Hari ini nampaknya langit kembali tidak dapat menumpu bebannya lagi, sehingga menumpahkan air ke bumi. Gue menghirup petrichor dalam dalam, merilekskan pikiran gue.
Gue bersandar di dinding koridor dekat lapangan, menatap rintik hujan sembari mengusap bahu gue untuk menghangatkan tubuh.
Jihye tiba tiba datang, menyerahkan ke pada gue sebuah Hoodie agar gue pakai, "noh pake, dingin"
"Punya siapa?"
"Gue"
Gue mengangguk pelan sembari tersenyum lalu memasang benda itu ke tubuh gue. Jihye tiba tiba merogoh sakunya, mengambil ponsel yang ada di sana lalu menghela nafas panjang.
"Dobby udah di depan, mau ikut gue aja? Dia bawa mobil kok" gue menggeleng pelan, menolak ajakan Jihye.
"Motor gue gimana nyet?"
"Hilih, yaudah gue duluan. Lo jangan balik dulu sebelum reda hujannya, ntar sakit" gue tertawa kecil lalu mengangguk angguk sembari mendorong bahu Jihye agar cepat mendatangi Doyoung yang sudah menunggu cewek itu.
"Iyaaa bundaa"
Jihye mendecak kesal, lalu beranjak pergi dengan payung putihnya setelah melambaikan tangannya ke arah gue.
Gue mengedarkan pandangan, membuat mata gue bertemu dengan mata Yedam yang tengah berdiri tidak jauh dari gue. Gue menghela nafas lalu membuang wajah, dan kembali menatap tetesan air hujan yang ada di depan gue.
Sebelum dia jujur pada Eunsang, jangan harap gue akan kembali melirik cowok itu. Gue terlalu lelah dengan sandiwara kami dulu.
Hening cukup lama, membiarkan bunyi dari air langit menyentuh bumi itu dalam diam. Sampai akhirnya sebuah keributan membuat gue menoleh ke arah samping, di sana ada Hana dengan teman temannya yang tengah mendorong gadis itu untuk mendekat ke arah Yedam. Yedam yang menjadi sasaran pun di buat kebingungan, kemudian menghela nafasnya panjang lalu menunduk dan memainkan kakinya di lantai.
"Dadah Hana kita duluan" seruan heboh itu membuat gue mendengus kasar. Gue kembali fokus pada Hana yang tengah berdiri di samping Yedam dengan payung yang masih tertutup di tangannya sedangkan Yedam nampak malas melirik cewek itu walaupun tetap tersenyum ramah setelahnya.
Gue bisa melihat dari belakang kalau kedua orang itu tengah terlibat sebuah pembicaraan, sayangnya hujan terlalu lebat membuat gue jadi tidak bisa mendengar apa yang mereka tengah bicarakan.
Sampai akhirnya Yedam menutup kepalanya dengan tudung Hoodie miliknya lalu berjalan mendahului Hana untuk menerobos hujan, namun dengan segera Hana berlari membuka payungnya lalu memayungi Yedam juga dirinya sendiri di tengah hujan. Membuat Yedam menoleh ke arah cewek itu karena terkejut sedangkan Hana malah tersenyum lebar.
Tangan gue terkepal kuat. Gue pakai tudung Hoodie gue lalu berjalan ke arah parkiran. Menghiraukan hujan yang membasahi Hoodie dan mulai tembus ke baju seragam gue. Persetan dengan besok baju seragam gue masih basah atau bahkan lebih parah gue sakit, gue tidak perduli. Gue hanya ingin pergi dari sini.
Secret
"Udah di bilangin, jangan pulang dulu kalo masih lebat ujannya. Ngeyelan sih!" Itu suara Omelan Jihye yang tengah menyuapi gue makan.
Gue mendengus lalu kembali menyuap makanan yang di sodorkan Jihye, "ya maaf"
"Maaf maaf. Demam kan lo" akibat dari hujan hujanan sore kemarin, paginya gue demam. Beruntung masih ada asisten rumah tangga gue yang dengan sigap mengompres dan memberikan obat kepada gue.
"Iya enggak lagi, btw pacar Lo mana? Tadi kan sama Lo"
"Di ruang keluarga tuh, nonton tv"
"Kaya yang punya rumah aja" sahut gue sembari menggeleng heran, sedangkan Jihye tertawa kecil.
