Chapter 11 B

518 7 4
                                    

Sorry ngepostnya gak sesuai sama janji :( Lagi sibuk banget nih. Tapi 3 hari ini aku libur. Maaf kalau tambah ancur, absurd, jelek. Masih penulis pemula. Vote Commentnya ya guys di tunggu :) Aku mau lanjutin novel My Wedding dulu. Bye

HAPPY READING

Setelah keputusan sepihak dari Cakka yang memintanya untuk menikah 3 hari lagi, sekarang beginilah nasib Oik. Ia terpaksa cuti bekerja dari sekolah Ara dan sibuk mempersiapkan pernikahannya. Seperti saat ini, dia sedang melakukan perawatan wajah yang sebenarnya di merasa malas untuk melakukan itu. Cakka tidak bisa menemaninya karena ada sebuah rapat dengan client secara mendadak. Aaa.. sungguh menyebalkan.

"Mba, ini rambutnya mau di potong atau di biarkan saja?"

"Dirapikan saja mba,"

Saat rambutnya sedang dipotong oleh petugas salon, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang berlari menghampirinya. Dia merasa tak asing dengan anak kecil itu.

"Ara? Kamu kesini sama siapa? Kan miss bilang kalau tetap di sekolah sebelum di jemput." Tak beberapa lama kemudian, dua orang dewasa muncul dari balik pintu masuk Salon itu.

"Ala kesini sama mommy dan daddy."

"Makasih kak. Maaf kalau sudah merepotkan," ucap Oik sembari menundukkan kepalanya.

"Sudahlah tak usah sungkan. Kami juga orang tuanya. Kami malah merasa senang."

"Oh ya, nanti malam aku akan bawa Ara ke Indonesia," ucap Alvin menimpali. Oik yang semula duduk di atas kursi langsung berjongkok di hadapan Ara.

"Ara benar ingin ke Indonesia?" Gadis kecil itu mengangguk mantap.

"Iya miss, Miss juga mau kesana kan sama ayah besok pagi? Kata mommy sama daddy, Ala harus berangkat nanti malam, bial bisa liat bintng lebih dekat." Oik mengelus puncak kepala Ara.

"Ara jangan nakal sama mommy sama daddy. Kak Alvin, Kak Via aku nitip Ara dan jaga baik-baik."

"Pasti itu."

***

Perdebatan alot dengan salah satu saham membuat Cakka menghela nafas lega karena dia berhasil memenangkan tender itu. Dia membuka pintu ruangan kebesarannya. Matanya membulat melihat seorang wanita yang tengah duduk di kursi kebesaran. Nafasnya memburu ia sangat tidak suka jika ada yang duduk disana. Dia mendekat kearah kursi itu.

"Beraninya kamu duduk di kursiku? Dan siapa yang mengizinkanmu masuk?" Kursi itu berputar. Kini, berhadapan dengannya. Dia sudah tak dapat menyembunyikan rasa ketercengangannya. "Kamu?? Kenapa kamu bisa disini lagi? Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak mencampuri utusanku lagi? Apa gunanya lagi hah? Pergi kamu sekarang!"

"Kamu menyuruhku untuk pergi?" tanyanya sakartis.

"Iya. Lagi pula aku sudah tidak punya lagi urusan denganmu! Aku sudah punya calon istri!"

"Lihatlah ke belakang, Kka! Dulu kamu yang mengejarku sampai kamu betengkar dengan sahabatmu sendiri!" Cakka kembali teringat dengan kejadian waktu itu. Sahabat yang dulunya baik-baik saja langsung berubah menjadi berantakan karena seorang wanita? Sudahlah itu hanya masa lalu yang tak perlu diingat lagi.

"Itu hanya masa lalu sebelum kamu menikah dengan orang ain dan memutuskan untuk meninggalkanku ketika aku masih belum secemerlang ini. Dulu kamu aku ajak makan ke warung pinggir jalan kamu enggak protes, tapi setelah kamu di jodohkan dengan lelaki kaya kamu pergi. Itu yang namanya cinta? Enggak sama sekali. Kalau aku bersikap seperti ini, itu adalah akibat dari ulahmu sendiri. Kamu hanya butuh uangku saja kan?" Shilla terdiam.

"Aku enggak jadi menikah dan aku bukan wanita matre yang gila harta. Aku mencintaimu, Kka. Kembalilah kepadaku." Dia kembali merajuk seperti anam kecil yang ingin dibelikan permen. Dia semakin jengah dengan kata-kata Shilla yang membuat telingannya panas.

Chocolate LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang