Dua belas tahun berjalan dengan begitu cepat bagi Mew. Anak manis itu kini sudah berusia dua puluh tujuh tahun dan terlihat sangat dewasa. Ibu panti terkadang merasa bahwa Mew seharusnya tidak lagi berada di panti ketika pria itu sudah memiliki pekerjaan tetap dan gaji yang cukup untuk membeli sebuah rumah, "aku tidak akan pernah meninggalkan ibu dan anak - anak panti sendirian di sini" tapi Mew begitu keras kepala.
Mew berhenti di depan halte bus dengan nafas terengah - engah, sebenarnya pria itu bisa saja menaiki taksi menuju kantor tapi Mew tidak melakukannya. Bukan, bukan karena Mew pelit atau apapun tapi pria itu sudah terbiasa hidup sederhana bersama ibu panti, "masih ada setengah jam lagi" gumam Mew pelan sambil melirik jam tangannya. Setelah bisa bernafas dengan normal, Mew memperbaiki ikatan dasinya yang mungkin saja sudah tidak rapi akibat berlari tadi. Mew juga mengusap - usap jas kantornya agar tidak ada kotoran yang melekat, kemudian pria itu tersenyum senang.
Lalu lintas kota Bangkok hari ini benar - benar begitu ramai. Rasanya Mew ingin libur dan menghabiskan waktunya membantu ibu di panti tapi atasannya bilang kalau hari ini ada karyawan baru yang harus mendapat bimbingannya. Mengingat itu, Mew hanya bisa menghela nafas.
Bruk!
Mew menoleh begitu dia melihat ada seorang pria yang baru saja menabrak pejalan kaki yang berada di dekatnya, "ah! maafkan aku!" pria itu terlihat sangat kecil dengan jas kerjanya yang kebesaran, bahkan semakin lucu melihat pria itu membungkuk untuk memungut barang - barangnya yang terjatuh ke aspal, "tidak apa - apa, aku juga tidak melihat" dan terlalu baik kepada orang yang bahkan tidak dikenalnya.
Mew berdecih pelan, lalu pria itu kembali fokus menunggu busnya. Beberapa menit kemudian ada sebuah bus yang berhenti di depan halte, Mew pikir itu adalah busnya tapi ternyata tidak. Jadi Mew yang sudah maju beberapa langkah mundur kembali dan menunggu bus yang menjadi tujuannya tiba. Tiba - tiba, pria kecil dengan baju kerja yang kebesaran itu lewat di depannya dan Mew merasa jantungnya tiba - tiba berdetak.
Mew tidak tahu alasan dibalik reaksi jantungnya yang aneh, tubuhnya bahkan bergetar. Dalam hati, Mew merasa tidak asing dengan pria yang baru saja melewatinya itu tapi Mew cepat - cepat menggelengkan kepalanya agar segera sadar. Kemudian bus yang ditunggu Mew berhenti di halte, Mew dengan cepat berjalan masuk ke dalam bus karena waktunya sudah habis hanya untuk memikirkan pria kecil yang bahkan tidak dia kenali.
.
.
"selamat pagi pak Mew" Mew menganggukkan kepalanya kepada June, perempuan penjaga meja resepsionis sekaligus pemberi informasi di kantornya, "berapa menit sebelum acara dimulai?" lalu bertanya kepada June mengenai jadwalnya.
"sepuluh menit lagi, pak" jawab June setelah melihat ke layar komputer, "baiklah, aku akan mengganti jasku dulu" setelahnya, Mew berjalan masuk ke dalam ruangannya.
"kau sudah datang?" namun saat memasuki ruangannya, Mew dikejutkan dengan kehadiran Ana, atasannya, "jam berapa ini? sudah aku bilang kalau ada bintang tamu" ucap Ana dengan wajah kesal. Mew mengerutkan keningnya, "seingatku, kau tidak bilang ada tamu" lalu Mew mencoba mengingat - ingat apa mungkin ada hal yang dilewatkannya.
Setelahnya Ana tersenyum, "konfirmasinya baru pagi tadi sih..." ucap Ana sambil mengusap lehernya. Mew diam - diam menghela nafas, perempuan itu semakin lama semakin menyebalkan dengan tingkahnya tapi Mew senang memiliki atasan yang humoris seperti Ana, "yasudah! kau cepatlah bersiap. Tamu kita sudah menunggu di ruang tunggu!"
Mew berjalan menuju lemari jasnya dan mengabaikan Ana begitu saja, "ck! anak ini!" lalu Ana berjalan keluar dari ruangan Mew. Setelah memilih jas yang cocok, Mew kemudian beralih ke laci yang berisi begitu banyak dasi yang sudah tertata rapi. Dari dulu, Mew tidak pernah mengerti cara memilih dasi agar serasi dengan jas yang dia kenakan, "aku akan pakai yang ini saja!" jadi Mew mengambil secara acak dasi yang akan dipakainya.
Tok!
Tok!
"lima menit lagi, pak" June muncul dari balik pintu dan melihat Mew sudah terlihat tampan dengan jasnya, "terima kasih, June" ucap Mew lalu setelahnya perempuan itu berlalu. Mew dengan cepat mengambil buku kecil miliknya dan berjalan keluar dari ruangan.
Di luar ruangan, Mew sudah mendapatkan lambaian tangan dari Supat, pria yang mengatur segalanya agar pekerjaan mereka berjalan dengan lancar, "tampan seperti biasa" pujinya. Mew yang mendengar Supat berbicara seperti itu hanya bisa tersenyum, "aku akan melakukan yang terbaik" ucap Mew setelahnya.
"ya, memang itu yang harus kau lakukan" Supat mulai meminta semua kru kameramen untuk bersiap di tempatnya dan meminta tim perlengkapan untuk mengecek teleprompter sebelum acara dimulai, "oke... aku akan hitung mundur, kau siap Mew?"
Mew menganggukkan kepalanya, "aku sudah siap!"
"baiklah.. 3... 2... mulai!"
"Selamat pagi pemirsa. Saya Mew Suppasit akan menemani Anda selama 30 menit ke depan dalam TNN 16 yang menyajikan info-info terkini dan aktual yang terjadi di negara kita..."
dan begitulah keseharian Mew sebagai penyiar berita setelah keluar dari tempat rehabilitasi dua tahun yang lalu.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
DAYSTAR ✔ - MEW GULF
Short Story[END] Bagi Mew, Gulf seperti sebuah bintang di siang hari. #5 MEW (20210501) #4 MEW (20210510) #10 Tharntype (20210513)