"Ya kaya Lo enggak gitu aja sih di rumah gue atau Dobby"
"Jin" kami berdua menoleh ke arah pintu, di mana Doyoung tengah menyembulkan kepalanya dan menatap gue dengan sorot yang sulit di artikan.
"Apaan?"
"Ada Yedam" mata gue terbelalak kaget, menatap Doyoung tidak percaya. Cowok itu kemudian membuka pintu kamar gue lebih lebar, menampilkan Yedam yang tengah berdiri di belakangnya.
"Gue keluar dulu ya, jin" Jihye beranjak dari duduknya lalu melangkah keluar kamar gue dan menarik tangan Doyoung agar segera pergi dari tempatnya berdiri.
Yedam masuk ke dalam, mendekati gue yang tengah bersandar di sandaran ranjang. Saat cowok itu duduk di tepi ranjang gue, gue membuang wajah, menghindar dari tatapannya yang terlihat khawatir.
"Kenapa gak bilang kalo sakit?" Cowok itu menempelkan tangannya di kepala gue untuk memeriksa suhu tubuh gue saat ini. Gue hanya diam, tidak merespon cowok itu sedikit pun.
"Kemaren kamu gak liat sampai selesai kan? Aku gak payungan sama Hana kok" gue masih diam, membuat helaan nafas panjang terdengar dari cowok itu.
"Harusnya kamu jangan hujan hujanan kaya kemaren, kan jadi demam"
"Gak usah ngatur" sahut gue tanpa menoleh ke arah cowok itu. Bisa gue rasakan tangan gue tiba tiba di genggam lembut oleh cowok itu. Membuat pertahanan yang gue buat hampir goyah.
"Aku enggak ngatur, aku ngasih tau"
"Gak perlu"
"Hyejin" seru Yedam dengan nada bicaranya yang terdengar lelah, gue menoleh ke arah cowok itu, menatapnya malas.
"Jangan kaya anak kecil gini dong"
"Aku emang kaya anak kecil kan? Kamu aja sampe bisa ngatur ngatur aku dengan gampang. Di suruh jalan sama eunsang lah, di suruh kenalan sama eunsang lah, di suruh ngasih nomer ke eunsang lah. Kamu kira aku gak sakit hati apa di gituin?"
"Hyejin kamu tau sendiri kan alasan aku kaya gitu apa?"
"Apa!? Biar aku jadian sama eunsang? Iya? Kalo mau putus ya putus aja sih, gak usah banyak alasan"
"Hyejin!" Mulut gue terbungkam saat bentakan kecil keluar dari mulut Yedam yang sendari tadi berbicara dengan nada lembutnya.
"Bisa enggak sih kalo berantem jangan bawa bawa kata putus kaya gitu? Kamu ngehargain aku apa enggak sih?"
"Kamu yang enggak ngehargain aku, Bang Yedam!" Gue pukul dadanya dengan sisa tenaga gue dengan mata gue yang mulai berkaca kaca, membuat cowok itu terdiam.
"Kamu fikir cuman Eunsang doang yang punya perasaan? Aku enggak? Aku punya Yedam, aku punya perasaan. Bisa enggak sih kamu ngehargain perasaan aku?" Isakan pelan keluar dari mulut gue setelah menyelesaikan kalimat tadi.
"Hyejin, maaf"
"Gak usah minta maaf. Kalo kamu emang beneran sayang sama aku, kamu harus jujur sama eunsang tentang kita. Kamu bisa enggak?" Yedam menggeleng pelan lalu mengusap air mata gue dengan lembut, menatap gue dengan sorot penuh rasa bersalahnya.
"Aku gak-" ucapan Yedam terpotong begitu gue menepis tangannya dari wajah gue. Menatap kecewa cowok itu dengan air mata gue yang masih mengalir.
"See? Kamu gak bisa kan? Yedam, kalo kamu emang enggak bisa, kenapa kita enggak berhenti aja? Aku cape kaya gini" ucap gue dengan nada lirih di akhir sembari menghapus kasar air mata yang ada di pipi gue.
"Aku enggak mau putus, Hyejin"
"Pergi"
SECRET
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] Secret || Bang Yedam ✅
Fanfikce"Aku gak bisa nyakitin dia" Yedam "Tapi kamu nyakitin aku" Hyejin Tanggal publiskasi: 20 maret, 2021 TREASURE series (5) Attantion please⚠ Semua book yang ada di series ini enggak satu universe. Yang artinya enggak punya hubungan sama sekali Tapi...