pias kedua

1K 125 12
                                    

s    u    r   a   b   a   y   a  ,
duapuluh dua djanuari
seribu  sembilan  ratus
s e m b i l a n   p u l u h

kala itu, saya duga bunda akan segera menjangkau di bentala desa, walakin takah-takahnya bertikai. yang ada saya usah menggurah kepiawaian di sana sekali lalu, ini petuah bunda katanya.

tersua di bandar ini saja sudah tak suka, namun masa ini mesti berkacau dengan puak selingkar pula.

benar-benar tak bertara ekspektasi saya.

agenda purwa berada di sekolah, saya menentukan untuk tak memampang busana sekolah yang suah tersuguh sebelumnya. rasanya seperti tak sudi saja.

semuanya saya lakukan dengan enggan.

saat merasuk ruangan pun saya tak memiliki secerca ketertawanan bagi sekelilingnya. semua raga bait bilik ini agaknya bergelora mencalang keberadaan saya.

mereka berdedai-dedai membelenggu seliri kayu saya untuk bertaut tangan belaka, mengalu-alu dan menyapa. saya lalu menepis seraya bersuara,

"berhentilah, saya hanya sekejap disini,
tak lama lagi juga beranjak ke amerika,
loka yang lebih laik dari pada surabaya."

pun selama jam pelajaran, saya hanya bersemayam pada kursi, bungkam tak sedikitpun mengindahkan. melayangkan pandangan pada luar beling tingkap alih-alih terlebih meneduhkan.

saya juga tak segan-segan menukas perkara yang sama setiap harinya. berkali-kali mengeluh pada nenek supaya asa yang saya punya bisa terjelma.

semoga  s a j a  saya  b i s a
lekas enyah   d a r i   k o t a
s    i   a   l   a   n       i    n    i  .


(̷̨̗͇̟̖͚͌̓̏͊̇̚͜͝͠ ̶̻̟́̀̇͊ ̵̛̹̠̍̐̈́͌͑̆̂̉s̷̗̩̀͆̚͜ͅḵ̷͖̭̻̣͓̍́̊͒e̸͈͍̗̓̀̉́̄̕t̵̲̤̼̖̖̼͚̺̱̑̂̅̽̑͋̽̈́͜s̴̨̛̭̦̞̜̲͙̟̐̏̿̊͆͂̒̽̕a̶̧̨͕̹̦̘̲̯͍̿́͝ͅ ̵̡͔̺͕͛͋͛̓̈́͝͠m̸̞̯̖̰̟̪̀̉̀͝͠e̵̡̡̼̰͑̔́̾̑̑͑͝͝l̶̬̍̄͒̒͒͠͝a̴̛̬͎͙̩͈̐̆͂̊͘̚n̸̗̜͇̻͊̒̑̎͒̓̐̊̓͠k̵̼̝͓̥̼̱̲̘̻͒̌͛̕͜o̵̖͔͚͍̳̯̰̘̐͛͊͌l̷̻̻̭̇̈̋i̶̢͔͓̭͖̮̝̽̌̓a̸̺̗̺̺̰͇̯͚͆͊̈́͗͂̐,̴̢̡͙͉͉͙͍͗̍̅͛̿ ̶̤̜̜̣̓̏̊̋̈́̚͘1̸̧̩͔͛̓̌̈́̇̃̍͘ ̷͕͈͈̋͑̔͌̽̍͛̏9̴͖͙̼̥͉̭̙̏̓̈͒̈̀ ̴͕͙͎͎̺̟̦̈͜9̵̢͔̠̖́̀͑̍̽ ̷̫̘͓̣̈́͑́́̂̽̂͑͘0̶̛͌̏̎̋̂̽͆̓̚ͅ ̴͚̯̋́̒͒̍̽̒̓͝ ̷̞̩̻̖̑́͆͒)̴̝̋͊̒̂̎̃̕̚͝͠

sketsa melankolia, 1990Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang