VOTE dulu woyyy! Voteeeee tau kan votee yang disudut bawah itu yang ada tulisan vote nya! Iya itcuuuh! Tinggal pencet aja hhehe👌🏻👌🏻😂😂***
Satu minggu kemudian...Bar Diamond penuh sesak di jam 00.31 yang didominasi kalangan muda. Terkadang berada ditengah kerumunan seperti ini hidup kita terlihat baik-baik saja, kita berbaur layaknya orang normal dan beraktivitas bagai orang lainnya. Tidak tahukah mereka, bahwa bar adalah tempat pelampiasan orang-orang yang haus kenikmatan, tempat mereka yang tak puas dengan kenyataan.
Erangan lemah terdengar dari seorang gadis yang tertunduk di depan meja bar. Ia meneguk whisky dan merasakan sensasi lahar panas di tenggorokan nya. Mungkin ini gelas ke lima yang telah masuk ke lambungnya.
Terkadang Queena menyerah dengan hidup nya. Bukan karena dirinya salah satu korban broken home, tapi ia menyesal telah terlahir sebagai anak yang kurang bersyukur. Hidupnya terlalu bebas, hingga ia lupa kadang kebebasannya menjadi pemicu masalah disekitarnya.
Ia butuh pelampiasan, tapi ia juga tak tahu ia harus melampiaskan kepada siapa. Hingga minuman yang sahabatnya larang itu kini telah memasuki rongga tubuhnya.
Air mata mengalir di sudut pipi nya yang tirus, matanya berkedip-kedip saat dirasakan kantuk yang mulai menyerang entah mabuk yang telah beroperasi di tubuhnya. Sebuah tangan menggapai tangannya yang akan mengambil gelas ke enam. Gadis itu tersenyum getir.
"Biarlah." lirihnya, entah pada siapa. Ia terkulai di sana dan membiarkan seseorang membawanya entah kemana.
"Kian, say won't let go." ucapnya sebelum kesadaran nya benar-benar hilang.
***
Cahaya dari ventilasi kamar memancarkan sinarnya.
Queena membuka matanya perlahan, ia meraba sekitar kepalanya hingga matanya terbuka sempurna.
"Marcel, where are you?" tanya nya disela-sela suaranya yang tersendat. Tenggorokannya terasa perih saat ini.
"Girl? Your wake up?"
Queena menatap kedatangan seseorang yang membawa nampan berisi air putih, segelas susu putih dan bubur yang masih mengepul. "Course," jawabnya. Ia menerima sodoran air putih dari tangan pria tadi.
"Masih pusing hm?" tanya nya, mengelus rambut Queena lembut.
"Sedikit. Mana handphone ku?" tanya nya. Ia khawatir Kian pasti mencarinya setelah seharian kemarin tak menyentuh benda itu.
"Sudah ku buang. Nanti kita beli yang baru." jawabnya santai. Marcel duduk di sebelah kasur nya.
"Why?"
Marcel tersenyum hangat. "Tidak ada yang penting."
"Hmm." Queena malas berdebat, apalagi dengan Marcel. Pria itu tak suka dibantah.
"Kenapa mabuk?"
Queena memandang jendela kosong. "Hanya ingin." Marcel mengangguk-anggukan kepalanya memaklumi keadaan kekasihnya.
"Ayo sarapan. Kita butuh refreshing." Marcel mulai menyuapi Queena telaten. "Kita ke pantai nanti siang." putusnya kemudian Queena hanya mengangguk seperti anjing peliharaan.
Keheningan menghampiri keduanya, hanya ada suara sendok yang beradu dengan mangkuk bubur yang terdengar. Queena sangat malas berinteraksi, sisa-sisa mabuk semalam masih melekat di tubuh nya.
"Siapa Kian?" pecah Marcel tiba-tiba. Ia mengingat isi handphone Queena yang isinya cowok semua. Hingga ia muak melihatnya dan akhirnya ia membuang ponsel itu ke loakan.
Queena menarik napas, "Sahabatku."
"Setyo?"
"Pacar."
"Liam?"
"Pacar."
"Hmm... Christ?"
"Pacar."
"Sebenarnya kamu punya pacar berapa?"
"Lupa." jawaban Queena membuat Marcel menghela napas kasar.
"Fian siapa?"
"Kau tahu jawabannya Marcel," ujarnya jengah. Apa Marcel akan menyebut pacar nya satu persatu? Patut diacungi jempol jika itu terjadi.
"Apa Ander juga pacarmu?"
"Mantan."
"Shit!" umpat nya. "Aku siapa mu Girly?"
"Menurutmu?" tanya Queena balik. Ia mencepol rambutnya asal tak peduli pertanyaan orang di depan nya.
Tarikan napas kembali terdengar, susah emang bicara sama gadis satu ini. "Mandilah, aku tau otakmu sedang tak baik2 saja." Marcel meninggalkan Queena yang bodo amat ditempat nya.
***
Pantai. Sudah berapa lama ia tak menginjakkan kaki di sini. Queena mengibaskan rambut nya yang tertiup angin.
"Pakai ini." suara Marcel membuat ia mendongak. Ia mengambil lotion sunscreen yang disodorkan lelaki itu dan memakainya.
"Kenapa kamu terlihat lebih dewasa sekarang?" Queena menatap Marcel intens.
"Haha, apa aku terlihat sedewasa itu? Ayolah Girly kita tak bertemu cuma beberapa minggu tidak mungkin aku berubah banyak." Marcel membuka kaos putihnya bersiap berenang.
Queena mengedikkan bahunya, "Usiamu berapa sebenarnya? Aku lupa." Kenapa Queena peduli? Ia hanya ingin memastikan mungkin.
"Hey apa kau lupa? Kita sudah bersama berapa lama?"
Mereka berjalan ke bibir pantai. Teriknya matahari benar-benar tak menghalangi langkah mereka.
"Kau melupakan tentang ku Girly. Aku 25 tahun." Marcel berucap sedih.
"Ohh 25. I am sorry." maklum pacar gue banyak :v
Marcel mengacak rambut gadis nya sejenak, "Lupakan. Ayo berenang." senyumnya dibalas anggukan Queena.
Marcel, sosok yang dewasa tapi sulit ditebak. Queena hanya mengikuti alur dan memainkan peran lalu biarkan waktu yang menjawab semuanya.
***
Kian mondar-mandir di depan rumah Queena, ia sudah beberapa kali menanyakan keberadaan Queena tapi penghuni rumah itu tak ada satupun yang tahu. Gadis itu selalu membuatnya khawatir.
Papa Queena masih berada di China, Firda apalagi dia tak tahu. Hanya pembantunya yang ada dirumah.
Sudah dua hari ini Queena menghilang, tanpa kabar bahkan ponsel nya tidak aktif. Ada apa dengan gadis itu?
Kian memasuki kamar Queena yang gelap. Keadaannya masih seperti kemarin terakhir kali ia membereskan nya. Gadis itu benar-benar belum kembali. Ia melihat2 sisian dinding yang bercat hitam dan abu-abu di hiasi foto-foto polaroid.
Bosan dengan kegiatannya, lalu ia memasuki walk in closet milik Queena. Membuka tiap lemari barang milik Queena yang di dalamnya terdapat beberapa barang pemberian pacar-pacar Queena.
Kian menggelengkan kepalanya, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran gadis itu, menerima setiap ajakan cowok untuk memacari nya apa tidak lelah? Tapi ia lebih tak mengerti dengan pikirannya sendiri yang masih menerima dan mencintai Queena yang bahkan menganggap keberadaan nya saja tidak tahu. Dunia sesimpel itu ternyata.
"Nana... Kamu dimana sihh?" monolog nya.
Bukan Kian tidak melacak keberadaan nya, tapi Queena benar-benar hilang jejak. Ia tak mungkin menelusuri setiap pelosok jakarta sendirian bukan? Dia tahu Nana-nya baik-baik aja.
***
Hallloooo ayemm kambekkk🤧🤧🤧
Ada yang kangen Nana dan Kiann?? Ga ada?! Ohh yaudah kalo ga ada mahh author nya nangiss hiksroot🤧🤧
Dah la yaww moal banyak bacod akoh mahh yang penting udah takdir ehh hadir maksud nya😭 byeeeee jangan lupa Vote dan komennnnn☹️
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar!! [ON GOING]
Ficção AdolescenteWarning! Cerita ini mengandung zat unsur hara yang panas dan signifikan di karena kan bisa menimbulkan efek kecanduan, jedag-jedug, lalu meninggalkan lahar yang membekas😎 _____ Aku hanya mengikuti alur dan memainkan peran. Jika kalian tak suka deng...