Matahari cukup terik, padahal ini terbilang terlalu pagi untuk cuaca sepanas ini. Ini baru pukul sepuluh dan sudah sepanas ini, di tambah dengan suasana riuh di kantin semakin mengacaukan suasana hati gue yang sudah tidak enak semenjak semalam.
Beberapa kali gue menghela nafas panjang sembari mengaduk aduk semangkuk bakso yang tadi gue pesan, menatap makanan itu tidak minat.
"Kenapa? Masih sakit?" Gue menggeleng pelan saat Jihye yang tengah mengunyah makanannya itu menatap gue dengan sorot khawatirnya.
"Kalo gitu ayo makan, lo dari pagi belum sarapan"
Lagi lagi gue menarik nafas panjang, lalu menyuapkan bakso ke dalam mulut gue, mengunyahnya dengan ogah ogahan. Padahal ini menu kantin kesukaan gue.
"Masih mikirin yang kemaren?" Gue mengangguk dengan mata gue yang entah kenapa kembali berkaca kaca walaupun mulut gue penuh dengan makanan. Jihye menghela nafasnya lalu tersenyum kecil untuk menghibur gue.
"Lo udah ngelakuin hal yang bener, jin. Jangan khawatir" ucap Jihye sembari menepuk bahu gue pelan, seolah hendak memberikan energi kepada gue yang tampak tidak bertenaga.
"Tapi gimana kalo dia mau pergi beneran? Gimana kalo nanti dia gak mau ngaku sama temennya itu? Padahal temennya udah tau"
"Ya kalo dia gitu, dia gak pantes buat di pertahanin" satu kalimat yang menusuk tepat di hati gue, membuat gue kembali menunduk dalam sembari mengusap air mata gue yang jatuh tanpa di suruh.
"Jangan nangis ah, malu ntar ketauan orang"
"Dia lagi deket deketnya sama cewek itu, gimana kalo dia milih ninggalin gue dan sama cewek itu? Gue gak mauuuuuu" bibir gue terbungkam saat Jihye menutup mulut gue karena gue mulai merengek, membuat beberapa siswa dan siswi yang ada di sana menoleh ke arah kami berdua.
"Maluuuu heh!"
Gue kembali mengusap air mata gue dengan kasar setelah Jihye melepaskan tangannya dari mulut gue saat di rasa sudah tidak ada yang memperhatikan kami berdua.
"Jangan cengeng"
"Di mana lagi coba Hye gue dapet cowok yang kaya dia"
"Udah cape gue sama lo" ucap Jihye lalu kembali fokus memakan makanannya sedangkan gue menelungkupkan wajah gue ke meja, menyembunyikan raut sedih gue di balik lipatan tangan.
Omong omong soal Yedam, kemarin saat gue menyuruhnya untuk pergi gue tidak benar benar mau dia pergi, niat awal gue hanya ingin menggertak dan dia malah pulang sesaat setelah gue mengucapakan kata 'pergi' pada cowok itu.
Apa hubungan kami tidak sepenting itu buat dia sehingga dia tidak ingin mempertahankan semua yang sudah kami bangun berdua.
Ya gue tau gue memang tidak seberjasa Eunsang untuk Yedam, tapi apakah tidak ada perasaan sedikit pun untuk tetap bersama gue?
Gue mengernyit bingung saat kantin berhenti riuh, di tambah dengan Jihye yang tiba tiba memegangi kepala gue seakan akan menyuruh gue untuk tetap pada posisi ini.
Tangan gue bergerak untuk menjauhkan tangan Jihye, lalu beranjak dari posisi gue dan menatap sinis ke arah cewek itu.
Mata gue kembali beredar ke arah depan, di mana ada Hana dan juga Yedam yang tengah berdiri di tengah tengah kantin, nampaknya Hana tengah menghadang Yedam saat cowok itu hendak masuk ke sini. Pantesan langsung sunyi.
Hana nampak menoleh ke arah kiri dan kanannya saat merasa semua orang memperhatikan mereka berdua, wajahnya terlihat gugup namun tetap cantik.
"Y-yedam" Yedam mengernyit bingung, namun bukannya menatap Hana cowok itu malah melirik gue sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] Secret || Bang Yedam ✅
Fanfic"Aku gak bisa nyakitin dia" Yedam "Tapi kamu nyakitin aku" Hyejin Tanggal publiskasi: 20 maret, 2021 TREASURE series (5) Attantion please⚠ Semua book yang ada di series ini enggak satu universe. Yang artinya enggak punya hubungan sama sekali Tapi...