Pertama kali Mew bertemu dengan Gulf, itu adalah hari rabu. Semenjak itu Mew menjadikan hari rabu sebagai hari favorite-nya dalam satu minggu. Waktu itu, Gulf menemukannya seperti seekor anak kucing yang kehilangan induknya. Meskipun Mew memang kehilangan orang tuanya tapi bocah itu juga hampir saja kehilangan nyawanya.
Ibu panti membawanya pulang ke panti asuhan setelah memohon kepada pihak sosial. Mew yang saat itu mengenakan baju tipis, tiba - tiba dihangatkan dengan selembar selimut tebal yang Gulf berikan.
Gulf saat itu begitu menyilaukan, hingga Mew rasanya tidak sanggup untuk berlama - lama menatap. Jadi Mew hanya bisa menyipitkan matanya, sementara Gulf masih terus tersenyum ke arahnya.
"Kita kedatangan teman baru lagi" ibu panti memberitahu semua anak - anak kalau Mew akan menjadi bagian dari mereka mulai sekarang. Mew menahan nafasnya, "aku Mew Suppasit, kalian bisa memanggilku Mew" dan suaranya pun terdengar gemetar.
Namun yang didapat Mew hanya keheningan dengan sorot mata tajam dari anak - anak panti yang sedang melihatnya, "senang berkenalan denganmu, Mew" tapi tidak untuk Gulf. Mew bisa lihat begitu manisnya Gulf menatapnya, begitu hangatnya kata - kata Gulf terlontar yang membuat Mew juga ikut tersenyum.
"Si-siapa namamu?" Lalu masih dengan gemetar, Mew memberanikan diri untuk bertanya. Ibu panti terkekeh, anak - anak panti yang lain masih diam, "namanya Gulf, Mew" ucap ibu panti.
Nama yang manis.
Sejak perkenalan hari itu, Mew dan Gulf menjadi teman sekamar. Tidak itu saja, mereka bahkan menghabiskan waktu bersama setiap hari. Beberapa teman Gulf tentu saja kehilangan, jadi mereka mulai menghina Mew dengan kata - kata kasar agar Gulf kembali bermain bersama mereka.
"Jangan mengejek Mew seperti itu!" Gulf menarik Mew untuk berdiri di belakangnya, wajahnya yang manis sampai tertekuk karena merasa kesal dengan teman - temannya yang mengatai Mew sebagai anak seorang pembunuh.
"Gulf, jangan bermain bersama Mew. Dia itu monster" Lhong berteriak untuk memberitahu Gulf, tapi anak manis itu malah semakin tajam menatap Lhong.
"Sudah aku bilang, jangan mengejeknya seperti itu! Aku akan mengadukannya kepada ibu panti!" Setelahnya, Gulf berjalan menjauh dari Mew dan menemui ibu panti yang berada di ruangannya.
"Gulf! Tunggu dulu, jangan mengadu!" Lhong yang ketakutan akhirnya mengejar Gulf bersama teman - temannya. Sedangkan Mew masih terdiam di posisi berdirinya. Bocah itu tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan dibela oleh orang lain, bahkan mata Gulf tadi sampai berkaca - kaca.
Gulf tadi memarahi temannya sampai dirinya sendiri menangis?
Tiba - tiba Mew merasa aneh kepada dirinya. Jantungnya berdegup dengan cepat, suasana hatinya terasa sangat hangat. Gulf bukan saja menjadi temannya. Diam - diam, Gulf sudah menjadi bagian dari dirinya dan sudah menempati hatinya.
.
.
"Aku tidak mau main!" Gulf merajuk, wajahnya berpaling dengan bibir yang mengerut lucu. Cukup banyak mempengaruhi Mew beberapa minggu ini. Padahal, Mew seharusnya beradaptasi dengan lingkungan panti. Namun yang terjadi adalah Mew beradaptasi dengan kebiasaan - kebiasaan Gulf yang beragam."Kau curang" Mew berkomentar dan itu membuat Gulf merasa tidak terima, "habisnya, kau naik -naik terus. Sedangkan aku, turun - turun terus" Gulf mengomel dengan alasan pembelaan diri, tapi Mew yang mendengarnya malah ingin tertawa, "kenapa tertawa?" Dan Gulf lagi - lagi tidak terima.
"Habisnya kau lucu" jawab Mew datar. Gulf terdiam, anak manis itu masih belum terbiasa dengan Mew yang suka berbicara dengan jujur dan apa adanya. Terkadang, Gulf sampai kebawa perasaan saat Mew bilang kalau Gulf adalah temannya yang berharga.
"Aku ini tampan!" Gulf menatap Mew garang, "ayo main lagi! Kali ini aku yang duluan!" Lalu Gulf seperti biasa berbuat semaunya tanpa menunggu jawaban dari Mew. Dadu dimainkan dan sengaja dibuang cepat oleh Gulf ke lantai, titik - titik lima kemudian terlihat dan Gulf mulai menjalankan miliknya.
"Lihat? Aku naikkan?" Sampai akhirnya Gulf bertemu dengan tangga yang membuatnya naik, "nomor satu memang keberuntungan!" Ucap Gulf lagi dengan bangga, "sekarang giliranmu!"
Gulf memberikan dadu kepada Mew dan penasaran berapa titik yang akan bocah itu dapatkan, sampai akhirnya Mew mendapatkan titik enam dan bertemu dengan tangga yang membuatnya naik, "aku main lagi!" Lalu sesuai aturan, Mew bermain sekali lagi dan mendapatkan titik lima, "aku bertemu tangga lagi" ucapnya memberitahu.
"Iya - iya aku tau!" Tapi Gulf malah merasa kesal, "giliranku!" Gulf memainkan miliknya dengan serius dan terkejut, "ular? Aku turun?!" Tiba - tiba Mew terkekeh, "yak! Kau tertawa ya?!"
"Bukan suaraku"
"Aku tidak mau main lagi!" Gulf mencampakkan dadu yang berada di tangannya begitu saja, "kau curang!" Dan anak manis itu menatap Mew dengan wajah yang ingin menangis.
"Aku tidak melakukan apapun!"
"Diam!" Gulf merapikan peralatan main mereka dan membawanya kembali ke kamar. Mew yang melihat Gulf kembali ke kamar, langsung mengikuti anak manis itu dengan wajah senangnya.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi ibu panti sedang melihat mereka bersama sepasang suami istri.
"Sepertinya, kami akan mengadopsi Gulf saja" ibu panti tersenyum, dalam hati merasa tidak enak harus memisahkan Gulf dan Mew. Padahal mereka baru beberapa minggu ini bersama. Jika Gulf diadopsi, maka Mew tidak akan memiliki teman lagi.
Tapi apa boleh buat, ibu panti tidak bisa melarang siapa pun untuk mengadopsi anak tertentu, "baiklah, tuan dan nyonya. Mari kita kembali ke ruangan agar saya bisa memberitahukan persyaratan yang harus dilengkapi"
.
Bersambung...
.
Kok malah main ular tangga sih? :"
KAMU SEDANG MEMBACA
DAYSTAR ✔ - MEW GULF
Short Story[END] Bagi Mew, Gulf seperti sebuah bintang di siang hari. #5 MEW (20210501) #4 MEW (20210510) #10 Tharntype (20210513)