Chapter 6

307 8 0
                                    

Ara tertidur pulas dipangkuan Oik sedangkan Cakka masih berkonsentrasi dengan mengemudikan mobilnya. Sekilas Cakka menoleh kearah Oik yang sedang mengusap-usap

rambut Ara lembut.

            “Ik, kamu punya sosok keibuan.”

            “Namanya juga wanita. Pasti punya sosok keibuanlah. Lagian dia juga punya masa lalu kayak aku yang di tinggal ibunya tapi caranya beda. Dia masih kecil dia juga masih butuh kasih sayang dari orang tua.”

            “Kalau aku sih udah jadi Ayahnya. Tinggal cari ibunya aja.” Cakka menyeringai kearah Oik. Oik mencubit pinggang Cakka kesal.

            “Jadi, maksud kamu? Kita nikah? Cakka, kamu aja baru nembak aku beberapa jam yang lalu sekarang kamu ngajak nikah. Nikah itu butuh konsekuensi gak cuma main-main.”

            “Siapa juga yang ngajak nikah. Aku kan gak bilang begitu wooo...”Oik mendengus kesal pada Cakka. Ia mengalihkan pandangannya menatap jalanan lurus sangat membosankan untuk dipandang.

            Mobil Cakka berhenti tepat di depan rumahnya sore itu. Cakka membukakan pintu mobil untuk Oik. Cakka langsung menggendong Ara kedalam pelukannya. Oik turun dari mobil sembari membawa sepatu Ara yang terlepas saat tidur di perjalanan. Oik mengikuti langkah Cakka ke arah pintu utama rumahnya.

            “Oik, tolong bukain pintunya.”Oik mengangguk dan membukakan pintu itu. Cakka membaringkan Ara di tempat tidurnya lalu berbalik kearah Oik yang masih duduk di ruang tamu.

            “Kka, aku langsung pamit pulang ya! Titip salam buat Ara.” Cakka mencengkram tangan Oik yang hendak berdiri. Oik dan Cakka saling menatap.

            “Thanks buat hari ini. Love You...”

            “Love you too...” Oik melepaskan cengkraman Cakka dan melenggang pergi keluar dari rumah Cakka menuju ke apartemennya.

***

            Cakka duduk di depan ruang TV sambil membaca sebuah koran bisnis dan merelaksasi dirinya setelah seharian bermain di Pantai dengan Ara dan Oik. Kadang pandangannya tak serius dengan koran yang sedang dibacanya malah terbang jauh memikirkan keakraban Oik dengan Ara dan itu membuatnya senyum-senyum sendiri.

            Ara keluar dari kamarnya sambil mengucek-ucek kedua matanyayang masih terasa sedikit berat. Ia berjalan mendekati Cakka. Cakka menaruh korannya. Dia berdiri dan langsung memeluk Ara.

            “Ara, kamu udah bangun?”Ara mengangguk.”Ayah buatin susu dulu ya buat kamu.” Cakka mendudukkan Ara di sofa ruang TV sedangkan Cakka membuatkan susu untuk Ara.

            Beberapa menit kemudian, Cakka kembali dengan membawa segelas susu sapi rasa full cream untuk Ara. Ara meneguk susu itu sampai habis lalu mengelap sisa susu yang menempel disekitar mulutnyamenggunakan lengan tangannya.

Chocolate LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang