Chapter 7

423 7 0
                                    

Suara pintu terbuka itu, membuat Oik langsung beranjak dari tempat duduknya. Ya benar saja yang masuk adalah Cakka. Ia menyeret kakinya berjalan masuk kedalam rumahnya. Oik langsung berkacak pinggang dengan mata melotot dihadapan Cakka dan membuat Cakka berhenti menyeret kakinya.

            “Kka, kamu ini! Aku kira kamu sayang banget sama Ara. Tapi kenyataannya apa sekarang? Kamu Cuma PHP-in dia. Dia anak kecil Kka! Seharusnya kamu tau dia itu sangat mengharapkanmu dateng tadi. Dan sekarang DIA BENCI SAMA KAMU!!!”

          “O..ik de..nge..rin aku dulu...”ucap Cakka gemetar sambil memegangi perutnya. Cakka sudah tak bisa

lagi menopang tubuhnya. Ia terjatuh ke lantai dan matanya sudah terpejam.

            “CAKKA???”

CHAPTER 7

 

     

 

 

            Bintang mulai hilang. Langit gelap tersingkir oleh langit biru yang memancarkan sinar menyilaukan mata. Matanya terbuka perlahan ketika sinar itu menerobos masuk kelopak matanya yang terkatup. Ia mengucek-ucek matanya dan duduk di tepian ranjang. Mengumpulkan seluruh nyawanya kembali. Ia mengikat rambutnya asal, berjalan menuju dapur membuatkan sebuah makanan untuk orang yang dicintainya.

            Ia tak menyadari bahwa ia tak pulang ke rumahnya semalaman dan ia memilih untuk tidur di rumah yang kini menjadi kekasihnya di kamar tamu. Melihatnya seperti tadi malam, ia merasa bersalah. Tak seharusnya ia berkata seperti itu disaat keadaan seperti tadi malam. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil membawa nampan berisi makanan. Tangannya berusaha membuka pintu kamar itu yang berbeda dengan pintu kamar tamu. Ia berusaha begitu keras untuk membukanya hingga pintu itu benar-benar terbuka. Pandangannya mengedar ke seluruh ruangan itu, bola matanya menangkap sesosok pria yang sangat ia kenal sedang memegang kapas. Ia mendekatinya perlahan.

            “Kamu, kenapa?”Ucapnya sambil meletakkan semangkuk sarapan di meja kecil di samping tempat tidur pria itu. Ia mengamati apa yang sedang dilakukann pria itu. Cakka. “Kau terluka?” Cakka tak menghiraukan pertanyaannya. “Jadi, inilah sebabnya kamu tak menjawab pertanyaanku semalam? Maafkan aku. Aku gak tau kalau kamu sedang terluka seperti itu.” Ucapnya bersalah sambil membantu mengkompres luka memar berwarna biru keungu-an itu.

            “Sudahlah tidak apa-apa. Ini Cuma luka ringan. Sebenarnya, aku akan menghandiri lomba Ara, tetapi insiden ini terjadi.” Oik menjauhkan kain kompres itu.

            “Insiden? Maksudmu?”

            “Sudahlah jangan dipikirkan yang penting aku tak terluka parah kan?Sekarang bukan waktu yang tepat untuk kamu mengetahui semua ini.” Oik hanya mengangguk saja.

            Cakka berdiri dari tepian kasur. Ia berjalan meninggalkan Oik yang masih duduk ditepian ranjang. Cakka berjalan dengan menahan sakit di perutnya. Oik menoleh kearah Cakka

Chocolate LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang