wajah Yedam menjauh. Yedam tertawa kecil lalu mencubit pipi gue gemas.

"Mukanya kemerahan" Yedam kembali tertawa saat tangan cowok itu gue tepis kesal. Gue mengalihkan pandangan, menatap ke sekeliling pendopo yang tengah gue dan Yedam tempati ini sembari menghirup udara yang masih terasa lebih segar.

Ini punya om Yedam, lebih tepatnya villa ini. Satu satunya tempat yang terasa lebih aman dari temen temen satu sekolah kami. Karna terakhir kali gue jalan sama Yedam, kita hampir aja ketemu salah satu temen sekelas cowok itu.

Tempat ini cukup jauh dari perkotaan, alias rumah gue atau rumah Yedam. Perlu waktu satu jam lebih buat ke sini.

Omong omong villa ini, gue juga belum pernah ketemu sama yang punya. Boro boro om nya Yedam, mama papa nya aja gak pernah ketemu gue. Pernah sih, tapi Meraka gak tau gue pacarnya Yedam.

Tadinya gue bawa sketchbook buat menggambar di sini, sambil liat pemandangan. Taunya buku itu malah ada di tangan Yedam sekarang.

"Ini aku ya?" Gue menoleh, memperhatikan salah satu lembar halaman dari buku yang ada di pegangan Yedam itu.

"Oh itu, iya" sahut gue sembari meraih buku itu dari tangan Yedam. Cowok itu terkekeh kecil lalu mengusap lembut surai legam gue.

"Pantesan ganteng"

"Minta di sleding"

Tawa Yedam menggema, membuat gue yang awalnya mendengus sebal jadi ikut tersenyum karna tawa cowok itu.

"Yedam" seru gue pelan setelah beberapa menit hening menyapa. Uang di serukan pun langsung menoleh, menatap gue dengan intens lalu menyisipkan rambut gue ke belakang telinga.

"Iya?" Mata coklat itu gue tatap serius. Gak pernah nyangka cowok idaman hampir semua cewek yang ada di sekolahan gue ini sekarang jadi punya gue. Sebuah kebanggaan tersendiri buat gue. Tapi lebih dari itu, bagaimanapun Yedam gue pasti bakalan tetep suka.

Gue punya seribu satu alasan buat suka sama dia, dan kalau alasan itu udah gak ada lagi di Yedam gue bakalan nyari puluhan ribu alasan lainnya buat tetep suka sama cowok ini.

"Kalo boleh milih, kamu mau di ciptain sebagai apa?" Cowok itu terdiam sebentar, nampak memikirkan dengan serius ucapan gue. Kening cowok itu mengernyit, bibirnya sedikit memaju membuat gue terkekeh gemas.

"Sebagai diri aku sendiri" jawab Yedam. Raut gue berubah serius, seakan bertanya alasan dari jawaban yang pacar gue ini lontarkan.

"Aku mau jadi diri aku sendiri aja, biar bisa jadi anaknya mama sama papa. Aku mau jadi diri sendiri, biar bisa ketemu temen temen dan sahabat aku kaya eunsang. Aku mau jadi aku, karna kamu jatuh cintanya sama aku bukan orang lain"

Gue tertawa kecil mengusap pipi Yedam sayang lalu berakhir menepuknya lembut. Tangan itu Yedam raih untuk di genggam lembut, senyumannya bahkan belum luntur sendari tadi.

"Kalo kamu?"

Gue terdiam beberapa detik saat Yedam membalikkan pertanyaan gue tadi. Bukan, bukan karna gue memikirkan jawabannya atau sedang bingung. Tapi...."Aku mau jadi eunsang", pertanyaan gue terlalu sensitif buat hubungan kita.

"Aku mau jadi dia, soalnya dia sepenting itu buat kamu. Aku mau jadi dia" Yedam menarik gue kedalam rengkuhannya, mengusap lembut rambut gue dengan sayang.

"Hei, listen" bisik Yedam di telinga gue, dengan tangannya yang masih setia mengusap rambut gue. Gue mengangguk pelan, melingkarkan tangan gue di tubuh cowok itu lalu membenamkan wajah gue di dadanya.

"Kamu sama eunsang itu sama sama penting. Kamu gak perlu jadi dia buat bisa sepenting itu. Kamu sama eunsang itu beda"

"Eunsang sepenting itu karna dia selama ini udah sering banget berkorban buat aku. Dia bahkan pernah koma cuman karna nolongin aku waktu itu. Kamu tau, eunsang sebaik itu sama aku. Itu yang bikin aku gak mau nyakitin dia, dan ngerasa punya hutang budi sama dia. Dia sekarat waktu itu karna aku, hyejin" jelas Yedam dengan lembut. Gue tau semuanya.

Yedam pernah hampir di tabrak truk waktu dia masih SMP,  Yedam selamat karna eunsang yang dengan nekatnya lari ke tengah jalan dan dorong sahabatnya itu. Tangan Yedam emang patah waktu itu, tapi eunsang koma hampir tiga bulan setau gue. Hal itu juga yang bikin gue ngerasa gak bisa nolak Eunsang kalo Yedam yang minta.

"Dan kamu, kamu penting banget hyejin buat aku. Kamu orang yang aku peluk waktu semuanya lagi gak berpihak sama aku. Kamu yang aku cari saat aku perlu seseorang buat nenangin diri aku"

Cowok itu melepaskan rengkuhannya, menatap mata gue dengan sorot teduh sembari tersenyum manis. Tangannya kembali menggenggam kedua tangan gue, mengusap lembut punggung tangan gue, seakan meyakinkan gue dengan perkataannya barusan.

"Aku sayang sama kamu, hm?"

Gue mengangguk, dengan kepala tertunduk. Agak nyesel karna ngomong ini ke Yedam, dia pasti ngerasa gak enak di posisi yang kaya tadi

"Maaf" Yedam tertawa kecil. Cowok itu mengangkat dagu gue, membuat mata gue bertemu dengan manik coklatnya.

"Gak papa" jawab Yedam lembut. Gue menghela nafas berat, mengalungkan tangan gue di lehernya lalu menyembunyikan wajah gue di bahu cowok itu.

"Yedam, aku sayang banget sama kamu. Jangan bikin aku kecewa ya, jangan pergi, jangan berubah. Harus tetep gini, harus tetep sama aku" rengek gue. Yedam tertawa kecil, lalu menepuk nepuk kepala gue lembut.

"Iyaa, aku janji. Jangan gemes gemes gini dong, aku gak kuat" ucap cowok itu di sela tawanya. Gue ikut tersenyum sembari mempererat tangan gue di lehernya, menghirup dalam dalam aroma tubuh cowok ini.

"Yedam kamu punya siapa?" Tanya gue tiba tiba, Yedam menatap gue bingung lalu terkekeh kecil.

"Punya hyejin, punya kamu" jawaban Yedam emang jawbaan yang pengen gue dengar, gue tersenyum lebar lalu mengecup pipi cowok itu sekilas, bahkan gue ragu tadi itu kena atau enggak.

"Hehe, hyejin juga punya Yedam" gue terkekeh -dengan pipi gue yang juga merona merah sebenarnya- saat melihat Yedam mematung setelah kejadian yang sebenarnya satu detik aja gak sempat itu. Tapi efeknya bisa berhari hari mungkin.

SECRET

Lee Eunsang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Eunsang

Ganteng😭

Btw aku bakalan up lagi tanggal 22, nanti kalo aku lupa ingetin ya. Bay bayy

[5] Secret || Bang Yedam ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang