(Jika berkenan, kalian bisa membaca chapter ini sambil mendengarkan lagu yang ada di atas. Selamat membaca!)
.
Setelah menjalani terapi pengobatan dalam beberapa musim, Mew terlihat normal dengan senyuman kecilnya. Terkadang, Mew akan meminta ibu panti untuk membawa anak - anak panti bermain dengannya di rumah sakit tapi tidak bisa terlalu lama. Dokter bilang, Mew harus lebih banyak istirahat daripada bermain.
Jadi Mew menghabiskan separuh harinya dengan tidur, hampir setiap hari seperti itu.
Mew menutup buku bacaannya dengan satu helaan nafas. Cinta memang terdengar rumit untuk Mew, tapi hidupnya bahkan lebih rumit. Mew masih saja mengingat kejadian masa kecilnya yang begitu menyakitkan, bahkan pria itu masih ingat benar dengan Gulf yang selalu tersenyum dan bermain dengannya semenjak dia datang ke panti.
Tapi Mew tidak tahu pasti bagaimana rupa Gulf saat sudah dewasa sekarang.
Dulu, Mew sering membayangkan Gulf akan menjadi seorang pria kecil yang sangat imut dengan keluguannya. Namun Mew teringat dengan satu kalimat dibuku yang kemarin baru selesai dibacanya, kalau setiap orang bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Mew sangat ingin seperti itu, pria tinggi itu sangat ingin melupakan masa lalunya dan berubah menjadi lebih baik lagi. Namun kenangan bersama Gulf entah kenapa menghambat proses penyembuhannya.
Dokter pernah bilang kepada Mew kalau dia harus melupakan kenangan masa kecilnya agar bisa sembuh dan itu berarti Mew harus melupakan Gulf, "aku tidak akan pernah melupakan Gulf meski rasa sakit ini semakin nyata melukai diriku" tapi Mew menolaknya.
Mew, hanya tidak bisa kehilangan seseorang yang begitu menyilaukan seperti Gulf.
.
.
Mew terlihat kebingungan melihat petugas rumah sakit yang terlihat sibuk, beberapa perawat bahkan tidak biasanya mondar mandir kamar rawat pasien hanya untuk menanyakan keperluan pasien tersebut, "ada apa sebenarnya?"
"Mew, kau tidak akan mengerti. Hari ini pihak yayasan akan datang untuk menilai kinerja kami, jadi kami harus memastikan bahwa semuanya aman terkendali" Phom menjelaskan panjang lebar sambil merapikan segala hal yang memang perlu untuk dirapikan, "kalian kan sudah memastikannya setiap hari" ucap Mew lagi, tapi Phom hanya bisa menghela nafas panjang, "kau tidak akan mengerti" lalu Phom pamit keluar dari kamar setelah mengganti sprei ranjang yang berada di samping ranjang Mew.
Mew mengendikkan kedua bahunya, pria tinggi itu kemudian mengambil buku bacaannya dan berniat untuk membaca sambil menunggu ibu panti datang. Namun tiba - tiba pandangan Mew teralihkan ke arah pintu kamar yang terbuka, "apa kau melupakan sesuatu Phom?"
"akhirnya aku menemukanmu, Mew"
Mew terdiam, pandangan matanya terus menatap ke arah seorang pria kecil yang saat ini sedang berada di kamar rawatnya. Mew tidak begitu ingat siapa pria ini, tapi kemudian Mew tersadar kalau pria yang berada di depannya ini tidak jauh berbeda dengan pria yang selalu berada di dalam khayalannya, "G-Gulf?"
"um! Aku pulang, Mew"
Mew pikir, dia tidak akan pernah bertemu dengan Gulf saat dirinya dalam keadaan seperti ini. Mew pikir, Gulf tidak akan pernah datang untuk menjenguknya, "k-kau.. benar - benar.. Gulf?" jadi Mew mencoba meyakinkan dirinya sendiri, sampai akhirnya Gulf berlari ke arahnya dan memeluk dirinya dengan erat.
"maaf" Gulf mengusapkan wajahnya ke kepala Mew, "maafkan aku yang datang terlambat" lalu pria kecil itu menangis. Mew dengan cepat menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menunjukkan kepada Gulf bahwa selama ini Mew menunggunya dengan sabar, "tidak, jangan minta maaf Gulf" lalu Mew membalas pelukan Gulf.
Gulf merubah posisi kepalanya agar bisa melihat wajah Mew tanpa melepaskan pelukannya "maafkan aku Mew, kau menjadi seperti ini karena aku" lalu pria kecil itu mengusap wajah dan lengan Mew begitu lembut, "maaf karena aku tiba - tiba pergi"
"tidak apa - apa, Gulf. Tidak apa - apa, aku senang kau kembali" Mew menggelengkan kepalanya sekuat mungkin dan kembali merasakan pelukan hangat Gulf di tubuhnya, "selama ini, aku takut. Aku takut kalau kau tidak akan datang lagi untuk melihatku"
Gulf menggelengkan kepalanya, lalu melepaskan pelukannya. Gulf membawa dirinya untuk duduk di samping Mew sambil menggenggam tangan pria tinggi itu, "aku pasti akan datang, Mew. Meskipun butuh waktu sedikit lama" setelahnya Mew tersenyum.
"maaf karena aku melukai diriku" Mew tiba - tiba menundukkan kepalanya dan merasa bersalah kepada Gulf, "aku sangat sedih setelah tau kau sudah pindah" pria tinggi itu kemudian dengan cepat mendongakkan kepalanya dan melihat Gulf dengan tatapan takut kehilangan, "aku mohon Gulf, jangan menghilang lagi"
"aku tidak akan kemana - mana, Mew"
Mew melepaskan genggaman tangan Gulf dari tangannya, "kau boleh pergi kemana pun" agar pria tinggi itu bisa memegang kedua bahu Gulf yang masih bergetar karena menangis, "kau boleh menjadi apapun, tapi aku mohon jangan menghilang lagi Gulf" ucap Mew sambil menangis, "aku mohon, jangan menghilang lagi"
Gulf menganggukkan kepalanya, "aku tidak akan menghilang lagi Mew" dan membawa Mew kembali ke dalam pelukannya.
Mew tidak perlu apapun.
Mew tidak butuh siapapun.
Mew hanya butuh Gulf di dalam hidupnya karena bersama Gulf, Mew tidak perlu berusaha untuk menjadi yang terbaik.
Meskipun, selama ini Mew melalui malam gelap yang begitu panjang. Bahkan hari - harinya berlalu begitu menyakitkan, Mew tidak akan mengeluhkan apapun selama sisa hari - harinya ini bisa bersatu dengan hari - hari milik Gulf ke depannya.
Terima kasih Gulf karena sudah menjadi bintang yang begitu terang di kehidupan Mew yang begitu gelap dan kelam.
Terima kasih Mew karena kau sudah bertahan sejauh ini untuk melawan traumamu yang begitu menyakitkan.
...TAMAT...
KAMU SEDANG MEMBACA
DAYSTAR ✔ - MEW GULF
Short Story[END] Bagi Mew, Gulf seperti sebuah bintang di siang hari. #5 MEW (20210501) #4 MEW (20210510) #10 Tharntype (20210513)